NovelToon NovelToon
Incase You Didn'T Know

Incase You Didn'T Know

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:761
Nilai: 5
Nama Author: Faza Hira

Demi meraih mimpinya menjadi arsitek, Bunga, 18 tahun, terpaksa menyetujui pernikahan kontrak dengan pria yang ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Mereka setuju untuk hidup sebagai "teman serumah" selama empat tahun, namun perjanjian logis mereka mulai goyah saat kebiasaan dan perhatian tulus menumbuhkan cinta yang tak pernah mereka rencanakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faza Hira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 (Part 1)

Bunga berdiri sendirian di dapur. Ia bingung. Di satu sisi, ia merasa sangat lega. Mas Arga yang perkasa akan turun tangan. Masalahnya pasti beres.

Tapi di sisi lain... ia merasa sedikit kecewa. Ia ingin berterima kasih lagi pada Kak Reza. Dan ia tidak bisa mengabaikan nada aneh di suara Arga tadi. Itu bukan nada 'kakak' yang logis dan protektif seperti biasanya. Itu... sesuatu yang lain. Sesuatu yang terasa seperti... cemburu?

Bunga menggelengkan kepalanya. Nggak mungkin.

Mas Arga cemburu? Karena Kak Reza? Itu adalah ide paling konyol yang pernah ia pikirkan. Mas Arga adalah kakaknya. Dan suaminya di atas kertas. Perjanjian mereka jelas.

Pintu kamar Arga terbuka lagi. Bunga sedikit terlonjak.

Arga sudah berganti pakaian, kini mengenakan kaus oblong hitam polos dan celana pendek selutut. Wajahnya yang tegang tadi sudah sedikit rileks, tapi matanya masih terlihat lelah.

"Sudah Mas pesan mi ayamnya," katanya singkat. "Dua puluh menit lagi sampai. Kamu mau mandi dulu?"

"Eh, iya, Mas." Bunga merasa canggung. Udara di antara mereka terasa berat. "Bunga mandi dulu."

Ia bergegas masuk ke kamarnya, lalu ke kamar mandi pribadinya. Di bawah siraman air hangat, Bunga mencoba mencerna kejadian hari ini.

Pertama, ia dipermalukan di depan umum. Kedua, ia diselamatkan oleh seorang pangeran BEM yang tampan dan baik hati. Ketiga, ia merasakan padatnya KRL sendirian. Keempat, ia membuat suaminya yang pura-pura itu... marah?

Bukan, Arga tidak marah. Tadi dia bilang dia tidak marah. Dia hanya... dingin. Otoriter. "Urusan. Mas." Dua kata itu terus terngiang di kepalanya. Selama ini, Arga selalu menjadi sosok yang memberi saran, bukan memberi perintah. Ini adalah sisi baru dari Arga yang baru ia lihat. Sisi 'suami'-kah? Atau sisi 'pemilik masalah'?

Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit kepalanya, sudah mengenakan daster batiknya yang nyaman. Tepat pada saat itu, bel apartemen berbunyi.

"Mas ambil," teriak Arga dari ruang tamu.

Bunga buru-buru mengeringkan rambutnya. Saat ia keluar kamar, aroma mi ayam yang gurih sudah memenuhi ruangan. Arga sedang menata dua mangkuk mi ayam di meja makan.

"Makan," katanya.

Bunga duduk di seberang Arga. Keheningan yang tadi malam terasa nyaman, malam ini terasa sangat kaku. Hanya ada suara sumpit dan sendok yang beradu dengan mangkuk.

Bunga tidak tahan. Ia harus bicara.

"Mas..." panggilnya pelan. "Mas Arga... marah sama Bunga?"

Arga berhenti mengunyah. Ia mendongak. "Mas sudah bilang, Mas nggak marah."

"Tapi Mas Arga beda."

"Beda gimana?" tanya Arga, nadanya datar.

"Nggak tahu," Bunga menunduk, mengaduk-aduk mi-nya. "Lebih... galak."

Arga menghela napas panjang. Ia meletakkan sumpitnya. "Dengar, Bunga. Mas nggak marah sama kamu. Mas marah sama diri Mas sendiri. Mas lalai. Mas yang minta Ayahmu urus KTP dan KK kamu secepatnya setelah akad, tapi Mas lupa konsekuensinya ke data universitas."

"Oh..." Bunga tidak menyangka Arga akan menyalahkan dirinya sendiri.

"Dan Mas," lanjut Arga, matanya menatap Bunga lekat, "nggak suka ada orang yang bikin kamu nangis. Atau hampir nangis."

Jantung Bunga berdebar sedikit.

"Senior itu," kata Arga, suaranya dingin, "dia nggak punya hak mempermalukan kamu di depan umum, apa pun alasannya. Itu bullying. Dan Mas nggak akan tolerir itu."

"Tapi... Kak Reza udah bantuin..."

"Bantuan dia bagus," potong Arga cepat, nyaris terlalu cepat. "Itu pertolongan pertama yang bagus. Tapi masalah intinya belum selesai. Akarnya masih ada. Data kamu masih 'Kawin' di server pusat. Itu harus diubah."

