Clara Andhira Hafsari terpaksa menjadi pacar bayaran seorang Reyhan Ananda Setya untuk membiayai operasi ibunya dan membalas dendam pada kekasih dan sahabatnya.
Karena sering bersama membuat mereka saling jatuh cinta, namun ego masing-masing membuat cinta mereka terpendam, sampai mereka berpisah karena kesalahpahaman yang fatal.
Setelah 5 tahun berpisah, mereka di pertemukan kembali di sebuah perusahaan. Siapa sangka Clara harus menjadi sekretaris Reyhan CEO Perusahaan Setya.
Hubungan CEO dan sekretaris itu tidak berjalan harmonis, karena Reyhan dan Clara masih terus mengingat kesalahpahaman yang membuat mereka saling membenci.
Apakah cinta akan membuat mereka bersatu kembali?
Apakah mereka bisa menyelesaikan kesalahpahaman yang dulu terjadi?
Ikuti terus cerita Reyhan dan Clara ji
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rai Rai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Pemuda itu ingin mencium Clara, tapi...
Buughhh
Reyhan meninju pemuda itu hingga tersungkur. Pemuda itu bangkit dan menyeka sudut bibirnya yang berdarah.
Clara melihat ke arah Reyhan. Wajah Reyhan sangat mengerikan. Datar tanpa ekspresi.
Reyhan menarik tangan Clara dan membawanya pergi dari tempat itu.
Clara melepaskan tangannya, otomatis mereka berhenti berjalan. Reyhan membelakangi Clara, karna tadi dia yang berjalan di depan.
Clara menatap punggung Reyhan dengan segala pertanyaan yang bersarang di kepalanya.
"Kenapa kakak di sini?"
"Serah gue"
Reyhan tak membalikkan badannya juga.
"Kakak kenapa pake baju serba hitam? Kayak maling tau gak"
"Bukan urusan Lo"
Clara mencebik kesal mendengar jawaban Reyhan.
"Kakak gak ngikutin aku kan?"
Reyhan diam, dia berbalik dan menatap Clara dengan tatapan yang tak dimengerti.
"Satu yang bisa gue bilang ke Lo. Jauhi Devan karena dia bukan pemuda baik. Suatu saat Lo akan menyesal mengenal pemuda brengsek itu"
Reyhan langsung pergi. Clara mematung, dia mencoba mencerna setiap ucapan Reyhan.
"Apa maksud kak Reyhan? Kenapa dia bilang Devan bukan pemuda baik? Apa dia cemburu?" Gumam Clara menerka nerka.
"Clara!"
Clara berbalik dan mendapati Devan sedang tersenyum sambil berjalan ke arahnya. Pemuda itu mengajaknya untuk segera pulang karena sudah terlalu malam.
Di mobil, mereka berdua hanya terdiam. Clara masih memikirkan setiap ucapan Reyhan, sedangkan Devan hanyut dengan pikirannya sendiri.
"Em, Ra"
Akhirnya ada suara yang memecah keheningan di mobil itu.
"Ya, Dev" Jawab Clara.
"Ra, kamu belum jawab pengakuan aku tadi loh" Ucap Devan mengingatkan.
Clara berpikir sesaat, dan dia sadar jika dia belum menjawab pengakuan cinta Devan karna keributan yang di buat Reyhan.
Clara terdiam, sedangkan Devan menunggu jawabannya.
'Apa aku harus menerimanya? Tapi, bagaimana dengan kak Reyhan? Aku masih terikat perjanjian dengannya. Apa aku dengarkan saja ucapan Mita dan Santi. Lagian kami cuma pura-pura pacaran. Tapi, bagaimana jika hubungan ini berakhir sama seperti hubunganku dengan Wildan? Lagian terlalu dini untuk menjalin hubungan karena kami baru saling mengenal'
Clara terlihat bimbang, dia tidak ingin membuat kesalahan yang sama seperti saat dia menerima Wildan.
