Misi Kepenulisan Noveltoon
Rumput tetangga lebih hijau, itu sudah biasa. Bagaimana kalau tetangga sebelah lebih seksi? Uh ... la ... la ... siapa yang tak tergoda?
Rumah tangga Inggit Katharina dan Fandi Haran terlihat baik-baik saja di luar. Banyak foto-foto romantis mereka di halaman majalah bisnis. Siapa sangka semua itu hanya akting semata?
Inggit yang kesepian mulai tergoda tetangga sebelah rumahnya, Dalvin Haris, pengusaha muda yang seksi dan menggoda. Bagaimana kalau Dalvin juga menyukai Inggit? Apakah hasrat liar mereka akan bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berani Membantah
Inggit melenggang pergi meninggalkan Mama Olla yang menangis seraya memukuli Fandi seperti layaknya seorang Ibu yang menghukum anak nakalnya. Inggit asyik saja di kamar melanjutkan kegiatan seninya. Suara pertengkaran yang terjadi di depan kamar ia acuhkan dan menutup telinganya dengan earphone berisi musik klasik. Saat sedang asyik melukis, pintu kamarnya kembali digedor dengan kencang. Inggit membuka earphone-nya agar tahu siapa yang kali ini menggedor pintu kamarnya sambil berteriak kencang.
"Buka pintu kamu, Git!" Suara Fandi terdengar amat marah. Lebih marah daripada sebelumnya. Fandi terus menggedor pintu kamar Inggit dengan murka.
Tanpa takut Inggit berjalan menuju pintu dan membukanya. Inggit melipat kedua tangannya di dada dan menatap Fandi dengan begitu santai. "Kenapa, Mas?" tanya Inggit dengan santai dan tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Sudah gila ya kamu, Git! Kenapa sih kamu harus membuka rahasia tentang pernikahan kita di depan Mama?" tuduh Fandi. "Kamu seharusnya menutup rapat, bukan malah membuat keadaan jadi kacau seperti ini!"
"Loh salahnya aku di mana ya, Mas? Aku cuma berkata yang jujur kok! Kenapa harus ditutupi? Mama berhak tahu loh Mas apa yang terjadi di rumah tangga kita. Bukankah selama ini Mama selalu ikut campur dengan rumah tangga kita?" sahut Inggit dengan santai.
Fandi semakin emosi mendengar jawaban Inggit. "Kamu sadar tidak, kamu tuh sudah membuka rahasiaku di depan Mama. Mama marah besar sama aku."
"Memang seharusnya Mama tahu, bukan? Memangnya apa yang aku lakukan itu salah ya? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya kok," tanya balik Inggit tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Kamu masih nanya, kamu salah apa enggak? Ya jelas salah dong! Karena kamu, sekarang Mama mencecar dan mempertanyakan kenormalanku sebagai laki-laki. Aku tuh normal! Karena mulut kamu yang tidak bisa di rem, Mama malah berpikir kalau aku menyukai sesama jenis! Semua karena kata-kata kamu." Fandi marah besar sambil menunjuk-nunjuk ke arah Inggit.
"Mas marah sama aku karena aku berkata jujur? Tak salah? Mas, asal Mas tahu ya, begitulah yang aku rasakan setiap kali Mama Olla datang dengan membawa alat test pack dan menyuruhku memeriksa kehamilan, rasa marah seperti itu yang aku rasakan. Mas sekarang merasa marah? Itu juga yang aku rasakan saat Mama Olla menghinaku seakan aku perempuan mandul yang tak bisa memberikan kamu anak. Aku disindir, diomeli, dihina dan dimaki-maki selama 3 tahun ini, Mas. Aku marah diperlakukan begitu. Aku sangat marah seperti yang Mas rasakan sekarang. Apa kamu memahami bagaimana perasaan aku? Apa kamu membela aku? Enggak!" balas Inggit tanpa kenal takut.
Fandi menahan amarahnya. Dadanya terlihat naik turun bersama nafasnya yang menderu. "Ya kamu jangan membuka rahasia rumah tangga kita dong sama Mama. Kamu tahu 'kan tugas seorang istri itu harus menutup aib suaminya? Kenapa malah kamu buka di depan Mama?"
Inggit tersenyum mengejek mendengar perkataan Fandi. "Apa Mas bilang? Istri harus menutupi aib suami? Hallo ... Mas lupa? Sudah 3 tahun aku selalu nutupin aib Mas. Apa aku mendapat penghargaan dari Mas karena melakukan hal itu? Sama sekali tidak, Mas. Sekarang bagaimana? Enak rasanya?"
"Kamu!" Fandi kembali menunjuk ke arah Inggit. Fandi sampai kehabisan kata-kata untuk membalas Inggit.
