Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.
Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.
Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?
Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?
Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 ADA APA DENGANKU?
Dara baru kembali dari berjiarah di makam ibu dan mama mertuanya. Dia naik grab seperti selama dia belum menikah dengan Windu, jika ingin bepergian.
Mobil di rumah besar itu mungkin ada setengah lusin dalam berbagai merek, terparkir di garasi besar pada bagian samping bangunan rumah yang seperti istana itu.
Dara memiliki dua mobil mewah pribadi warisan mama Windu di sana, sopirpun telah di sediakan, standbye jika diperlukan.
Tapi Dara, hanya seorang gadis sederhana yang tidak terbiasa dengan semua hal itu, naik grab atau taksi sudah merupakan hal yang mewah untuknya. Dia adalah cinderella di mata banyak orang, tapi mungkin hanya sebagai cinderella yang di buang pangerannya menurut Dara sendiri.
Dara cepat mengerti ketika bu Annisa, nyonya besar Danuar itu mengajarinya tentang bagaimana mengurus rumah mereka, dari penggajihan para karyawan dan asisten yang bekerja di sana sampai dengan mengatur segala keperluan hingga pembayaran tagihan-tagihan yang puluhan juta setiap bulan itu.
Dara bisa mengurusnya dengan baik, hingga tak ada sedikitpun keluhan dari tuan Danuar.
"Sudah sampai, neng..." sopir grab itu membuyarkan lamunan Dara yang tercenung sedari tadi.
"Terimakasih, bang." Dara menyodorkan uang seratus ribuan.
"Kembaliannya untuk abang." Dara turun dari mobil yang mengantarnya itu.
"Wah, terimakasih neng..." Abang sopir grab itu senang bukan kepalang, siang bolong begini susah mendapatkan penumpang, di beri tips lebih besar dari tarif tentu saja adalah berkah yang luar biasa.
"Sama-sama, bang." Sahut Dara dengan senyum manis. Tak ada yang menyangka gadis sederhana dengan dress floral basic warna biru taffy itu adalah menantu salah satu orang terkaya di kota mereka.
Dara memang biasa turun tidak langsung di depan pagar tinggi rumah tuan Danuar itu, tapi sekitar dua ratus meter dari sana, karena dia suka melewati sebuah taman kecil di ujung jalan, komplek elite itu. Melihat anak-anak yang bermain di sana adalah pemandangan yang menyenangkan.
Dara terlihat pucat, beberapa hari terakhir dia memang merasa tidak enak badan tapi dia tetap berusaha terlihat baik-baik saja supaya bisa tetap fokus merencanakan kemana pergi setelah keluar dari rumah itu.
Ibunya meninggalkan tabungan yang cukup, dari gajinya hampir lima tahun bekerja di rumah keluarga Danuar. Begitupun tabungan Dara sendiri, hasil jerih payahnya membantu mama Windu dalam berbagai hal dia selalu mendapat bonus, jika di hitung-hitung cukup untuknya hidup sementara, menyewa sebuah kontrakan dan mendaftar sekolah.
Dia memang memegang semua kartu ATM milik mama Windu, yang salah satunya berguna untuk membiayai semua urusan rumah. Rekening itu secara berkala menerima transfer dari tuan Danuar. Jumlah uang setiap rekening yang di titipkan atas namanya itu tidak terhitung nominalnya, apalagi hasil bersih pengelolaan salon dan hotel milik mama Windu.
Dara secara nyata adalah gadis kaya, setelah kematian mama Windu.
Sayangnya, Dara tidak merasa memilikinya, dia bersedia melepas semuanya itu saat dia sudah bercerai dan meninggalkan rumah Windu.
Dara juga selalu ingin kuliah, dia bercita-cita menjadi seorang sekretaris di sebuah perusahaan. Karena menurut kakak teman sekolahnya dulu, menjadi sekretaris itu pekerjaan yang mudah dan menyenangkan, gajinya pun lumayan.
Keinginan untuk sekolah itu menjadi lebih besar lagi setelah mendengar penghinaan Windu kepada dirinya dua bulan yang lalu bahwa dia tidak pernah bermimpi untuk menikahi anak pembantu yang tidak berpendidikan dan
tidak selevel dengannya.
Dara jadikan semua ucapan menyakitkan itu sebagai pecut baginya untuk bangkit menjadi perempuan yang punya pendidikan cukup supaya tidak lagi menuai hinaan dan setidaknya naik level dari sebelumnya dengan bersekolah.
