Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part# 13
Alea sampai diapotek. Dia segera naik kelantai dua. Mencari penanya yang hilang entah dimana. Alea baru mengetahui penanya hilang ketika membuka tasnya dikamar tadi malam. Dia juga sudah mencari diseluruh rumahnya tapi tidak ketemu juga.
Dilantai dua Alea juga tidak menemukannya. Novi yang melihat Alea seperti mencari sesuatu bertanya '' Kak Lea cari apa sih. Dari tadi aku lihat sibuk sekali?''
''Kamu ada lihat pena yang selalu kakak bawa tapi tidak pernah kakak gunakan?'' tanya Alea.
''Pena tinta yang sudah usang itu ya kak?'' tanya Novi.
''Iya'' jawab Alea masih sibuk mencari bahkan dia sampai jongkok segala untuk mencari dibawa meja.
''Tidak kak, kalau tidak ketemu lebih baik kakak beli yang baru aja. Lagian pena sudah tua begitu dan sudah tidak bisa digunakan juga'' ucap Novi.
''Masalahnya bukan pena itu tua atau apalah. Tapi pena itu sangat berarti bagi kakak'' jawab Alea.
''Pena dari pacar kakak ya?'' goda Novi. Alea memberhentikan aktivitas mencarinya dan melihat kearah Novi.
''Bukan, tapi orang yang memberikan ini sangat spesial bagi kak'' jawab Alea.
''Ooo, Siapa orang itu? Selama aku kenal kak Lea. Aku tidak pernah melihat kakak jalan dengan seorang cowok'' Tanya Novi.
''Ada deh, apa mungkin jatuh dilantai tiga saat sholat kemaren'' ucap Alea pada dirinya sendiri. Dia langsung berlari kelantai tiga. Tidak lupa membawa tas selempangnya. Novi mau bicara tapi melihat Alea sudah berlari di hanya bisa geleng kepala.
''Kirain selama ini kakak Lea tidak suka sama cowok padahal banyak yang menyukainya. Ternyata sudah ada orang yang spesial dihatinya'' ucap Novi.
Alea mencari dikamar dan seluruh ruang tempat tinggal karyawan yang dia lewati kemaren tapi Alea tidak menemukan pena yang dicarinya. Setelah menyimpan sertifikat tanah dilemari pakaian dalam kamarnya. Alea pergi keluar. Dia masih sibuk mencari dengan berjalan menunduk sampai dibawah rak sendal yang ada didekat pintu masukpun tidak Alea lewatkan untuk melihat.
Saat Alea mencari tanpa sengaja dia menabrak Haikal yang baru keluar dari dalam tempat tinggalnya. Haikal hampir saja terjatuh kebelakang.
''Hei, kamu jalan tidak pakai mata ya'' bentak Haikal.
''Maaf dok'' jawab Alea masih melihat kelantai mencari penanya.
''Maaf, kalau saya sampai jatuh ketangga apa kamu mau tanggungjawab?'' tanya Haikal marah. Dia kesal Alea cuek saat minta maaf. Bahkan dia melihat Alea hanya menatap lantai tanpa melihat kepadanya.
''Anda kan tidak jatuh. Jadi saya tidak perlu tanggungjawab. Kalau begitu saya pemisi turun dulu dok'' jawab Alea tersenyum melihat sekilas kearah Haikal dan langsung turun tanpa mendengar jawab Haikal .
''Iss, kenapa pagi-pagi sudah bertemu dengannya sih. Bikin moodku buruk saja'' ucap Haikal. Dia kemudian mengunci pintu dan turun kebawah untuk pergi kerumah sakit.
Alea duduk diruangannya dengan wajah murung. Pena yang dicarinya adalah kenangan yang diberikan Hainal sebelum dia pergi. Alea yang dulunya senang menulis dihadiahkan Hainal pena kesayangannya. Dia juga suka memuji tulisan Alea sangat bagus. Pada pena tertulis inisial HF yang kepanjangan dari Hainal Fernanda.
Sejak pena itu dihadiakan kepadanya. Alea selalu menjaga dan membawanya kemana pergi. Dia juga tidak mau mengunakannya. Dan ketika Hainal pergi tanpa kabar hanya pena ini yang membuat Alea tenang ketika dia merasa rindu kepada Hainal.
''Gimana kak? Apa sudah ketemu penanya?'' tanya Novi.
''Belum'' jawab Alea tidak semangat.
''Coba kakak ingat-ingat dimana terakhir kali kakak keluarkan pena itu'' ucap Novi lagi.