"Apa? Kenapa denganku? Perkataan aku terlalu benar untuk kamu sanggah, Mas? Ini belum seberapa, Mas. Adik kamu yang tak tahu sopan santun pun ikut menghinaku. Aku lebih tua darinya namun ia memperlakukanku bak budak yang bisa ia suruh-suruh. Apa kamu tahu, Mas? Ya, kamu tahu tapi kamu pura-pura tak tahu. Kemana kamu saat seluruh keluargamu menghinaku? Apa kamu membelaku karena tugas suami adalah membela kehormatan istrinya. Kamu melakukan tugasmu? Kalau kamu tidak melakukan tugasmu dengan baik, kenapa kamu menyuruhku menutup aibmu? Aku hanya mengikuti apa yang imamku lakukan," cecar Inggit.
Rupanya perkataan Dalvin yang menyuruh Inggit untuk melawan telah tertanam di dalam pikiran Inggit. Tanpa takut Inggit mengeluarkan semua unek-unek dalam dirinya. Inggit sudah tidak peduli dengan rumah tangganya. Tak ada yang ia takutkan lagi. Hidup miskin pun dia sudah biasa. Kalaupun bercerai dan kembali menjadi orang miskin, Inggit tak akan kekurangan apapun. Setidaknya ia akan berdiri sambil mengangkat kepala karena berani membela harga dirinya sendiri. Ia tak mau hidup dengan hinaan setiap hari.
"Aku capek, Mas. Aku lelah dengan rumah tangga yang penuh dengan kepura-puraan yang telah kita jalani selama 3 tahun ini. Karena kamu tak mau membelaku, keluargamu semakin menginjak-nginjakku saja. Aku punya harga diri, Mas. Meskipun aku anak yatim piatu, aku tak terima diriku terus dihina oleh keluargamu. Cobalah kamu rasakan jadi aku sekali saja, maka kamu akan tahu betapa aki tak bahagia hidup seperti ini." Inggit menghembuskan nafas dalam.
Emosi Fandi mulai mereda karena kata-kata Inggit yang benar seakan menampar dirinya yang selama ini selalu bersikap dingin karena trauma masa lalunya. "Seharusnya kamu tak perlu mengungkapkan rahasia rumah tangga kita, cukup kita saja yang tahu," gumam Fandi pelan.
"Mas, aku memang tak sesuai ekspektasimu. Sudahlah, lebih baik kita berpisah saja, Mas. Aku lelah menjalani semua ini. Aku memang orang miskin yang tak cocok menikah dengan orang kaya macam kamu. Kita memang terlalu berbeda untuk disatukan!" Inggit kembali menutup pintu kamarnya dan menguncinya.
"Git! Tunggu dulu. Kamu bicara apa barusan?" Fandi kembali menggedor pintu kamar Inggit.
"Git, buka pintunya. Mari kita bicara!"
"Git, tarik kembali ucapan kamu. Aku tak mau kita bercerai!"
Inggit menyandarkan kepalanya di belakang pintu. Bulir air matanya jatuh bersama rasa lelah yang hatinya rasakan.
****
Inggit terus mengurung diri di kamar. Ia hanya keluar untuk mengambil makanan dan masuk lagi ke dalam kamar. Rumah berantakan bak kapal pecah. Inggit tak lagi peduli. Terpaksa Fandi yang membersihkan semuanya.
Kesedihan dalam diri Inggit pergi saat Dalvin memanggil namanya dengan riang dari depan rumah. Sengaja Dalvin menunggu Fandi berangkat kerja dahulu agar bisa menemui Inggit.
"Inggit!" panggil Dalvin.
"Inggit!" panggil Dalvin lagi.
Tak lama kemudian ingin keluar dari rumahnya. "Kenapa, Mas?" Tanya Inggit.
"Kangen," jawab Dalvin sambil tersenyum.
Inggit ikut tersenyum mendengar jawaban dari Dalvin yang nyeleneh. "Serius ah jangan becanda terus, ada apa? "
"Jadi ikut pameran seni tidak?"
Mendengar kata pameran seni, mata Inggit langsung berbinar. "Jadi dong!" jawab Inggit tanpa pikir panjang
"Ayo cepat bersiap. Bawa semua karya seni kamu yang ingin kamu pamerkan. Kita pergi sekarang!" ajak Dalvin.
****
tapi ini bisa jadi recomended tuk nunggu up nya si seruni😍😍😍
makasih k'mizzly tahan banting dengan komentar2 mak ini🙏🙏🙏
selama 3 tahun ,fandi begitu kan karna dia trauma juga dengan wanita,bukan selingkuh😔.
harusnya inggit eh angel mengerti itu sebagai istri🙏🙏🙏
seandainya fandi berterus terang dr awal mungkin ...
hilang ingatan....
trus ditolong siapa sampe bisa kerja jadi cs di kantor fandi....
untung baca udah the end ,bisa pelan2 baca nya ngga nunggu up😆