NovelToon NovelToon
Cooking With Love

Cooking With Love

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / CEO
Popularitas:714.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Neen@

"Dasar maling rasakan ini..!" Bugs..Bugs..Brakkk.. Jenar memukul maling itu dengan membabi buta. Setelah dirasa tidak ada pergerakan dari maling itu Jenar membuka mata.
"Whaaattt..! kenapa malingnya pakai jas rapi begini, jangan.. jangan dia tamu di restoran lagi, aduh bagaimana ini, lebih baik aku kabur saja"

Mahesa Jenar seorang gadis yang enerjik, penuh semangat, kecil, mungil dan sederhana yang bekerja sebagai asisten chef di sebuah restoran milik keluarga Akihiko.

Adam Athan Akihiko seorang pengusaha muda sekaligus pewaris tunggal Akihiko corporation yang banyak disukai gadis - gadis muda. Patah hati karena ditinggal kekasihnya Jesica yang seorang designer muda.

Karena suatu insiden harus memaksa mereka untuk selalu bertemu dan membuat suatu perjanjian. Apakah Jenar sanggup menghadapi Adam yang pemilih dalam hal makanan...

Hai perkenalkan aku Neen@
Ini adalah novel pertamaku, mudah - mudahan kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surprise

Pagi ini jam kerja Jenar sudah kembali seperti biasa karena renovasi restoran sudah selesai dilakukan. Dengan tampilan kasual tapi simpel tak lupa tatanan rambut up-do alias cepol ia bersiap berangkat bekerja. Kali ini ia mengenakan oversized shirt warna biru muda dan skinny jeans tak lupa platform sneakers pemberian dari Adam. Setelah mematutkan diri dikaca dan terlihat puas bergegas ia berangkat.

Begitu sampai di restoran Jenar terlihat bingung dengan banyaknya pekerja yang lalu lalang menata dan membersihkan setiap ruangan bahkan dapur juga terlihat dibersihkan. Beberapa tanaman bonsai diletakkan disetiap sudut ruangan, lampu - lampu gantung minimalis berbentuk bulat mirip dengan kembang api yang sedang meledak menghadirkan nuansa makan yang istimewa.

Ada gambar - gambar sederhana pada dinding, uniknya gambar itu juga berada tepat dibawah sorotan lampu gantung minimalis sehingga menambah kesan friendly dan cozy.

"Awas minggir!" teriak salah satu pekerja karena Jenar menghalangi jalan mereka.

"Maaf."

"Aduh Jenar kamu kok disini, ayo cepat ke dapur cek semua peralatan dan bahan - bahan. Ingat harus beres semua ya." perintah bu Erina

Jenar bergegas menuju dapur, karena tergesa - gesa hampir saja bertabrakan dengan Kenzo.

"Maaf Ken."

"It's Ok." jawab Kenzo sambil merapikan kardus - kardus yang berserakan. Kenzo adalah karyawan yang jarang berbicara dan bergaul dengan teman - teman yang lain berbeda dengan Bayu yang lebih ramah dan suka melucu.

Tampak mbak Hana juga sibuk memisah - misahkan bahan - bahan yang sudah lama dengan yang baru. Segera ia menghampiri Hana

"Lho mbak, kok sibuk banget ada acara apa sich?" tanya Jenar.

"Kata bu Erina hari ini tuan Adam mau berkunjung ke restoran. Sekaligus mengenalkan dirinya sebagai pemilik baru restoran ini."

"Kenapa nggak kemarin - kemarin dilakukan? ini kan sudah satu bulan berjalan."

"Mungkin karena renovasi sudah selesai jadi beliau mau meninjau langsung."

"Tapi kenapa harus heboh? bukankah ini hanya kunjungan biasa."

"Ssstt, sudah jangan banyak bicara ini perintah langsung dari chef Efendi. Cepetan sana bantu yang lain."

"Iya baik mbak."

Jenar meletakkan tasnya di loker, kemudian ikut bergabung dengan teman - teman yang lain. Untung saja aku hari ini pake pakaian yang bagus dan tentu saja sepatu mahal ini batin Jenar sambil senyum - senyum.

"Kenapa senyum - senyum sendiri? Kamu sehat kan..?" tanya Bayu sambil menepuk pundak Jenar.

"Eh mas Bayu sampai kaget aku, keinget film komedi yang semalem." jawab Jenar asal.

"Ya sudah, coba kamu cek peralatan memasak apakah sudah benar penataannya atau mungkin masih ada yang kurang."

"Oke.." ucap Jenar mengerlingkan mata.