Awalnya pasti orang yang menyukai kita akan terlihat romantis, baik dan perhatian untuk mendapatkan hati kita. Tapi setelah dia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya, sifat aslinya akan keluar dan mungkin rasa cintanya juga akan berkurang dan dia berpaling ke lain hati, jika dari awal dia memang hanya bermain main. Hanya orang orang yang benar-benar tulus mencintai kita yang akan bertahan.
Setelah mempertimbangkan keputusannya, akhirnya dia memilih untuk menerima Devan.
"Dev_"
Baru saja dia akan bicara, tapi sudah dipotong oleh Devan.
"Aku tau Ra, memang sulit menerimaku karna kita baru dekat. Kita memang baru mengenal beberapa hari, tapi sungguh, aku benar benar jatuh cinta sama kamu Ra. Aku akan menerima apapun keputusanmu. Tapi aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan hatimu."
Devan sengaja mengehentikan mobilnya. Matanya menatap lekat ke arah Clara.
"Jadi, maukah kau menjadi pacarku?" Tanya Devan penuh harap.
"Tentu aku mau." Clara tersenyum, dia sangat yakin dengan Devan.
Devan refleks langsung memeluk Clara, hatinya sangat bahagia.
Clara yang dapat perlakuan seperti itu terkejut dan tidak membalas pelukan Devan.
Devan yang sadar langsung melepaskan pelukannya. "Maaf ya Ra, refleks"
"Sans aja"
Mereka berdua bercanda dan tertawa untuk meluapkan kegembiraan yang mereka rasakan.
Dalam hati Clara berdoa, semoga hubungannya dengan Devan akan berjalan lancar, dan semoga Reyhan tidak marah padanya.
Di tempat lain, Reyhan sedang melajukan motornya dengan kecepatan tinggi memecah kesunyian malam. Jalanan yang lenggang membuat Reyhan semakin bersemangat untuk melajukan motornya.
Mungkin tubuhnya sedang mengendarai motor, tapi pikirannya terus tertuju pada Clara. Beberapa hari ini dia memang sering memikirkan gadis manis itu. Ia merasa ada sesuatu yang membuatnya merasa terikat dengan gadis itu.
Reyhan menarik gas dengan sangat kencang untuk meluapkan segala emosinya. Sungguh dia tidak mengerti kenapa dia harus marah saat Clara di tembak Devan. Bukankah dia sendiri yang bilang kalau dia tidak akan benar-benar menyukai Clara?
Ciiit!!!!
Suara decitan motor memekakkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya.
"Woi!! Kalau jalan lihat lihat. Lo mau mati hah!! Kalau Lo mau mati, mending lompat dari jembatan sono!!"
Seorang pengemudi motor memakinya. Setelah puas memaki, pengemudi itu melajukan motornya lagi.
Reyhan masih terdiam di atas motornya. Hampir saja dia mengalami kecelakaan jika saja pengemudi tadi tidak mengerem. Reyhan memang tiba tiba muncul dari persimpangan dengan kecepatan tinggi.
Reyhan turun dari motornya. Dia terduduk di trotoar.
"Hehhh" Terdengar helaan nafas yang keluar dari mulut Reyhan yang sedikit menenangkan hatinya.
"Gak mungkin gue udah sembuh. Gak mungkin Clara bisa nyembuhin gue setelah bertahun-tahun gue mati rasa. Gue cuma gak mau dia deket dengan cowok lain selagi dia masih terikat perjanjian dengan gue. Pasti karena itu, ya pasti" Reyhan mencoba mengelak dari kenyataan bahwa sebenarnya dia sudah mulai menyukai Clara.
"Tapi kenapa rasanya sesak saat cowok itu nembak Clara. Mereka pasti udah jadian sekarang, sial!!" Reyhan memukul dadanya untuk menghilangkan rasa sesak yang menyiksa.
"Aarrgghh!!!" Reyhan berteriak untuk meluapkan emosinya.
"Gue harus cari tahu siapa pemuda itu. Dari gelagatnya, sepertinya dia bukan orang baik. Jangan sampai Clara terluka karna cowok brengsek itu" Reyhan menaiki motornya lagi dan melaju memecah kesunyian malam.
