Dendam dua jiwa.
Jiwa seorang mafia cantik berhati dingin, memiliki kehebatan dan kecerdasan yang tak tertandingi, namun akhirnya hancur dan berakhir dengan mengenaskan karena pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Jiwa yang satu adalah jiwa seorang gadis lugu yang lemah, yang rapuh, yang berlumur kesedihan dan penderitaan.
Hingga akhirnya juga mati dalam kesedihan dan keputus asaan dan rasa kecewa yang mendalam. Dia mati akibat kelicikan dan penindasan yang dilakukan oleh adik angkatnya.
Hingga akhirnya dua jiwa itu menyatu dalam satu tubuh lemah; jiwa yang penuh amarah dan kecewa, dan jiwa yang penuh kesedihan dan putus asa, sehingga melahirkan dendam membara. Dendam dua jiwa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12. Masuk dalam Arena Balap Liar
Malam kelam telah jatuh sepenuhnya membungkus kota metropolis itu. Kegelapan pekat membentang seakan hendak menelan gemerlapan Achala City. Namun kegelapan hanya mampu membekap pojok-pojok kota, tidak mampu menembus gemerlapnya lampu-lampu kota.
Sebuah motor sport warna biru metalik melaju dengan kecepatan sedikit tinggi, membelah jalan aspal yang lebar, menuju pusat kota.
Siapa pengendaranya?
Pengendara motor sport itu tidak lain adalah Fiorella yang berada di dalam tubuh Annabella. Dua jiwa dalam satu tubuh yang sedikit demi sedikit mulai membangun chemistry.
Seumur hidup Annabella belum pernah mengendarai kendaraan, apalagi motor, apalagi motor sport yang sistemnya tentu beda dengan motor biasa.
Tapi karena jiwanya telah membaur ke dalam jiwa Fiorella, maka keahlian dan keberanian dalam mengendarai motor terbentuk dengan sendirinya.
Awalnya, tubuh Annabella sedikit kesulitan dalam menyesuaikan jiwa Fiorella yang sudah mahir dalam berkendara.
Namun lama kelamaan tubuh itu dapat saling menyesuaikan dengan jiwa pemberani. Hingga akhirnya dua jiwa itu telah menyatu, dan tubuh itu langsung dapat menyesuaikan diri.
Proses yang tidak terlalu lama bukan?
Motor sport mewah itu terus melaju dengan kecepatan di atas sedang, tapi belum dibilang kencang.
Hingga suatu ketika....
Selagi Annabella menikmati laju motor sport itu dengan santui, seketika sebuah motor sport yang lain melintas amat dekat di sebelah kirinya dengan kecepatan tinggi, nyaris menyerempet motornya, lalu langsung mendahuluinya dengan cepat.
Tentu saja Annabella terkejut dibuatnya.
Tapi belum juga dia sempat menyadari motor siapa yang berkelebat dari arah sebelah kirinya itu, kembali motor sport yang lainnya muncul dari arah sebelah kanan dengan cukup rapat, hampir menyerempet motornya juga, berkelebat dengan cepat dan juga langsung mendahuluinya.
Bukan main, sekejap keterkejutannya menyebabkan jarak dengan motor yang menyalip paling belakang tadi sudah puluhan meter.
"Kejar!" perintah Annabella dalam pikiran Fiorella.
"Kamu tahu siapa mereka?" tanya Fiorella penasaran sambil menambah laju kecepatan motornya, juga dalam pikiran.
"Dekati dulu!"
Annabella alias Fiorella makin menambah laju kecepatan motor sportnya. Kecepatan motor sport pilihan ini cukup fantastis. Dalam waktu kurang dari satu menit, Annabella sudah berada pada jarak aman di belakang motor balap yang menyalipnya itu.
Annabella makin menambah laju kecepatan motor sportnya, hingga akhirnya dia bisa menyamakan jarak dengan motor merah berpadu hitam itu. Jarak mereka kurang dari dua meter saling bersisian.
Kesempatan bagi Fiorella mengetahui siapa pengendara motor sport merah-hitam itu. Tanpa menunggu lama dia langsung menoleh ke kiri, mengamati si pengendara berhelm sport hitam selama kurang dari dua detik.
Dan tak lama....
"Itu adalah Rey..., Reynald Sebastian dari keluarga Wiratama," cetus jiwa Annabella dalam pikiran dengan lancar, tanpa ragu.
"Lalu yang di depan sana itu... siapa?" Fiorella segera mengarahkan tatapannya pada motor sport warna hijau puluhan meter di depan sana.
