NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Desi

Juwita berdiri di depan pagar, menggendong Princess yang baru saja bangun. Dress sederhana namun elegan yang ia kenakan hadiah dari Zergan jatuh indah mengikuti gerakan tubuhnya. Senyum merekah ketika ia melihat ojek online berhenti di depan rumah.

Dari motor itu turunlah Desi, sahabat lamanya. Membawa ransel besar di punggung dan koper kecil di tangan, wajahnya penuh antusias.

“Ohhh, Des! Akhirnya kau datang juga!” seru Juwita dengan mata berbinar. Ia segera melambaikan tangan, sambil menenangkan Princess yang ikut menatap tamu baru.

“Wit! Ya ampun, sumpah aku seneng banget. Gila, gede banget nih rumah!” Desi langsung menoleh ke sekeliling, matanya melotot tak percaya. “Asli, ini mah level kaya raya tujuh turunan, Wit.”

Ia berhenti mendadak. Pandangannya jatuh ke Princess yang digendong Juwita. Mata boneka itu tampak menatap balik dengan tajam, seolah hidup.

“Wit,” Desi melirik ragu, lalu berbisik agak takut, “Tuanmu, eh maksudnya Tuan kita beneran gila, ya? Boneka kok diperlakukan kayak bayi. Seriusan, boneka ini matanya kayak ngikutin aku.”

Juwita tak bisa menahan tawa. “Kau yang akan gila setelah lihat Tuan Zergan nanti.”

Desi tertawa terbahak, tapi matanya tak lepas dari dress yang dipakai Juwita. “Eh, tapi Wit, serius, kau udah kayak Nyonya rumah ini. Cantik banget bajumu! Apa benar itu belian bos?”

Pipi Juwita merona. Ia menunduk malu. “Hm… iya, kemarin Tuan Zergan yang belikan. Katanya aku beli pakaian sedikit, jadi dia belanja online untukku.”

“Hadeuh, Wit, Wit, jangan-jangan beneran kau ini calon Nyonya Besar.” Desi menggoda sambil mencubit lengan sahabatnya.

“Jangan ngomong aneh-aneh, Des. Aku di sini ya tetap sebagai pengasuh Princess, bukan siapa-siapa. Kau juga nanti kerja sebagai pembantu. Oh ya, sebenarnya.”

Belum sempat Juwita menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara berat memanggil dari arah pintu.

“Masuklah. Princess tidak boleh kepanasan.”

Juwita menoleh cepat. Zergan berdiri tegap di ambang pintu utama, mengenakan setelan jas abu gelap. Rambutnya rapi, wajahnya tenang namun berwibawa.

Desi menoleh dan terbelalak. “Astaga, Wit,” bisiknya tergagap. “Jir, setampan itu. Masih muda pula! Ini kalaupun dia gila, aku rela!”

Juwita hampir tersedak menahan tawa. “Des! Sssh!”

Zergan hanya mengangkat alis tipis mendengar bisik-bisik itu, tapi tidak berkata apa-apa. Dengan langkah tenang ia mendekat. “Cepatlah masuk, sarapan sudah disiapkan.”

Desi hampir melongo. Aura Zergan membuatnya salah tingkah. Namun ia segera mengikuti Juwita masuk. Begitu menapakkan kaki ke dalam rumah, ia langsung tercengang.

“Ya Tuhan, Wit, dalamnya lebih megah lagi! Ini kayak istana! Lantainya berkilau, lampu gantungnya aja bisa bikin aku lupa napas!” Desi tak bisa berhenti berkomentar.

Juwita hanya tersenyum kecil. “Aku juga dulu sempat syok pas pertama kali masuk. Tapi tenang, kau akan terbiasa.”

Saat itu Zergan sempat berhenti, menoleh pada Desi. “Aku sudah tahu siapa kau. Tapi orang tuaku belum. Setelah ini, langsung kenalan dengan mereka di ruang makan.”

Desi buru-buru menunduk. “Baik, Tuan.”

Zergan lalu mengecek jam tangannya. “Aku harus cepat ke kantor. Ketemui saja orang tuaku dulu. Untuk perlengkapan dirimu, tunggu aku pulang. Nanti sore kita akan berbelanja.”

Desi membulatkan mata, hampir meloncat kegirangan. “Ber … belanja, Tuan?”

“Iya.” Jawaban singkat, namun membuat Desi merasa seperti mimpi.

Setelah itu, Zergan melangkah pergi meninggalkan rumah. Bau parfumnya masih tercium samar, meninggalkan aura yang kuat.

Begitu Zergan menghilang di balik pintu, Desi langsung menoleh pada Juwita dengan wajah sumringah. “Wit, aku juga akan belanja nanti! Ya ampun, nggak nyangka aku bakal di-belanja-in sama bos kaya gitu.”

Juwita menepuk pundaknya sambil tertawa. “Syukurlah, Des. Aku senang bisa lihat kamu kerja di sini juga. Ayo, sekarang kita ke ruang makan. Kau harus kenalan dengan Nyonya Marlina dan Tuan Besar.”

“Wit, sumpah, aku udah deg-degan duluan. Kalau orang tuanya segagah anaknya, aku bisa pingsan, nih,” Desi bercanda sambil menempel di lengan Juwita.

Sambil menggendong Princess, Juwita menuntun sahabatnya memasuki ruang makan besar. Desi masih belum berhenti kagum, tapi di balik rasa takjub itu, hatinya dipenuhi semangat. Kehidupan baru yang sama sekali berbeda baru saja dimulai untuknya.