''Itulah kakak juga tidak ingat. Nanti kakak coba mencari dilantai satu. Sekarang kita siap-siap untuk menunggu sales datang. Bang Tris kenapa belum datang juga sih?'' kata Alea.
Alea mulai menghidupkan komputernya. Pikirannya masih belum fokus. Dia masih memikirkan dimana penanya jatuh.
''Pagi semua'' sapa Tristan dengan suara keras. Tapi Alea tidak menjawab. Tristan kemudian menepuk meja didepan Alea membuatnya terkejut.
''Ya Allah bang, buat jantungku copot saja. Kenapa bang Tris memukul meja sih?'' tanya Alea.
''Habisnya kamu pagi-pagi sudah melamun. Hati-hati disini banyak penghuni yang gak kasat mata. Ntar kamu kesurupan loh'' jawab Tristan.
''Kalau kita bekerja tidak baca do'a seperti bang Tris emang gampang kesurupan'' jawab Alea.
''Enak saja kamu bilang saya seperti itu'' Tristan mulai kesal.
''Contoh kecilnya saja bang Tris masuk gak ucapkan salam. Apa bang Tris tahu penghuni yang tidak kasat mata banyak didalam ruangan bang Tris. Kalau tidak percaya coba masuk sekarang tanpa baca do'a'' Alea menakuti Tristan.
''Hari siang mana ada yang begituan'' jawab Tristan sambil mengeluarkan giro dari dalam tasnya.
''Bang Tris gak percaya ya. Kalau aku tidak salah disana juga ada makhluk halus yang perempuan dan masih muda. Dia cocok dengan bang Tris yang masih jomblo'' goda Alea lagi.
''Eee, kamu jangan salah. Biarpun saya gemuk begini banyak cewek-cewek diluar sana mengejar saya. Lihat saja kamu nanti saya pasti akan punya pacar'' jawab Tristan sombong.
''Yang benar?'' tanya Alea meledek.
''Apa yang tidak bisa aku dapatkan tanpa uang. Seribu cewek pasti akan mengejarku ketika melihat uang'' jawab Trista.
''Ya udah, sekarang ngapain bang Tris masih disini. Sana masuk keruangan bang Tris. Tapi hati-hati ada yang ganggu'' ucap Alea.
''Aku tidak takut'' jawab Tristan angkuh.
''Ya udah'' ucap Alea singkat.
Tristan masuk kedalam ruanganya. Tidak lama di keluar lagi.
''Aku mau jaga kasir dibawah'' katanya meninggalkan lantai dua dengan cepat.
Alea dan Novi tertawa melihat tingkah ketakutan Tristan.
''Haha, dia kira bisa menakuti kita'' ucap Alea.
''Iya kak'' jawab Novi sambil tertawa.
Mereka melanjutkan pekerjaan. Tidak berapa lama sales sudah mulai berdatangan. Alea sibuk memesan barang yang kosong dan mencek faktur yang akan dibuatkan gironya. Sedangkan Novi menginput faktur pembelian dan penjualan.
Sementara Haikal masih dalam kondisi mood yang buruk ketika sampai dirumah sakit. Tasya yang melihat Haikal segera menghampirinya.
''Pagi Dokter Haikal'' sapa Tasya tersenyum lembut.
''Pagi'' jawab Haikal singkat.
''Anda kenapa pagi-pagi udah cemberut?'' tanya Tasya heran.
''Hmm, tadi diapotik tidak sengaja ketemu ulat'' jawab Haikal asalan.
''Ulaat? Dia apotek ada ulat. Terus anda gak digigitnyakan? Gak ada yang gatalkan?'' tanya Tasya sambil pegang tangan Haikal memastikan kalau Haikal baik-baik saja.
''Apaan sih kamu, gak enak dilihatin orang. Aku gak apa-apa'' jawab Haikal berusaha melepaskan tangan Tasya.
''Saya cuma khawatir. Ntar saya suruh orang untuk membersihkan tempat tinggal Anda. Biar gak ada ulat lagi yang menganggu'' ucap Tasya. Haikal bukannya senang tapi malah tambah tidak mood.
''Terserah kamu, saya mau keruangan dulu'' jawab Haikal berjalan meninggalkan Tasya. Tapi Tasya tidak mau menyerah.
''Bagaimana kalau kita minum teh atau kopi dulu dikantin. Apalagi pasien kita juga belum ada'' ajak Tasya.
''Lain kali saja'' jawab Haikal meninggalkan Tasya. Tasya hanya bisa menatap punggung Haikal dengan kecewa.