"Heh, ini anak ada - ada saja." kata Bayu sambil tersenyum dan menggeleng - gelengkan kepala.

"Cantik kan dia?" Alina datang dari arah belakang berbisik mendekati Bayu. "Awas nanti jatuh cinta lo."

"Maksud kamu apa?l"

"Yah aku lihat akhir - akhir ini kamu dekat dengan dia, siapa tahu kamu mau menjadikan dia istri mudamu." jawab Alina dengan tersenyum sinis

"Jaga mulut kamu ya, aku masih setia dengan istriku." jawab Bayu dengan nada penuh penekanan. "Awas ya kalau sampai timbul gosip yang tidak - tidak berarti itu dari kamu." ancam Bayu.

"Hei relaks bro, tidak perlu emosi."

"Sudah..sudah.. ayo kembali kerja! ini kok malah bertengkar sih." lerai Hana.

"Dia yang mulai duluan Han." tuding Bayu.

"Dasar orang mental miskin, nggak bisa diajak bercanda." ejek Alina.

"Apa kamu bilang..!" teriak Bayu sambil mengepalkan tangannya ingin memukul Alina. Untung Hana dengan sigap menahan tubuh Bayu.

"Bayu cukup..! tidak usah diladeni..! sabar." Hana berusaha menenangkan.

"Ayo kita kembali kerja, jangan sampai kena marah tuan Adam..oke."

Bayu menarik napas panjang berusaha meredakan emosinya, kemudian mengangguk dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Sementara itu Adam bersiap untuk meninjau 'Avec Amour' karena sudah selesai di renovasi.

Ia mengenakan setelan warna biru navy dipadukan dengan kemeja Hackett berkerah bermotif garis warna biru muda.

"Bagaimana penampilanku Shawn?" tanya Adam sambil melihat penampilannya dikaca.

"Perfect seperti biasa pak." jawab Shawn

Tok..tok..tok

"Masuk"

"Maaf pak, ini dasi yang bapak minta.p" jawab Denisha sambil menyerahkan dasinya.

"Aku rasa tidak perlu, toh ini hanya kunjungan biasa.p"

Kunjungan biasa bagaimana, walaupun sederhana total outfit yang digunakan dari atas sampai bawah mencapai ratusan juta, apa mungkin mau bertemu gadis itu pikir Shawn.

"Baik pak." jawab Denisha. "Apa hari ini saya perlu menemani bapak?"

"Tidak perlu, sudah ada Shawn dan mang Udin."

"Baik pak, kalau begitu saya permisi keluar dulu."

Gagal lagi gagal lagi, aku pikir ini bisa menjadi seperti kencan buatku. Atau jangan - jangan pak Adam mengalami penyimpangan dalam orientasi bercinta nya. Tidak..tidak itu tidak mungkin pria muda kaya raya dengan badan atletis seperti itu pasti pria tulen. Melihatnya setiap hari membuatku selalu bergairah. Aku harus lebih berusaha lagi batin Denisha.

"Ayo Shawn kita berangkat."

"Baik pak."

Adam keluar dari ruangan diikuti oleh Shawn. Mereka masuk kedalam lift khusus direktur untuk turun ke lobby.

"Shawn kamu yakin penampilanku sudah sempurna?"

"Saya yakin pak. Seratus persen perfect."

Hmmm tapi apa peduliku dengan komentar Jenar tentang penampilanku. Yang pasti hari ini aku akan memberikan surprise yang tidak akan kamu lupakan Jenar. Lagi - lagi Adam tersenyum penuh kemenangan.

Tak lama kemudian pintu lift terbuka dan mereka segera menuju mobil Rolls Royce Ghost terbaru yang sudah disiapkan mang Udin.

"Selamat sore tuan."

Adam hanya mengangguk "Bagaimana penampilan saya mang Udin?"

"Tampan seperti biasanya tuan. Apa mau ketemu neng Jenar di restoran?" tanya mang Udin.

Hampir saja Shawn tertawa mendengarnya, karena mang Udin yang polos saja sudah bisa melihat apalagi orang sepertiku. Kau terlalu mencolok tuan Adam.

"Siapa yang mau bertemu gadis pendek itu." elak Adam.

"La itu.. tuan hari ini memakai barang - barang istimewa. Baju, jam, sepatu, mobil semuanya istimewa. Berarti mau bertemu orang yang istimewa juga kan?" jelas mang Udin.

"Jangan salah. Apa mang Udin tahu siapa yang memukul kepalaku malam - malam waktu direstoran itu?"