**Di kamar Clara.
Clara masih termenung memikirkan setiap kejadian yang terjadi hari ini. Matanya tidak mau terpejam walaupun sudah dia paksa.
Dari pertemuannya dengan Ayunda, pernyataan cinta Devan di restoran dan ucapan Reyhan yang membuatnya bingung.
"Hehhh, apa keputusan gue buat nerima Devan udah bener ya? Tapi, insting gue bilang dia itu cowok yang baik. Tapi kata kak Reyhan.." Clara kesal dan mengambil bantal untuk menutup wajahnya.
"Hadeh, bisa mati gue kalau muka gue di tutupin bantal terus" Clara membuang bantal tersebut ke lantai.
"Clara, jalani aja dulu. Kalau ini memang keputusan yang tepat, maka semua akan baik-baik saja. Kalau keputusan ini salah, maka Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar." Clara memberi saran untuk dirinya sendiri.
Tik tik tik tik
Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, tapi Clara belum terlelap juga.
"Hadeehh, dari tadi gue gak bisa tidur, kenapa sih?" kesal Clara.
Entah kenapa bayangan Reyhan tiba tiba muncul. Clara masih ingat jelas saat Reyhan menggebrak meja, meninju pemuda mesum itu dan saat Reyhan mengatakan untuk menjauhi Devan.
"Apa aku harus percaya dengan kak Reyhan?" Gumam Clara.
Clara memegang dadanya "Kenapa hati ini terasa sakit saat melihat tatapan kak Reyhan tadi, apa aku mulai menyukainya? Tidak mungkin, Clara Clara, ingat dia gak akan mungkin suka sama Lo. Lagian Lo juga udah sama Devan kan"
Clara masih memegangi dadanya dengan perasaan berkecamuk.
Kantuk mulai menyerang dan tanpa sadar Clara tertidur dengan lelapnya.
*********
Kriiiiing kriiiiing kriing
Waktu pulang sekolah telah tiba. Semua siswa siswi berbondong bondong keluar gerbang sekolah.
Sudah seminggu Clara dan Reyhan tidak pernah bertemu lagi. Entah sengaja atau tidak.
Tanpa Clara sadari, selama ini Reyhan memperhatikannya dari jauh. Baik saat upacara bendera maupun di kantin sekolah. Entahlah, matanya tidak mau lepas dari wajah cantik Clara.
Clara, Mita dan Santi berjalan di koridor sekolah. Mereka bertiga bersenda gurau. Clara sudah menceritakan kepada kedua sahabatnya mengenai hubungannya dengan Devan. Tentu kedua sahabatnya itu senang karna akhirnya Clara bisa move-on juga.
Dari arah berlawanan, Reyhan dan Dimas juga sedang berjalan melewati koridor sekolah.
Selangkah demi selangkah jarak Clara dan Reyhan semakin dekat. Sampai akhirnya mereka berpapasan.
Reyhan tak berhenti dan terus berjalan. bahkan, dia tidak menyapa. Wajah Reyhan dingin sedingin es di kutub Utara. Datar tanpa ekspresi.
Clara berhenti dan menatap punggung Reyhan yang sudah menjauh.
"Kenapa Ra?" Tanya Santi yang berhenti juga.
Mita juga berhenti dan menatap ke arah yang di tatap Clara. "Oh, kak Reyhan ternyata"
"Emang kenapa dengan kak Reyhan?" Tanya Santi.
Santi dan Mita menatap Clara.
"Gak ada kok" jawab Clara.
Clara memilih untuk berjalan lagi, diikuti kedua sahabatnya.
"Eleh, bilang aja Lo rindu. Ingat kata Dilan, jangan rindu, berat. Biar Abang aja" ucap Mita.
"Bener, lagian rindu jangan di tahan, ntar bisulan" Ucap Santi.
"Hii, siapa yang bilang gue rindu, gak kok. Cuma serem aja ngeliat wajah kak Reyhan yang kayak orang kesurupan" elak Clara. Padahal, dia senang karna bisa bertemu dengan Reyhan lagi. Walau dia harus kecewa karna Reyhan tidak menyapanya.
