Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikasih Apartemen
Nela tersenyum kecil. Setelah berdebat singkat tentang menu, seorang pelayan datang dan menawarkan, "Sparkling water rasa apel virgin adalah minuman spesial kami, Nona. Apakah Anda tertarik untuk mencobanya?"
"Tentu saja! Dua gelas ya," jawab Nela cepat, lalu menoleh ke Maya. "Terima kasih ya, May, sudah menemaniku. Biar aku yang traktir kali ini."
"Tidak usah, Nel," Maya menolak halus. Setelah memesan, mereka terlibat dalam percakapan ringan.
Pesanan datang tak lama kemudian, dan keduanya mulai menikmati hidangan.
Di saat yang sama, Salsa tiba di restoran Green Healthy Food.
Salsa masuk dan mencari tempat yang agak tersembunyi, namun tetap strategis untuk mengawasi Maya.
Tiba-tiba, Nela menerima panggilan telepon. "Iya, aku mengerti," ucapnya singkat.
Setelah menutup telepon, Nela menatap Maya dengan wajah sedikit kikuk. "May, aku ada urusan mendadak malam ini, harus ikut audisi tanpa makeup. Aku lupa membawa makeup remover, jadi aku pesan delivery, deh."
"Itu kurirnya sudah datang. Bisa tolong ambilkan?"
Nela menunjuk area matanya yang mulai luntur. "Lihat nih, mata aku sudah seperti panda karena menangis. Malu banget kalau bertemu orang asing, ingin cepat-cepat membersihkan makeup."
"Cuma mengambil barang saja, kok. Gampang," Maya mengangguk. "Oke deh, tunggu ya. Aku ambil 'penyelamat' kamu!"
Saat Maya beranjak, Salsa fokus pada Nela.
Namun, Nela tampak santai, tidak melakukan apa pun yang mencurigakan.
Seketika, jantung Salsa berdebar kencang. Apa mungkin aku salah lihat? Padahal aku yakin banget dia tadi menaruh sesuatu di minuman itu!
"Permisi, ini salad Anda," seorang pelayan datang mengantarkan pesanan, menghalangi pandangan Salsa.
Salsa mendongak, menatap mata pelayan itu.
Tunggu sebentar.
Apa mungkin pelayan ini sengaja? Jangan-jangan... mereka semua komplotan?
Tak lama, Maya kembali. "Ini, sudah sampai."
Nela membuka kemasan itu, lalu mencium aromanya. "Wah, wanginya enak banget! Padahal merek abal-abal, tapi wanginya seperti parfum mahal!"
Ia menyodorkan tutup kemasan itu pada Maya. "Coba cium deh, May."
Maya ikut mencium. "Iya, ya! Wangi mawar tapi lembut banget," ujarnya sambil menghirup aroma itu beberapa kali.
Mata Salsa membelalak.
Krim itu! Itu jebakannya!
Benar saja. Pandangan Maya mulai kabur, dan tubuhnya kehilangan keseimbangan.
Dia kena!
"Aku harus bertindak sekarang."
Salsa membuka maskernya, berpura-pura terkejut. "Kak May! Kok ada di sini?"
Maya mendongak dengan tatapan sayu. "Sal... Salsa?"
"Aku kebetulan lewat," kata Salsa sambil menggenggam tangan Maya yang terasa panas. "Kak, ayo pulang! Aku menemukan hal aneh di apartemen, aku takut!"
"Hah? Tapi Nela..."
Salsa panik dan berbisik cepat, "Kak May, Nela bohong! Dia tidak ada audisi! Aku melihat dia di hotel tadi!"
Maya yang kebingungan berusaha mencerna perkataan Salsa. "Sal... pulang..."
"Oke, kita pulang sekarang!"
Salsa memapah Maya. Namun, saat berbalik... Nela sudah berdiri di hadapan mereka.
Mampus!
Nela menyipitkan mata. "Kamu siapa? Mau membawa temanku ke mana?"
Salsa balas menatap. "Saya temannya! Saya tahu alamat rumahnya, kamu tahu?!"
Beberapa pelayan mulai memperhatikan mereka.
Nela menggigit bibir, lalu mundur selangkah. "Oke. Pastikan dia mengirimiku pesan kalau sudah sampai di rumah."
Begitu keluar dari restoran, Salsa langsung memanggil taksi.
Di dalam taksi, ia membantu Maya duduk di kursi belakang.
"Ke Rumah Sakit Pusat!" seru Salsa sambil melirik plat nomor taksi.
Salsa mengelap dahi Maya dengan tisu basah. Sial, obat apa sebenarnya yang dia pakai?
Tiba-tiba, mata Salsa menangkap sesuatu yang berkilauan di depan.
Cincin emas di jari manis sopir taksi.
Tangan itu... sama persis dengan tangan sopir mobil hitam di hotel!
Napas Salsa tercekat.
Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Sial! Lepas dari mulut harimau, malah masuk ke kandang serigala.
Sambil berpura-pura berbicara dengan Maya, tangan Salsa gemetar membuka ponselnya. Ia mengetik plat nomor taksi itu... lalu mengirimkannya ke Polwan Lenny.
Kemudian, ia mengetik pesan singkat: "TOLONG."
Salsa mendongak.
Sopir itu menatapnya tajam melalui kaca spion.
Salsa melirik ponselnya.
Tanda seru!
Ia melihat ke atas. Sinyal hilang!
Mereka memasang pemblokir sinyal!
"Pak, agak pengap. Buka jendelanya, dong," pancing Salsa.
Sopir itu menyeringai. "Sebaiknya kamu diam saja, Nona. Biar kamu tidak terlalu menderita nanti."