Mang Udin menggelengkan kepala. "Tidak tuan."

"Dan kau Shawn, ingat waktu aku menyuruhmu membeli handphone baru karena handphone yang lama pecah.")

Gantian Shawn yang menggelengkan kepala.

"Jenar.."

"Yang benar tuan." mang Udin terperanjat kaget.

"Jadi hari ini aku akan memberikan kejutan untuk si pendek itu sehingga dia tidak akan melupakannya seumur hidup."

Aduh apes benar nasibmu neng setelah bertemu tuan Adam. Maaf neng, mang Udin tidak bisa membantu banyak batin mang Udin.

"Ayo jalanp." perintah Adam.

Mang Udin melajukan mobil membelah kepadatan dan kemacetan kota Jakarta. Kira - kira tiga puluh menit kemudian mereka sampai ke 'Avec Amour' yang sekarang sudah berubah menjadi lebih elegan dan asri. Adam melihat dengan kagum hasil kerja pak Santoso sesuai dengan yang diinginkan.

Tampak beberapa karyawan, bu Erina dan chef Efendi berdiri di depan pintu utama menyambutnya.

"Selamat datang di 'Avec Amour' dengan wajah baru tuan Adam." sambut bu Erina.

Adam hanya mengangguk.

Kemudian bu Erina dan chef Efendi mengajak berkeliling untuk melihat hasil renovasi. Adam terlihat puas. Terutama taman belakang dengan rooftop dari kaca.

"Ini adalah kantor dari chef Efendi tuan" ucap bu Erina menjelaskan, Adam hanya mengangguk - angguk saja. Sebentar lagi kita akan menuju ruang inti dari restoran ini, silahkan belok kekiri tuan."

"Jenar.. Jenar." panggil Hana. "Ayo rapikan dirimu sebentar lagi tuan Adam kesini."

Hana segera menarik tangan Jenar dan merapikan sedikit rambutnya.

"Nah sudah rapi.. ayo." ajak Hana.

Jenar dan Hana segera bergabung dengan teman - teman yang lain. Disana sudah berbaris dengan rapi dimulai dari Dirga, Bayu, Kenzo, Alina, kemudian disusul Hana dan yang terakhir Jenar.

"Tuan Adam ini adalah dapur milik restoran kita, semua peralatannya sangat komplit, bersih dan higienis. Dan sebelah kiri adalah ruang penyimpanan bahan - bahan makanan dan ruang pendingin."

"Bagus." puji Adam sambil menepuk bahu chef Efendi.

"Terima kasih tuan Adam." jawab chef Efendi tersenyum bangga.

Tunggu sepertinya suaranya tidak asing. Mirip dengan orang yang baru - baru ini mengusik hidupku dengan perjanjian konyolnya. Ah tidak mungkin dia. Jenar menggeleng gelengkan kepala sendiri. Dia berusaha melirik ke asal suara tapi apa daya karena postur tubuhnya pendek dia agak kesulitan untuk melihat sosok yang memakai jas navy, pasti itu tuan Adam. Karena masih penasaran dia berusaha memalingkan kepalanya menengok ke kanan gelagatnya itu dilihat oleh Hana.

"Jangan gerak - gerak! Jangan bikin malu." tegur Hana sambil menyenggol tangannya.

"Maaf mbak." Jenar kembali memposisikan tubuhnya seperti semula. Dia menunduk merutuki sikapnya yang kekanak - kanakan.

"Ini adalah tim dari chef Efendi tuan." jelas bu Erina.

"Baiklah tuan saya akan memperkenalkan satu persatu, ini Dirga dia asisten satu saya, kemudian ini Bayu dia bertanggung jawab terhadap kebersihan peralatan masak kita, sedangkan ini Kenzo dia bertanggung jawab terhadap stok barang kita tuan." jelas chef Efendi, Adam mengangguk - angguk sambil menyalami satu persatu.

"Untuk yang satu ini tuan pasti sudah kenal." lanjut chef Efendi. "Ini Alina yang bertugas melayani pelanggan dalam menyajikan makanan." Alina tersenyum sangat manis.

Chef Efendi melanjutkan perkenalan terhadap timnya. "Ini Hana tuan dia yang bertanggung jawab terhadap mutu dan kualitas bahan - bahan yang kita pakai dan yang terakhir Jenar dia asisten kedua saya, dia karyawan baru akan tetapi masakannya sudah berhasil memikat anda."

Jenar yang masih menunduk karena merutuki sikapnya tidak sadar bila Adam sudah di depannya.

