Aku pernah merasakan rindu pada seseorang dengan hanya mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagiku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyeon Gee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Story 11
“♪Dubidubidu Raffa. Dubidubidu Raffa. Dubidubidu Dubidubidu Dubidubidu Raffa..♫” (Lee Sun Hee – Fox Rain)
“Kau ingin memakan jantungku?”
“YA TUHAN!!!”
Kedua bola mata Seol Hee membesar saat ia memasuki kontrakan kecilnya, dilihatnya sosok Jun Su telah duduk di bantalan busanya. Dia mengerjap cepat dengan jantung yang masih berdebar usai berdendang pelan saat memasuki rumah dan menyalakan lampu.
“Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Seol Hee dengan nada tinggi.
“Kau lupa kalau nama belakangku ‘Ho’. Aku hacker terbaik selama sekolah. Kode rumah, kontak telepon dan segala hal tentangmu sangat gampang kudapatkan.”
“Kenapa tidak menemui di tempat magang saja. Bukankah kau sudah membeli tempat itu?”
“Tidak. Untuk apa aku membeli rumah sakit. Itu pasti divisi lain. Aku tidak tertarik dengan dunia kesehatan,” sahut Jun Su yang masih santai di tempatnya, “bantalan busamu nyaman. Apa ini tempatmu menangis setiap malam?”
Ada senyum manis yang terukir di wajah Jun Su namun, juga tampak menyebalkan di waktu yang sama. Seakan ada hal yang ingin dia ungkapkan tetapi, melihat wajah Seol Hee yang menahan emosi membuatnya enggan untuk bicara dan memilih menikmati kekesalan gadis di hadapannya.
“Pulanglah. Aku lelah setelah kuliah dan magang hari ini.”
Segera, Seol Hee melangkah menuju kamarnya tetapi, belum sampai langkahnya, Jun Su pun menahan dan menggengam erat tangannya.
“Lepas,” ujar Seol Hee yang berusaha menyentak tangannya.
“Tidak. Aku ingin kau dengarkan aku, dan aku ingin mendengarkanmu. Kita perlu bicara. Ini sudah lebih dari cukup.”
“Tidak ada yang perlu kita bicarakan.”
Mendengar sahutan Seol Hee dengan suara bergetar dan begitu menolak ajakannya, ia pun melemahkan pegangannya dan beranjak.
“Kalau begitu, aku pulang.”
Usai melepas genggamannya dan mengusap puncak kepala Seol Hee yang dipenuhi amarah, dia melangkah santai keluar dari kontrakan itu.
Kata orang, jika ingin dia mendengarkanmu. Jika ingin dia tetap di sisimu. Jangan genggam dia terlalu kuat. Sebab, butiran pasir pun akan keluar dari sela genggamanmu saat kau memegangnya terlalu erat.
...🌸🌸🌸...
“Sudah selesai merapal doa?”
Kening Seol Hee berkerut, ada rasa kesal yang ia tahan dari pejaman matanya sebelum akhirnya menghela napas keras. Dan tanpa sedikitpun melihat sosok di sisinya, dia langsung melangkah pergi.
Tidak ada sedikitpun celah yang ia berikan pada Ho Jun Su yang sempat linglung akibat sikapnya. Namun, pada akhirnya dia berhasil membayai langkah Seol Hee yang semakin mempercepat jalannya.
“Tinggi 160 sentimeter melawan kaki panjangku dengan tinggi 185 senti. Kau terlihat jelas bekerja keras hanya untuk berlari kecil. Kau gunakan kakimu untuk melangkah dua kali dan aku hanya cukup melakukan satu kali. Kau gunakan kakimu untuk melangkah empat kali dan aku ha…”
“Aaaaaaaaaaaaa……….”
Langkah Seol Hee yang tiba-tiba berhenti dan teriakannya yang langsung menggema ke penjuru makam yang sepi membuat kedua bola mata Jun Su seketika membesar. Tetapi, sedetik kemudian dia hanya tersenyum sinis melihat tatapan penuh amarah dari balik kacamata hitamnya.
“Kau benar-benar gadis yang sulit ditebak. Semenit yang lalu kau diam, tenang berdoa dalam damai. Dan semenit berikutnya kau kesal. Lalu detik ini kau berteriak di pemakaman yang suci. Apa kau benar ingin membangunkan Chang Yi dengan teriakanmu?”
Diam seribu bahasa, Seol Hee sama sekali tidak ada niatan untuk berbincang dengan Jun Su yang terlihat jelas tersenyum mengejeknya. Dia hanya menghela napas keras dan mengalihkan pandangan untuk menghindari tatapannya.
“Sebenarnya apa yang kau benci dariku? Kau bahkan tidak memberiku kesempatan menjelaskan semuanya sejak aku ikut menurunkan jenazahnya ke bandara. Aku saksi hidupnya sejak awal kenapa semua bisa terjadi tapi, sedikitpun kau tidak ingin mende…”
Seketika Jun Su menghentikan kalimatnya tatkala menyaksikan Seol Hee yang tiba-tiba menatap tajam padanya. Dan detik berikutnya, sebuah tamparan yang cukup keras membuat Jun Su begitu terkejut dan hampir berteriak namun, dia hanya memejam sesaat lalu menghela napas keras.