"Pake ngelak lagi" Ucap Mita.
Mereka bertiga sampai di gerbang dan berpisah karena Clara harus kerja paruh waktu.
Sebelum berpisah Santi memberi saran padanya. "Ra, kalau Lo emang suka sama Devan maka pertahankan. Tapi kalau Lo dah gak nyaman atau udah gak sreg lagi sama dia maka lepaskan. Jangan terlalu memaksakan diri Lo hanya untuk move-on dari spesies hewan baru itu. Dan kalau Lo udah ada perasaan sama kak Reyhan, maka nyatakanlah. Jangan sampai Lo menyesal suatu saat nanti. Dan satu lagi, Lo sama Devan kan baru mengenal beberapa hari, jadi Lo harus hati-hati dan cari tahu seperti apa Devan aslinya. Jangan sampai nasib cinta Lo sama kayak spesies hewan baru."
Clara hanya mengangguk pertanda mengerti dengan semua ucapan Santi.
Dalam hati dia membenarkan ucapan Santi. Memang dia dan Devan baru saling mengenal. Tapi, dia tidak setuju dengan perkataan Santi yang mengatakan kalau dia sudah mulai ada rasa dengan Reyhan. Itu tidak mungkin terjadi, karna Clara tau batasannya, hanya sebagai pacar bayaran.
Tak lama ojol yang dipesan Clara pun datang. Kemudian, ojol itu membawa Clara menuju restoran tempatnya bekerja.
Di sekolah, Reyhan mengajak Dimas untuk bicara empat mata. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan.
"Dim, gue minta tolong sama Lo, bantu gue awasi cowok ini. Cari tau apapun tentang cowok ini, dan kalau ada informasi kasih tau gue." Ucap Reyhan sambil menunjukkan foto Devan di hpnya. Dia mengambilnya secara diam diam saat di restoran hari itu.
"Hem, bukannya dia cowok yang jeput cewek Lo hari itu ya" tebak Dimas.
Reyhan mengangguk.
"Oh, pantesan Lo nyuruh gue ngawasi ni cowok. Lo takut cewek Lo selingkuh kan?" tebak Dimas lagi.
Tanpa sadar Reyhan mengangguk lagi. Setelah sadar dia langsung menyangkalnya. "Bukan, gue cuma khawatir ni cowok bukan orang baik dan bisa aja Clara terluka. cuma itu doang"
"Oh, jadi benar ya kalau dia itu cewek Lo. Namanya cantik ya, secantik orangnya. Pantesan Lo suka sama dia" Goda Dimas.
"Bukan Dimaaas" kesal Reyhan.
"Eleh, bilang aja iya. Gue aja pernah mergokin kalian cium*n. hihihi" Kekeh Dimas.
Wajah Reyhan memerah, bukan seperti itu kejadiannya. Tapi, dia juga tidak bisa menyangkalnya, karna jika dilihat dari posisi Dimas, dia dan Clara memang terlihat sedang bercium*n.
"Serah Lo deh. Pokoknya, Lo awasi cowok itu. Biar Clara urusan gue"
"Iya deh. Mana mungkin juga Lo ngasih gue ngawasin cewek Lo. Bisa bonyok ni muka" Jawab Dimas.
Reyhan hanya menggeleng mendengar penuturan sahabatnya. Dia memilih meninggalkan Dimas.
Dimas segera menyusul Reyhan. "Lagian Lo cuma mau ngomong kek gini pake ke kelas segala. Kan bisa di parkiran tadi atau dimana kek"
"Sengaja"
'Supaya gue bisa ngelihat Clara dari dekat' Lanjutnya dalam hati.
Reyhan tersenyum. Sebenarnya dia tadi ingin menyapa Clara, tapi, itu bukan gayanya. Dia hanya diam dan melewati Clara saja, lagian dia masih marah tentang kejadian di restoran itu.
Sudah mampir ya kakak ku, semangat menulisnya😊
mari saling memberi dukungan🙏