Mungkin tabungannya tidak akan cukup sampai dia lulus nanti, tapi jika jadwal sudah lowong di semester-senester akhir, dia bisa sambil nyambi bekerja.
Satu bulan lagi adalah perjanjiannya untuk segera melakukan perceraian dengan Windu, dia sudah tak sabar lagi.
Apalagi akhir-akhir ini, Windu juga jarang berada di rumah. Entah kemana, Dara sama sekali tidak perduli.
Saking dia bersungguh-sungguh tak mau tahu tentang semua hal yang berhubungan dengan Windu, Dara bahkan memblokir nomor suaminya itu dari ponselnya.
Dara merasakan kepalanya sedikit pusing setelah turun dari mobil tadi, dilihatnya ke atas, matahari tepat di atas kepalanya dan bersinar terik, keringat dingin jatuh di dahinya, tubuhnya cepat lelah belakangan ini.
Mungkin, psikologisnya terkuras karena masalahnya dengan Windu.
Dara menghentikan langkahnya, memegang kedua lututnya yang mendadak goyah.
Tepat saat sebuah mobil toyota sport 86 crystal black silica melewatinya dengan perlahan, Dara menoleh pada seorang laki-laki berkacamata yang membuka kaca mobil, dia tidak sempat mendengar apa yang di ucapkannya, kepalanya terasa berputar-putar, semua yang di depannya seperti bayang-bayang dan semua warna berkilat bergantian. Di detik berikutnya, Dara tak bisa menahan tubuhnya. Dia tak sadar diri.
...***...
Dara membuka matanya perlahan, yang pertama dilihatnya adalah ruangan putih yang beraroma khas obat-obatan.
"Di mana aku?" pertanyaan itu yang bercokol pertama kali di kepalanya. Dengan susah payah dia mengumpulkan ingatan apa yang terjadi padanya.
Yah, dia hanya merasa lelah dan pusing serta terjatuh di pinggir jalan setelah taman, tidak jauh dari rumah.
"Selamat siang, ibu..." Seorang gadis muda berpakaian putih-putih perawat tiba-tiba sudah berada di depan matanya.
"Oh, selamat siang, aku di mana?" Dara bertanya sambil memegang kepalanya. Berusaha bangun dari posisi berbaring.
"Ibu jangan bergerak dulu, lebih baik ibu berbaring sebentar, kondisi ibu belum stabil." Perawat itu menahan tubuh Dara supaya tetap ke posisi semula.
"Aku sekarang berada di mana? kenapa aku berada di sini?" Dara mengulang pertanyaannya, menatap sekeliling yang interiornya adalah sebuah kamar rumah sakit.
"Ibu di rumah sakit, suami ibu mengantar ibu setengah jam yang lalu, karena ibu pingsan." Jawab sang perawat dengan senyum manis.
"Suami saya?" Dara terhenyak, bayangan wajah Windu segera muncul di kepalanya.
Bagaimana mungkin Windu tiba-tiba saja mengantarnya ke rumah sakit, yang dia tahu Windu sudah dua hari ini tidak melihat laki-laki itu berada di rumah.
"Ya, bu. Suami ibu sedang menunggu di luar, dia sepertinya sangat mencemaskan ibu, nanti akan saya panggil. Sekarang kita periksa lagi tekanan darah ibu, ya..." Sahut perawat itu sambil memasangkan tensimeter digital ke lengan Dara.
Dara tak menjawab, hanya pasrah saja ketika perawat muda itu memeriksanya, fikirannya sedang tertuju pada Windu dan tak mengerti mengapa tiba-tiba dia muncul begitu saja dan mengantarnya ke rumah sakit.
"Keadaan ibu sudah cukup stabil, ibu hanya kelelahan saja. Mungkin terlalu capek, bu ya.
Seharusnya dalam kondisi masih rawan begini, ibu seharusnya banyak beristirahat..."
"Rawan? rawan kenapa? ada apa denganku?" Dara menyela dengan sedikit bingung mendengar keterangan perawat itu, merasa sedikit cemas jika terjadi apa-apa padanya, atau mungkin dia tidak tahu kalau dia mengidap satu penyakit aneh dan semacamnya.
"Maksud saya, dalam keadaan hamil muda seperti ini..."
"HAMIL MUDA!"
Dara hampir terlonjak dari bed hospital tempatnya berbaring, matanya melotot tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
Terimakasih
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