Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Ica keluar dengan bathrobe, dia berjalan santai tanpa menghiraukan keberadaan Zen yang seperti nya terusik oleh aroma sabun mawar yang dia gunakan tadi.
Pria itu bangkit dari ranjang dan berjalan mengikuti Ica.
Ica sedang memilih pakaian yang akan dia pakai hari ini, tapi baru saja akan mengambil pakaian yang tergantung, sepasang tangan kekar terasa melingkari pinggang nya dengan erat. Tak main-main, bahkan terasa ada yang menyandarkan kepala nya juga di pundak nya.
Sebagai gadis yang belum pernah di sentuh pria, tentu saja hal ini membuat nya kalang kabut.
"D-addy kenapa?" Tanya Ica terbata.
"Kau tak sadar?"
"M-aksudnya apa?"
"Kau tak sadar kalau aroma sabun mu itu membuat ku bergairah?" Bisik Zen tepat di telinga Ica.
"Kau menggoda ku kan? Perlu kau tau, tak perlu menggoda ku Baby. Dengan senang hati aku akan memakan mu sampai kau tak bisa berjalan esok hari." Ucap Zen, lalu bibir pria itu mengecup leher jenjang Ica yang sudah di hiasi tanda-tanda kemerahan hasil karya nya tadi malam.
Zen membalikan tubuh Ica, lalu menaikan pinggang Ica hingga membuat nya terduduk di sisi lemari.
Ica tentu saja berontak ingin turun, tapi tangan Zen gerak cepat menghalangi Ica di kanan dan kiri nya, hingga membuat gadis itu tak bisa lari kemana pun.
Zen menatap Ica dengan hasratt yang membara, dia sangat ingin menjamah tubuh mungil Ica. Bagian dada nya saja sangat indah, apalagi kalau gadis itu telanjangg bulat, pasti sangat menggoda.
"Ini sudah pagi, apa Daddy tak ke kantor?" Tanya Ica.
"Saya takkan pergi sebelum menikmati apa yang sudah tersaji di depan mata." Jawab Zen, membuat Ica ketar-ketir sendiri.
"Beri aku penyemangat dulu.." Zen langsung menyerang leher Ica, kembali menyesap leher jenjang itu hingga meninggalkan bekas kemerahan lagi.
Tangan nya juga tak tinggal diam, dia membuka tali bathrobe dan terpampang sudah keindahan dunia. Beruntung saja, Ica cepat menutupi area inti nya, kalau tidak pria itu bisa-bisa langsung menyergap nya juga.
Zen kembali memainkan buah kenyal Ica bergantian, meremass dan mengulumm puncak buah ranum itu dengan nikmat nya, hingga membuat suara-suara decapan terdengar memenuhi ruangan ganti yang menjadi saksi bisu perbuatan Zen pagi ini.
Ica tak bisa apa-apa, dia diam saja sesekali memejamkan mata nya menikmati sentuhan Zen. Tak bohong, Ica juga menikmati sentuhan Zen, jadi dia memilih diam saja. Mau berontak pun tak ada guna nya, karena pria itu akan terus memaksa hingga dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
Selesai dengan buah kenyal dan leher gadis itu, Zen beralih ke bibir mungil Ica. Dia juga menyerang nya tanpa ampun hingga membuat nafas Ica tersengal karena pria itu benar-benar tak membiarkan nya bernafas dengan tenang.
"Terimakasih vitamin pagi nya.." Bisik Zen, setelah di rasa cukup untuk memulai hari sibuk nya.
Pria itu menyimpul kembali tali bathrobe yang tadi dia buka dan mengacak-acak isi nya.
"Sekalian, siapkan pakaian kerja ku. Aku ada meeting pagi ini.."
Setelah mengatakan itu, Zen pergi meninggalkan Ica yang nampak berantakan, bahkan bibir nya dower karena gigitan Zen tadi.
"Pria menyebalkan, untung ganteng dan baik. Kalau enggak, sudah aku tendang dia ke planet pluto." Gerutu Ica, dia turun dan meraih dress rumahan dan memakai nya.
Tak lupa, dia juga menyiapkan pakaian dan beberapa keperluan pria itu ngantor. Seperti kemeja, celana bahan, jas, dasi, tas, sepatu dan dasi berwarna senada dengan kemeja dan jas nya.
....
Zen keluar dari kamar mandi, dia tersenyum simpul saat melihat pakaian nya sudah tersedia di sisi ranjang, lengkap dengan tas kerja dan jam tangan nya.
