Aira memergoki suaminya selingkuh dengan alasan yang membuat Aira sesak.
Irwan, suaminya selingkuh hanya karena bosan dan tidak mau mempunyai istri gendut sepertinya.
akankah Aira bertahan bersama Irwan atau bangkit dan membalas semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazilla Shanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Minggu Menuju Kehancuran
Hueek! Hueek!
Tiba-tiba Lisa mual dan perutnya terasa di aduk, padahal tadi ia tidak apa-apa dan makan juga ia sangat lahap sekali. Tapi, entah kenapa perutnya tiba-tiba mual begini.
"Saya permisi dulu," ucap Lisa buru-buru berdiri dari duduknya dan pergi ke toilet.
Semua orang yang berada di ruangan meeting itu saling pandang, dalam benak mereka sangat yakin jika Lisa saat ini sedang hamil anak Irwan.
Tidak heran lagi karena kabar perselingkuhan mereka benar-benar sudah menyebar. Wajah Irwan semakin pucat, ia merasa masalah hari ini menggunung menimpanya.
"Sebaiknya kita akhiri saja meeting hari ini. Kita tunggu saja besok kedatangan Bu Aira," ucap Pak Iwan.
"Tapi, Aira sedang berada di luar negeri. Dia baru saja kemarin berangkat ke luar negeri ingin liburan. Saya tidak bisa mengganggu kesenangannya, Pak. Setidaknya berikan saya waktu sampai sebulan hingga istri saya kembali," jawab Irwan cepat.
"Maaf, Pak Irwan. Kita mungkin hanya memberikan waktu satu minggu saja, kita tidak bisa memberikan kepercayaan lagi pada Pak Irwan," jawab Pak Saka.
"Saya setuju," jawab yang lainnya secara bersamaan.
"Baiklah, saya akan menghubungi istri saya agar bisa segera pulang. Saya harap jika nanti istri saya tetap memutuskan saya yang akan menjadi CEO di perusahaan ini, kalian tidak ada yang keberatan," ucap Irwan dengan percaya diri.
"Jika itu terjadi, jujur saja saya akan menarik semua saham saya. Daripada tidak memiliki keuntungan sedikitpun," jawab Pak Saka.
"Silahkan jika Pak Saka ingin menarik semua saham Bapak, perusahaan ini masih bisa tetap berdiri," sahut Irwan menantang.
"Baik, kita lihat saja seminggu yang akan datang. Tapi jika Bu Aira tidak hadir, saya sebagai pemegang saham terbanyak kedua yang berhak mengambil keputusan dan Pak Irwan akan di pecat dari perusahaan ini," jawab Pak Saka geram. Karena ia tahu jika Aira tidak akan datang.
"Setuju," sahut Irwan yang sudah tidak memiliki cara lagi.
Dalam seminggu ia akan mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Aira dan juga Syifa. Ia tidak ingin jabatannya sebagai CEO di cabut.
"Jika sudah tidak ada yang mau di bicarakan lagi, kami semua permisi." Semua investor yang ada diruangan meeting itu pergi meninggalkan Irwan sendiri.
Irwan memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. "Apa jangan-jangan Aira pergi dari rumah dan merencanakan ini semua ya? Tapi sepertinya tidak mungkin, selama ini dia hanyalah wanita bodoh, dia tidak akan melakukan sampai sejauh ini."
Irwan masih menganggap jika Aira adalah perempuan bodoh yang masih bisa dia manfaatkan dengan mudah tanpa berpikir bahwa wanita bodoh bisa sadar dan bangkit ketika dirinya terus saja di sakiti.
Sekarang Irwan benar-benar pusing sendiri, ia tidak ingin jika sampai di pecat dan kembali seperti dulu yang tidak punya apa-apa sebelum menikah dengan Aira.
Lisa keluar dari kamar mandi setelah memuntahkan semua isi perutnya, ia benar-benar lemas dan wajahnya pucat.
"Kamu benar-benar malu-maluin yang, Lisa! Nggak pantas banget kamu mual sampai ingin muntah begitu di depan banyak Investor seperti tadi. Itu malah membuat mereka semakin yakin kalau kita selingkuh!" bentak Irwan pada Lisa.
Imagenya yang sudah turun, langsung menjadi hancur lebur akibat ulah Lisa. Padahal dia sendiri yang berbuat tapi dia juga yang tidak mau mengakui kesalahannya.
"Mas, kamu kenapa malah marah-marah sama aku? Harusnya aku dong yang marah sama kamu, kamu udah bohongi aku lho. Kamu bilang perusahaan ini milik kamu, tapi nggak taunya malah punya istri gendut kamu itu!" teriak Lisa yang juga emosi pada Irwan karena telah membohonginya selama ini.
"Kalau semuanya nggak kebongkar, perusahaan ini sebentar lagi akan jadi milik aku. Tapi semuanya harus hancur hanya gara-gara perselingkuhan kita yang tercium sama mereka. Aku curiga kalau Aira yang sengaja melakukan ini, tapi kalau dipikir lagi, nggak mungkin Aira yang bodoh akan melakukan hal ini. Kemungkinan ada karyawan disini yang udah mengadukan hal ini," jawab Irwan.
