Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Sabotase Kecelakaan
Sonia berkali-kali membunyikan klakson mobil untuk memanggil Sean dan Sean melirik ke arah istrinya itu.
Sean berjalan menuju mobil namun dia terlambat karena Jason lebih dulu memasuki mobil itu dan mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi hingga membuat Sonia ketakutan.
Sean berusaha mengejar mobil itu, dia menghentikan seorang pengendara motor, mengejar dengan motor besar yang entah siapa yang punya.
Sonia mencoba untuk menghentikan Jason dengan merebut setir mobil dari Jason, mobil melaju tanpa arah dibuatnya.
Jason melepaskan setir mobil lalu membekap mulut Sonia hingga istri Sean itu pingsan. Sean masih mengejar mobilnya menggunakan motor, aksi kejar-kejaran terjadi antara mereka.
Jason berhasil mengelabuhi Sean hingga Sean kehilangan jejak. Jason membawa Sonia ke tempat di mana Matteo sudah menunggunya, Matteo menggendong Sonia lalu membawa wanita itu masuk ke dalam mobilnya.
Matteo meninggalkan tas Sonia di dalam mobil itu lalu memasukkan mayat Gina ke dalam mobil Sean, mayat yang telah dia awetkan itu dibuat seperti baru meninggal. Matteo sudah menyiapkan semuanya dengan baik sehingga mayat itu benar-benar akan dianggap sebagai Sonia.
"Dengan begini, Sean akan mengira kalau istrinya meninggal dunia,” ujar Matteo dengan senyum iblisnya.
Matteo pergi membawa Sonia ke Italia, dia akan menjadikan Sonia sebagai Gina dan membuat Sonia melupakan semua kehidupannya dan memulai hidup baru dengan Matteo.
Jason adalah orang yang cerdik, dia bisa memanipulasi kematian Sonia sehingga Sean akan berpikir kalau Sonia sudah tiada.
Sebelum merencanakan semua itu, Jason dan Matteo sudah mengetahui kalau Sean bukan orang yang gampang dibodohi, jadi mereka benar-benar mengatur strategi agar semua rencana mereka berjalan dengan lancar.
...***...
Sean berhasil menemukan mobil miliknya karena titik lokasi dari ponsel Sonia, dia tidak bisa mengendalikan hatinya lagi saat melihat kobaran api begitu besar dari mobil miliknya, mobil itu terbakar tepat di gedung tua yang terbengkalai, di gedung itu tidak ada siapapun kecuali dirinya, dia menghubungi pemadam kebakaran dan tak lama petugas datang memadamkan api dari mobil tersebut.
Mayat Gina dikeluarkan terlebih dahulu, kondisinya sudah hampir sepenuhnya terbakar namun wajahnya masih bisa dikenali dan jelas.
"Sonia," gumam Sean dengan air mata yang sudah jatuh di pipinya.
Polisi mengamankan tempat itu dan membawa mayat yang ada di dalam mobil.
Miller, Seyyal, Kenzo, dan Vanno datang menemui Sean di rumah sakit, dia menanyakan apa yang terjadi pada Sonia, Sean menjelaskan semuanya pada mereka.
"Siapa yang melakukan hal keji ini?" pikir Miller.
"Apa saingan bisnis mu Sean?" tanya Kenzo.
"Aku tidak tau Kenzo, aku tidak bisa berpikir apapun saat ini, aku berharap kalau yang ada di dalam mobil itu bukanlah Sonia," jawab Sean.
...***...
Hasil pemeriksaan mayat Sonia yang terbakar itu akhirnya keluar, mereka menyatakan mayat tersebut adalah Sonia Elliezza, istri Sean.
Hancur, itulah yang dirasakan oleh Sean saat ini, dia tidak menyangka akan kehilangan Sonia secepat ini.
Sean terdiam, dia tidak mampu berkata apapun lagi. Miller, Seyyal, Vanno, Laura, Fian, Kenzo, dan Angel menangis mendengar hal itu. Sean merosot ke lantai, dia tidak bisa lagi menahan sesak di dadanya sekarang.
"Sean." Kenzo mendekati Sean lalu membantu Sean untuk berdiri.