"By.."
"Ya, kenapa?" Jawab Ica yang muncul dari ruang ganti.
Bukan nya menjawab, Zen malah bengong. Bahkan di balut dress rumahan saja, gadis itu sudah terlihat sangat cantik.
"Dad, kenapa?" Tanya Ica sambil melambaikan tangan nya di depan wajah Zen.
"Kamu cantik By.."
"Aku perempuan, ya pasti cantik. Ayo cepat bersiap, nanti terlambat."
"Bantu aku bersiap By.." Pinta Zen.
"Masuk kesana dan pakai celana mu dulu, aku tak mau menodai mata ku dengan melihat terong ungu Daddy pagi ini."
Zen malah melongo mendengar ucapan Ica, kalau saja gadis itu tak mendorong tubuh tegap Zen ke dalam ruang ganti, pasti pria itu masih di tempat sambil melongo.
"Dia kenapa sih? Doyan banget melongo, apa kurang makan ya?" Gumam Ica sambil menggelengkan kepala nya heran dengan tingkah Zen.
Sambil menunggu pria itu memakai celana nya dulu, Ica membereskan tempat tidur nya, menyemprot pewangi ruangan agar terasa lebih menyejukan.
Ica tak menyadari kalau Zen sudah berdiri di ambang pintu ruang ganti, dia mengamati setiap gerak-gerik Ica yang terlihat begitu sexy menurut nya, padahal hanya membereskan tempat tidur.
Tak lama, Ica sadar dan segera mendekati pria itu. Menarik nya hingga terduduk di sisi ranjang, lalu memakaikan nya kemeja, lalu mengancingkan nya dengan lembut.
Darah Zen terasa berdesir saat merasakan tangan mungil nan lembut Ica menyentuh dada nya, meski itu tak di sengaja.
Setelah selesai membantu pria itu bersiap, Ica turun terlebih dahulu ke lantai bawah. Dimana sudah ada asisten Zen yang menunggu di ruangan tengah dengan santai nya.
Pria itu menatap Ica dari atas sampai bawah, maklum saja dia belum pernah melihat gadis yang terlihat asing di rumah atasan nya.
Begitu pun dengan Ica, dia buru-buru masuk ke dapur untuk menghindari tatapan aneh dari pria berpakaian rapi yang duduk di sofa ruang tengah.
"Bi.." Sapa Ica pada Bi Arin yang sibuk memasak untuk sarapan.
"Iya Non, kenapa?"
"Mau masak apa? Ica bantu ya.." Tawar Ica.
"Nanti tuan muda marah sama bibi, Non."
"Gak bakalan kok, sini Ica aja yang motong sayur nya." Ica mengambil alih pisau dari tangan Bi Arin.
"Baiklah, kalau tuan marah besar bibi gak mau ikut-ikutan ya. Soalnya tuan muda kalau marah nyeremin." Jawab Bi Arin, membuat Ica tersenyum. Pria itu tak terlihat menakutkan sedikit pun jika bersama dirinya.
"Bi, itu yang duduk di sofa ruang tamu siapa sih?" Tanya Ica.
"Itu Den Bimo, Asisten nya tuan Zen." Jawab Bi Arin.
"Kenapa sepagi ini sudah disini Bi?"
"Dia memang selalu kesini pagi-pagi buat jemput Tuan Zen, Non." Jawab Bi Arin lagi, sambil fokus mengaduk sayur berkuah merah yang menggugah selera di wajan.
"Hati-hati itu tangan nya ke iris Non, jangan terlalu dekat." Peringat Bi Arin saat melihat gaya Ica memotong sayur.
"Gak kok Bi, ini pelan-pelan." Jawab Ica.
Tak lama Zen turun dari kamar nya dan langsung nyelonong ke dapur tanpa menghiraukan asisten nya yang sudah berdiri mengajak nya berangkat.
"Antar aku ke depan By.."
"Loh, gak sarapan dulu?" Tanya Ica dengan kening yang berkerut.
"Udah kesiangan, nanti kamu anter makan siang ke kantor ya."
"A-aku gak tau alamat kantor Daddy dimana." Ucap Ica.
"Ada supir yang mengantar mu, ayo.." Zen menarik tangan Ica ke teras.
Dia mengecup kening Ica mesra, lalu pergi dengan Bimo. Ica melambaikan tangan nya saat mobil mulai menjauh dari rumah.
....
🌻🌻🌻
uwuuu, pokoknya😍❤️
Emg mo di gagahi waktu M?