“Sudah puas seka…”
“Aaa….Aaaa….Kyaaaaaa…….”
Teriakan demi teriakan dan akhirnya, pijakan Seol Hee pun melemah. Ada rasa iba yang tiba-tiba menjalari Jun Su menyaksikan gadis di hadapannya menangis terduduk dengan menutup kedua telinganya. Seakan ada sesuatu yang benar-benar mengganggunya, tangannya mengepal kuat menatap dalam gadis di bawah kakinya. Tangis yang sama sekali tidak pernah Seol Hee tunjukkan, yang bahkan selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun dia melihat Seol Hee menangis dengan rasa sakit yang sampai dirinya pun ikut merasakan.
Lagi, ia menghela napas keras dan perlahan berjongkok. Dengan hati-hati dijauhkannya kedua tangan Seol Hee dari telinga dan dengan perasaan tak nyaman ia menepuk pelan punggung Seol Hee yang masih menangis.
“Bahkan airmataku sudah habis sejak hari itu. Terima kasih untuk semua emosimu hari ini,” batin Jun Su.
Bahkan ketika langit cerah menemani isakmu, Tuhan pun masih tetap tersenyum karena akan ada bahagia yang Dia hadirkan nantinya…
“Minum ini.”
Seraya menerima segelas teh hangat yang Jun Su bawa, Seol Hee tetap memandang kosong Sungai Han.
“Tidak canggung, kan?” tanya Jun Su usai menyeruput tehnya.
Namun, Seol Hee hanya menggeleng dengan pandangan kosong dan menikmati minumannya.
“Sudah merasa nyaman?” tanya Jun Su lagi.
“Apa yang nyaman dari ditinggal orang yang baru saja kau sayang? Apa yang nyaman dari ditinggal orang yang baru kau sadari tentang hadirnya? Apa yang nyaman dari ditinggal orang yang baru kau tahu tentangnya? Apa yang nyaman dari semua penerimaan tanpa balasan? Aku… selama ini terus menerima apapun darinya. Aku menerima sayangnya, cintanya, pengorbanannya dan yang dia terima dariku hanya ketidakpercayaan tentang hadirnya yang hanya untukku.”
Diam, sejenak Jun Su hanya mengangguk pelan usai mendengar semua celoteh Seol Hee.
“Setidaknya sekarang sudah tahu alasan dia melakukannya tidak hanya karenamu tapi, juga karena keluar…”
“Karena alasan itulah yang membuatku paling merasa sakit!”
Ada rasa bersalah yang tiba-tiba menghampiri Jun Su usai mendengar teriakan Seol Hee diakhir kalimatnya. Dia tertunduk saat Seol Hee yang menatapnya kembali menangis.
“Aku…” Jun Su balas menatap Seol Hee yang telah menunggunya, “…aku…bahkan tidak pernah membayangkan jika hal ini akan menyakiti semuanya. Seolah aku percaya begitu saja dengan seluruh ucapannya yang terdengar sangat percaya diri. Paman, Bibi, Ayah, Ibu, Kak Jun Ho, Kak Chang Mi serta Kak Chang Eun, mereka semua menimpakan salah ini padaku.”
Ada perubahan suara saat Jun Su menjelaskan semua namun, tidak sedikitpun Seol Hee merubah tatapan amarahnya dan membuat Jun Su hanya tersenyum sinis.
“Aku…bersujud di hadapan mereka semua. Tapi, yang kuterima adalah tamparan di wajahku. Lemparan vas bunga dan Ayah serta Kak Jun Ho hampir membunuhku. Seolah apa yang dia lakukan adalah salahku dan aku yang membunuhnya. Apa diantara kalian ada yang bertanya, bagaimana kabarku? Apa aku juga merasakan sakit? Apa aku sedih? Sampai detik ini yang aku lihat hanya tatapan kebencian tanpa ampunan. Sampai detik ini yang aku terima hanya rasa bersalah.”
“Kau angkuh. Kau sombong.”
Hanya anggukkan dan senyum sinis untuk kesekian kali yang Jun Su tunjukkan usai mendengar umpatan Seol Hee.
“Apa aku benar seperti itu dalam pandanganmu?” tanya Jun Su.
“Sejak kau kembali menginjakkan kaki ke Korea dan sampai detik ini kau tidak pernah sama sekali melepaskan kacamata hitammu. Di rumahku yang gelap pun kau tetap mengenakannya dan membuatmu tampak semakin angkuh.”
Karena ada mata yang hampir tidak bisa melihat yang sedang aku tutupi. Ada sepasang mata yang meradang karena tangis yang tiada henti. Ada ucapan sinis yang kuharap bisa menutupi. Dan ada sikap angkuh yang aku harap bisa mengobati…