Arga kembali mengambil sumpitnya. "Itu urusan orang dewasa, Bunga. Urusan yang butuh koneksi, bukan cuma senyuman ramah dari ketua BEM."

Kata-kata itu sedikit menusuk Bunga. "Kak Reza tulus kok, Mas, kayaknya."

"Mas nggak bilang dia nggak tulus," balas Arga. "Mas cuma bilang, biar Mas yang selesaikan. Kamu nggak perlu pusing mikirin ini lagi. Kamu nggak perlu berutang budi lebih jauh sama dia. Anggap masalah ini selesai. Oke?"

Bunga terdiam. Berutang budi lebih jauh. Jadi itu masalahnya? Arga tidak ingin Bunga dekat-dekat dengan Reza?

"Oke," jawab Bunga akhirnya, memilih untuk tidak berdebat. Ia terlalu lelah.

Mereka menghabiskan sisa mi ayam mereka dalam diam.

Malam itu, Bunga tidur dengan gelisah. Ia bermimpi dikejar-kejar oleh Kak Dito yang galak, lalu ia jatuh, dan ada dua tangan yang terulur untuk menolongnya: tangan Kak Reza yang tersenyum ramah, dan tangan Mas Arga yang menatapnya dengan tajam.

Ia terbangun pukul lima pagi dengan perasaan campur aduk.

Ia keluar dari kamar, bersiap untuk membuat sarapan. Roti dan telur, seperti yang Arga ajarkan.

Tapi apartemen itu sepi.

Arga tidak ada di dapur. Pintu kamarnya tertutup rapat.

Bunga mengernyit. Apa Mas Arga kesiangan? Ia mendekati pintu kamar Arga, ragu-ragu antara mengetuk atau tidak. Aturan privasi mereka...

Tepat saat itu, ia melihat secarik sticky note kuning tertempel di pintu kulkas.

Bunga,

Mas berangkat jam 5. Ada meeting koordinasi di lokasi proyek pagi sekali. Sarapanmu roti di meja, selainya di kulkas. Pulang stasiun hati-hati, jangan main HP sambil jalan. Kalau ada apa-apa, telepon.

- A

Bunga memegang catatan itu. Tulisan tangan Arga—tegak, rapi, sangat arsitek—terasa personal. Ada sedikit rasa kecewa karena ia harus berangkat sendiri, tapi juga rasa hangat karena... Arga masih memikirkannya.

Nggak apa-apa. Aku bisa sendiri.

Ia membuat roti selainya, memakannya cepat-cepat, lalu bersiap berangkat.

Perjalanan ke stasiun terasa aman karena masih pagi. Tapi di dalam KRL... adalah mimpi buruk. Tanpa 'benteng manusia' Arga, Bunga terdorong, terhimpit, dan tergencet dari segala arah. Ia merasa kecil dan ringkih. Seseorang dengan ransel besar terus-terusan menyikut punggungnya. Bau keringat dan parfum murah bercampur aduk membuat perutnya mual.

Saat ia akhirnya berhasil keluar di Stasiun Universitas, ia nyaris menangis. Ia bersumpah dalam hati, besok ia akan berangkat satu jam lebih pagi.

Di kampus, ia bertemu Vina di depan gerbang. Wajah Vina terlihat berbinar-binar.

"BUNGAAAA!" pekik Vina heboh, menarik Bunga ke sudut. "Gila, gila, gila!"

"Apaan, sih, Vin? Pagi-pagi udah gila," kata Bunga, merapikan kemejanya yang lecek.

"Kak Reza!"

Jantung Bunga berdebar. "Kenapa Kak Reza?"

"Tadi... tadi..." Vina kegirangan. "Dia nyamperin gue! Dia nanyain lo! Dia nanya, 'Melati sudah datang?' gitu! YA AMPUN! Dia nanyain lo, Bunga! Dia ingat nama lengkap lo!"

Pipi Bunga langsung terasa panas. "Ah, masa? Paling dia nanya ke semua maba baru."

"Nggak! Matanya nyariin elo! Jelas banget! Gila, lo beneran beruntung banget! Habis diselamatin, sekarang dicariin! Ini sih sinetron banget!"

Perasaan Bunga campur aduk. Di satu sisi, ia tersanjung luar biasa. Seorang Presiden BEM yang tampan dan populer mengingat namanya. Tapi di sisi lain, ia teringat peringatan Arga semalam: 'Kamu nggak perlu berutang budi lebih jauh sama dia.'

"Paling dia mau nanyain soal data yang kemarin," elak Bunga, mencoba terdengar logis.

"Nggak peduli! Yang penting dia nyariin lo!"

Belum sempat Bunga menjawab, bel apel pagi berbunyi. Mereka harus berbaris.

1
indy
Ceritanya bikin senyum-senyum sendiri. arga latihan sekalian modus ya...
minsook123
Suka banget sama cerita ini, thor!
Edana
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
Ivy
Keren banget sih ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!