"Dia meninggalkan aku Kenzo, dia meninggalkan aku dan anak-anak." Tangis Sean pecah, Nila langsung memeluk menantunya itu, dia tahu betapa hancurnya Sean saat ini.
"Aku bodoh ma, malam itu dia sudah meminta padaku untuk kembali Ke Indonesia, namun aku masih menahannya di sini dan sekarang dia benar-benar meninggalkan aku dan anak-anak." Sean terus menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa istrinya.
"Kamu jangan bicara begitu Sean, semua ini sudah takdir dari tuhan, kita harus mengikhlaskan Sonia." melihat tangis Sean, semua yang ada di sana juga tak kuasa menahan tangis karena mereka semua tahu bagaimana Sean sangat mencintai dan menjaga Sonia selama ini.
Bahkan tak sedikitpun Sean lengah dalam menjaga Sonia, tubuh Sean tiba-tiba merosot dalam pelukan Nila, Kenzo dan Miller dengan cepat menangkap tubuh kokoh Sean, tubuh itu kini tak berdaya sama sekali, Sean pingsan, dia tidak kuat lagi menahan kesedihan atas kehilangan istri tercintanya.
...***...
Proses pemakaman Sonia dilakukan di Indonesia, Sean tetap berada di makam itu walaupun semua telah pergi dari sana. Di balik kaca mata hitamnya, Sean terus menangis mengenang sang istri.
"Katakan padaku Sonia, apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa yang bisa aku lakukan tanpamu? Aku belum menebus semua kesalahanku padamu selama ini, apa yang harus aku lakukan setelah ini Sonia?" Sean kembali menangis di makam itu, dia memeluk batu nisan yang bertuliskan nama istrinya itu.
Dari jauh, Kenzo dan Angel terus menatap Sean, mereka sengaja memberi ruang untuk Sean melepaskan kesedihannya.
"Aku tidak pernah melihat Sean sehancur ini sebelumnya, kali ini aku benar-benar melihat titik terendah seorang Sean." kata Kenzo sambil terus menatap Sean yang menangis di makam Sonia.
"Mungkin kata sabar tidak akan mengurangi rasa sakitnya." Kenzo memeluk Angel dan menatap buah hati mereka.
"Aku mungkin akan seperti itu jika kehilangan kamu sayang, i love you." Kenzo mengecup singkat bibir Angel.
"Kamu pulang bareng sama yang lain ya, aku akan menunggu Sean di sini." Angel mengangguk, dia meninggalkan Kenzo.
"Aku ini bajingan Sonia, aku pria yang tidak tau diri, aku tidak memberikan kebahagiaan padamu di awal pernikahan kita, selama satu tahun aku mengabaikan kewajibanku atas dirimu, aku menyiksa kamu bagai seorang tawanan, aku melakukan hal buruk yang tidak pernah kau inginkan, aku suami yang buruk untukmu Sonia, kenapa kau menghukum diriku dengan meninggalkan aku sendiri? Tidakkah kau ingin menua bersama denganku Sonia?" Sean membuka kaca mata hitamnya dan mengusap air mata yang sudah membasahi kedua pipi tegasnya.
Sean mencium batu nisan tersebut lalu berdiri, dia melangkahkan kakinya dengan lemah meninggalkan makam Sonia.
"Ayo pulang," ajak Kenzo pada Sean, kedua mata Sean sudah bengkak.
Sesampainya di rumah, Sean menatap setiap sudut rumah itu, tak ada satupun yang terlewatkan dari kenangan bersama dengan Sonia di rumah itu, Sean bahkan tidak menanggapi ocehan dan tangis dari ketiga anaknya.
"Aku ingin istirahat, tolong jaga anak-anakku ma," pinta Sean lalu melangkah gontai ke kamarnya, dia menatap kamar yang ada di depan kamarnya, itu adalah kamar di mana dia menempatkan Sonia dulu sebelum mereka satu kamar.
Sean memasuki kamar tersebut lalu menguncinya, dia kembali menangis tersedu saat melihat isi kamar Sonia dulu.
Kamar itu menjadi saksi betapa kejam dia dulu pada istrinya, di kamar itu, Sean memukul, menampar bahkan melakukan kekerasan lainnya pada Sonia sehingga tubuh Sonia dipenuhi dengan luka dan lebam.