Tanpa menghiraukan lagi jika pengendara motor balap yang diyakini Reynald Sebastian juga sepat menoleh pada Annabella. Namun kemudian kembali fokus pada laju motornya.
"Dari motornya dan penampilan pengendaranya...," menjawab jiwa Annabella, "aku menduga itu adalah Rangga Alvian dari Keluarga Kertanegara...."
"Dua cowok ini seperti kejar-kejaran," respon jiwa Fiorella. "Apa mereka sedang balapan?"
"Tepat, mereka sedang balapan, balapan liar," sahut jiwa Annabella tanpa ragu.
"Tapi, coba kamu kejar dulu, Kak, biar aku yakin kalau itu Rangga!"
Fiorella alias Annabella menambah laju kecepatan motor sportnya lagi. Siap menyamakan jarak dengan motor sport hijau puluhan meter di depannya.
★☆★☆
Sementara pengendara motor merah-hitam juga tampak menambah laju kecepatan motornya, berusaha secepat mungkin mengikis jarak dengan motor hijau metalik di depannya, tanpa menghiraukan lagi Annabella.
Tapi secepat dia melajukan kuda besinya itu, sampai saat ini dia belum juga menyamakan jarak dengan motor pesaingnya di depan sana. Hanya mampu mengikis jarak kurang dari 10 meter.
Dan matanya langsung membelalak dari dalam helm hitamnya itu mana kala mengerling sejenak ke arah motor biru. Motor itu melaju laksana hantu, dan tahu-tahu sudah berada kurang dari dua meter di sisi kanan motor yang dia kejar.
Nyaris sejajar....
Sementara Annabella yang memang sudah berada di sebelah kanan motor sport warna hijau segera menoleh ke kiri. Pada saat yang hampir bersamaan pengendara motor sport itu juga menoleh ke arah Annabella.
Dan....
"Ya, itu memang Rangga, si kulkas berjalan," seru jiwa Annabella dalam pikiran Fiorella.
"Terus..., sekarang bagaimana?"
"Saatnya bermain, Kak.... Setelah itu kita buat mata mereka terbelalak...."
"Maksudmu?"
"Atur jarak seolah-olah kakak kalah dari mereka.... Tenang saja, dari sini garis finis masih 50 km lagi, kurang lebih...."
"Lalu... begitu finis sudah dekat kasih mereka dan penonton yang di sana kejutan!"
"OK lah, cantik...!"
Setelah itu Annabella menurunkan sedikit laju motornya. Maka tak lama dia telah tertinggal dari motor hijau. Bahkan kini sudah berada di belakang motor merah-hitam. Tapi masih dalam jarak aman, kurang dari 10 meter.
Tindakan tiba-tiba Annabella barusan sempat membuat kedua pengendara motor balap itu terkejut keheranan, sehingga mereka sempat menoleh ke belakang.
Namun seakan tidak peduli ketertinggalan Annabella yang aneh itu, masing-masing mereka kembali fokus pada laju motor mereka, kejap kemudian.
Bahkan motor merah-hitam makin menambah laju kecepatan motor sportnya, berusaha mendahului motor hijau yang sudah cukup dekat di depannya.
Akan tetapi motor sport berwarna hijau itu seolah masih sulit untuk berada sejajar di sisinya, apalagi mendahuluinya. Pengendara yang diduga Reinald hanya mampu memperkecil jarah, sekitar 4-5 meter di belakang pengendara bernama Rangga.
Sedangkan Annabella masih menjaga jarak aman di belakang Reinald. Tapi dia sedikit memperkecil jarak di belakang Reinald, nyaris sama jaraknya dengan Rangga.
Sementara itu, ketiga motor sport itu terus saja melaju dengan kecepatan tinggi, membelah keramaian jalan kota, menyelip di atara kendaraan yang lalu-lalang dengan lincah dan berani.
Tampak jika kedua pengendara itu; Rangga maupun Reinald sudah mahir dalam adu balap ini. Mereka telah mengetahui dengan benar arena balap dan situasi.
Sedangkan Fiorella --di dalam tubuh Annabella-- memang seorang mafia kejam yang seakan tak mengenal rasa takut. Adu balap semacam ini merupakan hal remeh baginya, sudah menjadi kebiasaannya.
Apalagi lawannya cuma dua bocah SMA yang hanya tahu balapan di arena sirkuit. Sedangkan Fiorella sudah sering balapan di arena perang, berlomba dengan kecepatan laju timah panas (peluru).
★☆★☆
"Saatnya bermain dengan kedua cowok itu, Kak!" instruksi jiwa Annabella di dalam pikiran. "Buat mereka penasaran!"
"Pertama..., sejajarkan motormu di samping, Rei!"