"Ehemm..Jenar." panggil chef Efendi. Hana segera menyenggol tangan Jenar.

"Ya mbak." Jenar menengok ke arah Hana

"Tuh.." Hana menunjuk ke arah depan Jenar.

"Jenar.. ini tuan Adam pemilik baru restoran kita." ulang chef Efendi.

Jenar langsung menatap kedepan dan melihat mahluk didepannya membuat jantungnya copot. Matanya membelalak seakan tak percaya.

"Pppaakk Athan..! kok bisa disini?!" teriak Jenar.

"Jenar yang sopan..!" chef Efendi mengingatkan.

"Tttapi chef ini____." Jenar tidak bisa berkata - kata.

"Halo Jenar saya Tuan Adam Athan Akihiko." Adam mengenalkan diri. Jenar hanya terdiam terpaku, pikirannya berusaha menerima situasi yang rumit ini.

"Sebenarnya saya sudah mengenal Jenar." lanjut Adam.

"Oya.. kebetulan sekali kalau begitu tuan."

"Tapi ada insiden yang tidak mungkin saya lupakan dari pertemuan kami."

Heh mulai lagi deh narsisnya batin Jenar. Sedikit demi sedikit dia sudah bisa mengendalikan keterkejutannya.

"Maksud tuan..?" tanya bu Erina

"Karena salah paham Jenar memukul kepala saya sampai pingsan dan bahkan handphone baru saya rusak karenanya." jelas Adam dengan nada penekanan.

Duuaarr.. what the hells.. bagai disambar petir disiang bolong Jenar terkejut untuk kedua kalinya atas penjelasan Adam. Tunggu..tunggu.. jadi dia ini pria yang aku pukul malam itu. Dengan susah payah Jenar menelan ludah. Aduh pasti masuk penjara ini, ya tuhan mimpi apa aku semalam.

Keringat dingin mengucur di dahi Jenar, kecemasan tampak dengan jelas di raut wajahnya.

Huh tamat riwayatku keluhnya pasrah.

"Maaf, maafkan saya tuan atas ketidak sopanan anak didik saya." ucap chef Efendi sambil menunduk.

"Tidak apa - apa, bukan salah anda chef."

"Jenar ayo minta maaf." perintah chef Efendi.

"Maaf pak Athan, mmaa..maksud saya tuan Adam." ucap Jenar terbata - bata sambil membungkukkan badan.

"Baiklah, karena kamu sudah ada itikad baik untuk minta maaf maka kita lupakan saja masalah ini." ucap Adam. "Yang penting kalian tetap kompak dalam memajukan restoran ini."

"Baik tuan Adam." jawab mereka semua serempak.

"Baiklah bu Erina dan chef Efendi saya sangat puas dengan kinerja karyawan disini. Saya rasa cukup kunjungan saya hari ini.. permisi."

"Terima kasih tuan Adam."

Ada yang aneh, ia tidak memperpanjang masalah ini, ini diluar kebiasaannya. Apa mungkin dihadapan orang banyak ia berkata seperti itu. Tapi masa bodoh yang penting ia tidak dipenjara. Jenar bernapas lega, ternyata tuan Adam tidak seburuk yang dia pikirkan.

"Tunggu, kamu ikut saya.l" perintah Adam sambil memandang ke arah Jenar.

Nah benar kan, tidak mungkin Adam membuat masalah ini jadi mudah. "Ttaa..tapi tuan bilang semuanya ssu..su____"

"Jenar cepat kamu ikuti tuan Adam." perintah chef Efendi sambil mendorong pelan.

"Baik chef."

Jenar mengikuti langkah Adam. Tiba - tiba brukk

"Aduh hidungku..!" teriak Jenar menabrak punggung Adam yang tiba - tiba berhenti berjalan.

"Makanya kalau jalan jangan lihat bawah, dasar pendek."

"Pikiran saya kan lagi kalut pak Athan eh maksud saya tuan Adam." ucap Jenar sambil mengusap hidungnya yang memerah.

"Tuan..." Jenar memulai pembicaraan serius. "Saya benar - benar minta maaf atas kejadian itu, saya tidak sengaja." ucap Jenar berhenti sejenak untuk menata napasnya "Saya pikir tuan maling."

"Mana ada maling pakai jas, kamu tahu berapa kerugian yang harus aku tanggung?"

Jenar menggeleng - geelengkkan kepala "Tidak."

"Puluhan juta."

Jenar membelalakkan matanya seakan tidak percaya dengan penjelasan Adam.

"Sepertinya tuan baik - baik saja, tidak ada yang cacat."