"Alah! Intinya sama aja kamu bohongi aku kan, Mas. Dan sekarang aku benar-benar nyesal karena sepertinya aku benar-benar hamil," ucap Lisa dengan kesal.
"Hamil?" Bro Irwan.
"Iya. Apa kamu mau lari dari tanggung jawab?" tanya Lisa dengan mata melotot.
"Sayang, mungkin kamu hanya masuk angin aja. Tolonglah jangan nambah masalah dulu, dalam seminggu ini aku harus fokus mencari Aira agar aku bisa mempertahankan posisiku di kantor ini," jawab Irwan dengan frustasi.
"Aku nggak mungkin becanda dalam hal ini, Mas. Kamu liat aja tadi, nggak ada apapun tiba-tiba malah pengen muntah. Kita kerumah sakit aja nanti setelah pulang kantor kalau kamu nggak percaya," ucap Lisa kesal.
Irwan menarik napas yang terasa berat. "Kita bicarakan nanti aja, aku mau balik ke ruangan dulu."
Irwan berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Lisa sendiri di ruangan meeting. Ia sedang pusing memikirkan bagaimana caranya agar bisa menemukan Aira.
"Kalau Mas Irwan nggak mau tanggung jawab, lebih baik aku gugurkan aja janin ini. Toh nggak ada jaminan juga kalau Mas Irwan bakalan tetap jadi CEO di perusahaan ini," ucap Lisa.
Lisa pun melangkahkan kakinya keluar dari ruang meeting. Dan duduk di mejanya untuk melanjutkan pekerjaannya lagi.
*****
"Gimana, Pa? Apa semuanya beres?" tanya Bu Melati pada Pak Dani.
"Mama tenang aja, Papa nggak pernah gagal dalam menangani kasus, dan hari ini pasti Irwan dan selingkuhannya itu sedang berpikir keras untuk bisa mempertahankan posisi mereka di perusahaan Alexander Group," jawab Pak Dani sambil menyeringai.
"Baguslah kalau begitu, Pa."
Tiba-tiba terdengar suara deru mobil berhenti di depan rumah, Bu Melati dan Pak Dani saling lirik satu sama lain.
"Sepertinya itu Aira yang datang, Pa," kata Bu Melati.
"Iya kayaknya, Ma. Tolong Mama jangan obrolkan dulu hal ini pada Aira ya, agar Aira juga nggak kepikiran tentang perusahaannya sekarang," kata Pak Dani yang tidak ingin Aira kepikiran.
"Iya, Pa. Lagian siapa juga yang mau mengatakan pada Aira, Mama hanya ingin dia fokus untuk program dietnya. Mama tuh ingin Aira membalas dendam pada Irwan dan buat Irwan menyesal," jawab Bu Melati.
"Ya udah Papa mau ke ruang kerja dulu Ma," pamit Pak Dani.
"Nggak mau nunggu Aira dulu, Pa? Apa nggak sebaiknya Aira tukeran mobil sama punya Mama? Pasti Irwan lagi cari Aira sekarang. Mama takut kalau Irwan berbuat nekat sama Aira kalau dia bisa menemukan Aira," ucap Bu Melati yang khawatir pada Aira.
Pak Dani yang sudah berdiri dan akan pergi malah kembali duduk karena mendengar ucapan istrinya yang khawatir dengan keselamatannya Aira, dan sepertinya apa yang diucapkan oleh istrinya itu ada benarnya juga.
"Spertinya Papa akan menyuruh anak buah Papa untuk menjaga Aira, Ma. Papa juga nggak mau kalau sampai Irwan menemukan Aira dan mendesaknya," ucap Pak Dani yang juga khawatir dengan Aira.
"Assalamualaikum," ucap Aira yang baru masuk ke dalam rumah.
"Walaikumsalam, Nak. Syifa baru aja tidur, Mama pikir karena kondisinya baru sehat, jadi Mama minta Bibi buat gendong. Eh nggak lama malah beneran tidur," sahut Bu Melati.
"Iya nggak apa-apa, Ma. Justru aku ingin berterimakasih sama Mama, karena udah mau direpotkan menjadi Syifa," jawab Aira.
"Kamu duduklah, sepertinya hari ini kamu sangat lelah. Gimana tadi urusannya? Apa semuanya lancar?" tanya Bu Melati.
"Iya Ma, ternyata masih banyak orang baik. Tadi aja saat aku nyari rumah kontrakan tiba-tiba langsung ada orang yang nawari. Setelah itu aku langsung ke tempat gym yang Mama sarankan dan konsultasi dengan Miss Zilla. Mungkin mulai besok aku akan melakukan gym. Tapi ada hal lain lagi yang ingin aku sampaikan pada Mama, kalau mulai besok juga aku akan bekerja di perusahaan Darma Group," jawab Aira.
"Darma Group? Sepertinya nama perusahaannya nggak asing," sahut Pak Dani.