Desi berdiri kikuk di depan ruang makan yang megah, di mana Marlina dan Herman sedang menyantap sarapan dengan tenang. Aroma roti panggang dan kopi hitam memenuhi ruangan. Meja panjang itu tertata rapi dengan piring porselen putih berlapis emas tipis.

Sementara itu, Juwita sudah sibuk meletakkan Princess di kursi khusus bayi yang memang disediakan di samping kursinya. Kursi itu tampak elegan, dengan bantalan empuk berwarna putih gading. Princess duduk tegak seolah ikut sarapan bersama mereka.

Desi menelan ludah, lalu membungkuk sedikit.

“Perkenalkan, saya Desi Ratnasari. Saya akan bekerja dengan baik di sini. Saya juga temannya Juwita.”

Herman mengangkat wajahnya dari koran, tersenyum ramah. “Oh, begitu. Senang bertemu denganmu.”

Marlina ikut mengulas senyum tipis. Pandangannya menelusuri sosok Desi dari ujung rambut hingga kaki. Desi memiliki wajah oval dengan kulit sawo matang bersih. Hidungnya tidak terlalu mancung namun manis, bibirnya tipis dengan senyum ceria. Rambut hitamnya panjang sebahu, sedikit ikal di bagian bawah. Sorot matanya tajam namun bersinar, membuatnya tampak percaya diri meski sedikit gugup.

“Oh, jadi ini ya temannya Juwita. Cantik juga Desi,” ucap Marlina tanpa basa-basi.

Desi tersenyum menunduk. “Terima kasih, Nyonya.”

“Nama saya Marlina, dan ini suami saya, Herman.” Marlina memperkenalkan singkat. Ia kemudian menunjuk ke arah belakang. “Oh iya, itu dapur. Kamu bisa ke sana, ada Bu Tuti. Nanti kamu bisa minta tolong sama dia untuk antarkan ke kamar dan bantu persiapanmu.”

“Baik, Nyonya.” Desi mengangguk sopan.

Ia baru hendak berjalan ke dapur ketika suara Marlina terdengar cukup keras, jelas dimaksudkan agar ia mendengar.

“Sebelum kerja, kamu sarapan dulu ya.”

Desi menoleh ke belakang, matanya berbinar. “Baik, Nyonya. Terima kasih.”

Ia melangkah keluar dengan hati riang. “Wah, enak juga di sini. Mana diajak sarapan lagi,” gumamnya kecil sambil menoleh sekilas. Dari celah pintu, ia melihat Juwita duduk satu meja dengan Marlina dan Herman. “Lah, Wit, kau bisa makan bareng mereka ya? Asik banget,” lirihnya setengah iri tapi juga kagum.

Begitu sampai di dapur, Desi disambut seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat.

“Nak Desi? Ayo, biar Ibu antar ke kamar dulu. Taruh barangmu, ganti pakaian, baru kita sarapan,” kata Bu Tuti.

Desi mengangguk patuh, mengikuti langkah Bu Tuti melewati pintu dapur yang langsung mengarah ke halaman belakang. Dari sana, ia bisa melihat bangunan susun dua lantai dengan deretan pintu berjejer rapi. Ternyata, itulah asrama karyawan rumah besar tersebut.

“Ohh, jadi ini tempat kita ya, Bu?” tanya Desi kagum.

“Iya, Nak. Semua pekerja rumah tinggal di sini.”

Desi menoleh cepat. “Bu, saya boleh kamar dekat sama Juwita, nggak? Biar gampang kalau mau ngobrol.”

Bu Tuti terkekeh pelan. “Kalau Juwita berbeda, Nak. Kita ini mengurus rumah, sedangkan Juwita mengurus Princess. Makanya, dia tinggal di kamar Princess. Jadi ya, kamu tidak bisa satu tempat dengannya.”

Desi mengangguk paham, meski dalam hati ia membatin, wah, lebih enak Juwita dong. Bisa tinggal di dalam rumah utama.

“Eh, Bu, masalah gaji gimana ya? Saya lupa tanya tadi.”

“Oh, di sini enak kok. Gaji kita tujuh juta, makan dan perlengkapan mandi semua ditanggung.”

Mata Desi membesar. “Tujuh juta, Bu? Wah, alhamdulillah! Syukur banget. Soalnya kemarin di tempat lama saya cuma dibayar dua juta sebulan.”

Bu Tuti tersenyum hangat. “Ya, kerja di sini memang lain. Asal kita betah dan taat aturan, semuanya nyaman.”

Setelah mengantar Desi ke kamar dan menyuruhnya berganti pakaian dengan seragam pembantu berwarna hitam putih, Bu Tuti menepuk tangannya. “Ayo, setelah ini kita sarapan di dapur.”

“Bu, ayo sarapan bareng ke meja makan. Nyonya tadi nyuruh saya sarapan dulu, lho. Malah saya lihat Juwita juga makan sama mereka,” protes Desi polos.

Bu Tuti menghela napas kecil sambil tersenyum maklum. “Kalau kita beda, Nak. Tuan dan Nyonya sarapan di meja utama, sedangkan kita cukup di sini, meja dapur. Memang sudah begitu aturannya.”

Desi terdiam sesaat, lalu mengangguk kecil. “Oh, begitu ya.”

Namun dalam hatinya, ia tidak bisa menahan rasa penasaran. Kenapa Juwita bisa beda, ya?

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!