Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Hari berikutnya, langit menjadi lebih muram dari biasanya banyak hujan turun membasahi seluruh istana Ardelia. Cassian kini absen di meja makan, Corvina hanya mendengus kesal melihat kursi kosong di depannya. Gosip-gosip di lorong-lorong istana semakin mengencang, para pelayan membicarakan Kaisar yang kini absen makan malam bersama ratu. Penyebabnya adalah karena kecemburuan kaisar terhadap ratu yang membuat Kaisar kini berpaling pada Selir.
"Yang Mulia Ratu," pelayan setia nya Cesie menemani ratu nya berjalan-jalan menuju taman kaca. "Saya mendengar Yang Mulia Kaisar banyak menghabiskan waktu di istana selir."
Corvina kembali membuang napas kasar nya. "Biarkan saja, Cesie," katanya, "itu lebih baik, aku tidak perlu berpura-pura manis di depannya."
Pelayannya itu tak berani lagi bicara. Mereka terus berjalan sampai akhirnya tiba di taman kaca, bunyi air hujan yang mengenai atap kaca terdengar sangat nyaring. Corvina duduk di kursi dan berharap disinilah ia bisa menenangkan pikirannya.
Tapi, ternyata ia salah. Theon sudah ada disana. Ia melihat Corvina masuk dan langsung menghampirinya.
"Hormat saya Yang Mulia Ratu," sapa nya, "kebetulan sekali kita bertemu lagi."
Corvina menatap Theon dengan takjub, karena sosok nya selalu nampak menawan. "Ya, Grande Duke."
"Kenapa malam-malam begini Anda kesini, Yang Mulia?"
Casie mundur saat itu, dia tidak mau mendengar percakapan tuannya. Dan dengan inisiatif nya berjaga di pintu agar tidak ada yang masuk ke dalam.
Theon menatap Corvina yang selalu nampak tenang, meskipun seluruh istana kini sedang membicarakannya.
"Yang Mulia, apa Anda selalu nampak tenang?" tanya nya.
Corvina tersenyum tipis. "Tentu saja," kata Corvina datar, "seorang ratukan harus terlihat tenang," katanya lagi, ia bangkit dari duduk nya berjalan sambil melihat indahnya bunga di taman kaca itu.
Theon mengikuti Corvina."Anda benar, Yang Mulia. Tapi, aku kadang heran kenapa Yang Mulia tidak pernah terganggu oleh rumor di luar sana?"
"Nampaknya, Grand Duke mulai penasaran denganku?"
"Ya, Saya sangat penasaran apa rumor di luar sana itu benar atau tidak?"
"Di pesta aku bertanya rumor yang mana yang membuat, Grand Duke penasaran?"
"Rumor tentang Ratu yang haus perhatian Kaisar sepertinya tidak benar, karena ku menyaksikan nya sendiri Anda malah terlihat acuh dengan perhatian Kaisar."
"Jadi?" Corvina tiba-tiba berbalik, nyaris menabrak dada Theon.
Kedua mata mereka bertemu dalam jarak yang terlalu dekat. Napasnya tertahan, sementara Theon refleks menunduk, berusaha menghormati sang ratu tapi justru membuat wajah mereka semakin berdekatan. Jantung Corvina berdegup kencang, ia terpana melihat wajah Theon yang nyaris sempurna itu. Untuk sepersekian lamanya ia tak mau melepaskan pandangannya. Sementara Theon, juga membeku sama-sama terpana oleh kecantikan Corvina.
Udara di antara mereka menegang, nyaris bisa diiris dengan pisau.
Theon cepat-cepat menarik diri setengah langkah, menunduk dalam. “Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud lancang.”
Corvina hanya menatapnya tanpa bicara. Sorot matanya tajam, tapi ada sesuatu yang bergetar halus di balik ketegasan itu.
“Tidak apa, Grande Duke. Saya yang salah tiba-tiba berbalik.” suaranya pelan. Berusaha menutupi getaran di hatinya.
“Saya yang berjalan terlalu dekat dengan Yang Mulia.”
Nada Theon datar, tapi matanya jujur, menatap langsung ke wajah Corvina seolah tak mau melepas pandangannya.
"Jadi, bagaimana sekarang pendapat Anda?" tanya Corvina, "apa rumor itu benar? aku wanita penggoda yang banyak bermain dengan para pria di istana?"
"Aku tida bisa menyimpulkan hanya dengan kejadian barusan, Yang Mulia."
"Harus dengan apa kalau begitu?" tanya Corvina, menantang Theon. Kembali melangkah mendekat kearah Theon. "Apa dengan ini?"
Theon kembali menunduk, kali ini tidak berani menatap mata Corvina. "Maafkan saya, Yang Mulia. Jika Yang Mulia Kaisar mengetahui perbuatan saya di pasti akan salah paham dan cemburu."
Corvina tersenyum samar. “Maka biarkan dia cemburu untuk alasan yang benar.”
Theon mengangkat matanya refleks, dan menatap mata Corvina.
Corvina terdiam, jemarinya meremas rok panjangnya. Di luar, hujan semakin deras, menggema di atap kaca seperti irama yang menegaskan betapa rapuhnya batas antara kesetiaan dan godaan malam itu.
Dan beberapa saat kemudian seseorang masuk. "Pemandangan yang indah,"
bertele2