"O..o.. berarti kamu mengharap aku cacat?"

"Tttii..ti..tidak tuan, sayaa tidak berani"

"Biaya CT Scan dirumah sakit, Handphone yang rusak, itu semua tidak murah, pendek."

"Tadi katanya, tuan sudah memaafkan dan akan melupakan kejadian ini."

"Dan kau percaya?"

Jenar mengangguk pelan. "Hampir percaya." Wajah memelasnya justru semakin menggemaskan.

"Kamu terlalu polos, tidak semudah itu Jenar. Aku seorang pebisnis, jadi segala sesuatunya akan aku perhitungkan."

Jenar menarik napas dalam - dalam, mengalah lebih baik daripada masuk penjara. "Ya sudahlah saya menerima konsekuensinya."

"Bagus." ucap Adam sambil mengusap - usap kepalanya. "Anak kecil harus nurut orang tua ya." lanjutnya.

Sial benar aku hari ini, memangnya aku ini anak kecil apa batin Jenar. Yah nurut sajalah dari pada nanti panjang urusannya, sampai ke pihak berwajib tekadnya.

"Kalau begitu kontrak kita perpanjang hingga satu tahun."

Jenar hanya diam tidak ada perlawanan sama sekali. Dia benar - benar pasrah tidak tahu harus bertindak apalagi. Biasanya dia akan melawan jika sesuatu itu merugikannya. Kenapa cuma di hadapan Adam dia jadi penurut dan tidak berkutik sama sekali.

"Karena kamu diam berarti setuju dengan keputusan yang aku buat."

"Iya..iya.. terserah tuan Adam yang terhormat yang maha benar." ucap Jenar.

Adam segera membalikkan badan melangkah menuju mobil. Meninggalkan Jenar sendirian yang meratapi nasib harus melayani orang super angkuh dan sombong sepertinya.

"Jalan mang."

"Baik tuan."

Selama perjalanan senyum selalu menghiasi wajah Adam, tersirat kepuasan diwajahnya.

"Seharusnya kamu tadi ada disana mang." ucap Adam memecah keheningan.

"Maksud tuan?"

"Kau tadi lihat kan shawn? tanya Adam, Shawn hanya mengangguk.

"Hahahahah... wajahnya pucat ketika melihat ku, matanya melotot seperti anak kecil yang ketahuan berbohong.. Hahahahh.. sungguh menggemaskan." lanjutnya sambil tertawa.

"Dan..dan juga ketika hidungnya menabrak punggungku, merah seperti pinokio.. hahahahhhh.."

"Kau tahu Shawn aroma stroberry nya sampai melekat dijasku ini. Dan lagi bibirnya yang selalu manyun tiap kali sedang kesal terhadapku, mirip dengan donal bebek." lanjutnya.

"Sepertinya anda telah mendapat mainan baru pak Adam?"

"Yah betul yang kau katakan, mainan baru yang hanya milikku.. hanya milikku... hahahahh....!"

🍁🍁🍁🍁

1
Komang Diani
Luar biasa
Rose 19
Jenar hebat wlopun Adam amnesia masih bisa di buat jatuh cinta
Rose 19
hayo gimana tu Dam, Jenar minta di batalin pernikahannya.
Rose 19
saking nyamannya di gendongan Adam sampai gak bisa lepas ya Je.
Rose 19
kasian Jenar terikat kontrak yang merugikan
Rose 19
mulai meng cleam kepemilikan. gak tau dia klo Jenar mau di jodohin.
Rose 19
hati hati Dam dari lidah turun ke hati,persiapkan dirimu Dam. /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
Rose 19
baiklah Adam kita tunggu siapa yang akan tersenyum di akhir cerita.
Ran Aulia
Luar biasa
jumirah slavina
sini Aku kasih tahu Jenar.. bukan cuma 1thn tp smp maut yg memisahkan kalian 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Just_Emma
jenar keras kepala gak mikirin anaknya payaaaahhh
Just_Emma
semangatttt jenar....
Neng geulis
Luar biasa
Yudhistira Aaqil Adhiprasetya
bukannya udah ada anak pertama yak
Sri Endah B. A
Luar biasa
galaxi
kamu tuh siperalah oleh adam jenaaar...adam tuh menjebakmu tau gak 😂😂😂😂pasti modusnya itu pdhl mau dia buat kamu hanya satu2nya dan seumur hidup tu
Dinda Putri
Luar biasa
milaa
Mampiir
selalubersama2521
baguusss lanjutkan karyamu🥰
Maya Ratnasari
excited.
kurang "c" doang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!