"OK...."
Kembali Annabella --yang jiwanya dikendalikan oleh Fiorella-- menarik gas. Seketika motor sport itu melaju dengan kecepatan tinggi. Lalu tahu-tahu beberapa saat kemudian dia sudah berada sejajar di samping kiri Reinald, kali ini.
Melihat itu, tentu saja Reinald kembali terkejut. Rasa heran dan rasa penasaran yang tadi belum lenyap, kembali mengusik pikirannya. Namun dia tak boleh lepas kendali harus tetap fokus.
"Siapa kamu hah?" teriak Reinald dengan keras, dan dia yakin Annabella mendengarnya karena cukup dekat di sampingnya.
Annabella tidak menjawab, tidak menggubris, jelas. Dia hanya menoleh sesaat sambil tersenyum dingin, tapi lebih mengarah senyum mengejek. Selebihnya dia kembali menatap ke depan, ke arah Rangga.
Sepertinya Rangga juga terpengaruh dengan kejadian kecil itu. Entah dengan aksi Annabella yang kini sudah sejajar dengan Reinald, atau dengan teriakan Reinald.
Tak puas melihat situasi yang terjadi di belakangnya melalui kaca spion, Rangga sempatkan menoleh nyaris penuh ke belakang, melihat Annabella yang ikut berpacu dengan Reinald dalam mengejarnya, pikirnya.
Namun itu cuma dua detik saja.
Selanjutnya, seperti telah mengerti jika garis finis sebentar lagi akan sampai, Rangga meningkatkan kecepatan laju motor sportnya. Setir gas diputar nyaris penuh, maka kelebatan motornya semakin cepat.
Begitu juga dengan Reinald, seperti telah paham kalau sebentar lagi akan mencapai garis finis, maka dia juga lebih menambah laju kendaraannya. Maka motor sportnya langsung melesat dengan cepat.
Namun satu hal mereka tidak tahu jika lawan mereka yang tidak terdaftar itu bukan pembalap sembarangan.
Annabella segera menyadari kalau kedua pembalap itu telah menambah laju kecepatan motor mereka masing-masing. Maka tentu saja dia tidak mau tinggal diam.
Dengan segera dan cepat dia menaikan lagi gas motor sportnya, belum penuh, masih beda dengan Rangga maupun Reinald yang telah menaikkan gas nyaris penuh.
Maka akibatnya, laju kecepatan motor sport itu melesat dengan cepat. Kurang dari dua menit sudah mensejajarkan di sisi kiri motor sport warna hijau. Membuat pengendaranya tidak bisa tidak seketika terkejut bukan main.
Sekejap Rangga menoleh pada pengendara yang kurang dari dua meter jaraknya di sebelah kirinya. Rasa penasaran makin menyeruaki pikirannya tentang siapa pembalap yang begitu berani itu.
Sedangkan Annabella juga menyempatkan diri untuk menoleh pada Rangga. Menyunggingkan senyum, senyum dingin yang berpadu dinis.
Lalu....
"Garis finis tinggal 10 kilo meter lagi, Kak," kata jiwa Annabella dalam pikiran. "Saatnya membuat kejutan yang nggak bisa dilupakan....!"
"OK, cantik!"
Maka dengan segera Fiorella --di dalam tubuh Annabella-- menunjukkan aksinya yang begitu fantastis.
Seketika motor sportnya melaju dengan kecepatan yang luar biasa. Bukan saja meninggalkan Reinald cukup jauh, bahkan kini motor sport warna biru itu telah melesat di depan Rangga berjarak 20 meter, kurang lebih.
Marah, kesal, penasaran bercampur jadi satu dalam pikiran Rangga maupun Reinald. Siapa pembalap gelap yang telah masuk ke dalam arena mereka, masih tanda tanya besar dalam pikiran mereka.
Itulah yang menjadi sumber kemarahan mereka yang paling besar.
Gas motor sudah penuh diputar oleh Reinald. Tapi, jangankan menyusul laju motor Annabella, bahkan motor Rangga pun belum mampu dia susul. Dia hanya mampu mengikis jarak di belakang motor Rangga kurang dari 3 meter.
Begitu juga dengan Rangga, dia sudah menarik gas dengan penuh. Namun, jangankan mampu menyusul motor Annabella, bahkan sepertinya jarak di antara mereka semakin jauh.
Rangga memperkirakan jaraknya di atas 30 meter. Bahkan bisa jadi mungkin sudah merenggang menjadi 50 meter. Bisa jadi.
★☆★☆★
bella menunggu momen di mana dia benar benar diusir oleh keluarga winata, baru dia mau keluar.