Taksi itu melaju semakin cepat menuju daerah yang sepi. Hati Salsa hancur berkeping-keping.
Tiba-tiba...
Wiuu... Wiuu...
Suara sirene polisi!
Keduanya menoleh. Di belakang mereka, beberapa mobil polisi mengejar!
Sopir itu panik. "Sialan! Kapan kamu melapor?!"
Dia menginjak pedal gas lebih dalam.
"TAKSI KUNING, BERHENTI!"
Sopir itu malah nekat menerobos.
Tepat sebelum tabrakan, mobil polisi di depan melakukan manuver drift yang memukau dan langsung memblokir jalan.
CKIIITTT!
Taksi berhenti mendadak.
Pintu belakang ditarik paksa! Si sopir memegang sebilah belati!
SRETT!
Salsa menyemprotkan pepper spray tepat ke wajahnya!
"UHUUKK! SIALAN!" Sopir itu terbatuk-batuk.
Salsa buru-buru menarik Maya keluar.
Mata Salsa perih. Samar-samar ia melihat pria yang turun dari mobil polisi...
Dia lagi! Yups, siapa lagi kalau bukan Komandan Rakha Wisesa!
Sementara tim medis yang datang segera membawa Maya.
Mata Salsa terbakar perih. Tiba-tiba seseorang menarik lengan bajunya, menuntunnya.
"Dokter Winda, obati matanya."
Itu suara Komandan Rakha.
"Komandan, di mobil ada air bersih. Tolong Anda bantu," jawab dokter dari jauh.
Salsa merasakan air dingin membasuh matanya.
"Sudah lebih baik?" tanya Rakha.
Salsa mengangguk.
"Pakai ini," katanya, memberikan handuk dan obat tetes mata. "Aku sibuk."
Salsa menatap punggung pria itu.
"Salsa!" Polwan Lenny berlari ke arahnya.
Polwan Lenny memegang tangan Salsa, membawanya ke mobil. "Salsa, maaf, aku terlambat. Kamu pasti kaget dan ketakutan banget ya?"
Salsa menggeleng. "Kalian cepat banget! Kok bisa tahu?"
Polwan Lenny menjelaskan, "Aku lihat pesan plat nomormu. Kami cek, mobil hitam itu masuk parkiran sepi dan hilang."
"Dua puluh menit kemudian, taksi kuning keluar. Kami cek platnya... Taksi palsu! Kami langsung lacak dan kejar."
...
Di ruang interogasi.
Komandan Rakha hanya menatap Salsa dengan dingin, memintanya menceritakan semuanya.
Adit, polisi muda di sebelahnya, nyeletuk, "Wah, kamu ini kayaknya pembawa sial, ya. Kamu terkait kasus terus."
Salsa terdiam, sedih.
JLEB!
Komandan Rakha mengetuk meja. "Adit. Apa akademi mengajarimu pakai takhayul?"
Adit langsung pucat dan disuruh keluar.
Komandan Rakha menatap Salsa. "Selesai. Kamu boleh pulang."
Salsa bengong. Gitu aja?
Saat di pintu, Komandan Rakha berkata, "Istirahatlah."
Salsa merinding. Aneh banget!
"S-sampai jumpa, Komandan!" Salsa pun langsung kabur dari kantor polisi.
...
Kembali ke hotel, Salsa ambruk di kasur.
Tring!
Ada pesan masuk.
PANGGILAN WAWANCARA KERJA!
"AKHIRNYA!" Salsa berguling di kasur.
Perusahaan Dana Samudra. Gaji 8-10 juta! Kalau diterima, hidupku aman!
***
Pagi berikutnya. Drrtt... Drrtt... Telepon dari Maya.
"Sal, sudah bangun?"
"Sudah, Kak Maya! Kakak gimana?"
"Aku sudah keluar RS. Aku jemput kamu, ya?"
"Hah? Ke mana?"
"Sarapan! Aku mau berterima kasih. Ada Papa-Mama juga, ya. Mereka mau ketemu kamu."
...
Di restoran, meja penuh makanan.
Orang tua Maya sangat ramah. Mereka tidak kepo soal latar belakang Salsa, malah asyik ngobrolin hobi dan makanan.
Mereka persis seperti di penglihatan Salsa. Tapi... beda.
Di bayangan Salsa, mereka hancur. Sekarang, mereka tersenyum bahagia.
Syukurlah.
"Jadi, Sal, ada yang kamu suka?" tanya Maya, soal apartemen.
Salsa mengangguk. "Aku suka unit 1008, Kak."
"Oke, unit 1008. Habis ini kita langsung pindahan, ya."
Salsa kaget. "Hah? Secepat ini?" Kontrak dan depositnya gimana?
Ibu Maya tersenyum tulus. "Salsa, kamu sudah selamatkan Maya. Kami enggak tahu harus balas budi gimana. Jadi... kami enggak akan tagih uang sewa. Listrik dan air juga kami yang bayar."
Salsa melongo. "Hah?!"
Ayah Maya mengeluarkan sebuah sertifikat. "Ini sertifikat unit 1008. Apartemen ini... kami berikan untukmu sebagai ucapan terima kasih."
Salsa menatap sertifikat di atas meja.
Mereka... ngasih aku... APARTEMEN?!
"Ti-tidak, Om, Tante!" Salsa buru-buru mendorongnya kembali. "Aku enggak bisa terima ini! Ini terlalu berlebihan!"
"Kalau kalian begini, aku jadi enggak enak. Aku cari tempat lain aja, deh."
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
lanjutt thor💪
ganbatteee😍