Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Negosiasi
Kita kembali saat waktu makan siang. Matanya melirik ke arah Savier."25 ribu? Tapi harganya 15 ribu seporsi." Ucapnya yang telah membawa dua porsi siomay.
"A...aku tidak tau, mungkin karena wajahku yang polos aku ditipu." Ucapnya tertunduk, mengundang rasa iba. Pemuda yang sejatinya tidak mengetahui harga seporsi siomay di depan sekolah. Tapi malah sok tahu."Amelia akan memaafkanku kan?" Tanyanya.
Gadis yang menghela napas. Hanya Savier yang mau dekat dan menempel padanya. Hanya orang ini yang menurut Amelia gaya hidupnya paling hemat. Karena itu untuk dapat mengatur management keuangan dirinya mengangguk."Aku maafkan, lain kali jangan sampai tertipu lagi. Siomay harga 15 ribu, mentang-mentang wajahmu polos malah jadi membayar 25 ribu. Tenang saja di masa depan aku akan melindungimu dari orang yang menipu dan menggertakku. Asalkan kamu tetap menjadi asisten penjahat sepertiku."
"Amelia, kamu benar keren! Tidak ada yang dapat mengalahkan Amelia." Ucapnya tersenyum memberikan dukungan.
Dua orang yang memesan minuman di kantin. Kemudian duduk mulai menikmati siomay. Jujur saja Amelia untuk pertama kali memakan makanan ini. Rasanya lumayan, matanya melirik ke arah Savier yang makan dengan lahap bagaikan orang kelaparan. Sudah pasti pemuda ini jarang makan, makanan seperti ini.
Sungguh malang, sudah miskin, karena berwajah polos sering ditipu.
"Makannya pelan-pelan. Apa kamu jarang memakan-makanan seperti ini?" Tanya Amelia sedikit merasa iba. Hanya sedikit.
Savier mengangguk."Biasanya aku makan siang dengan tahu, tempe, dan sayur." Ucapnya dengan mulut penuh.
Tapi menyisakan setengah porsi."Rasanya enak, karena aku juga sudah makan nasi, setengah milikku untuk Amelia saja."
Ini baru fans sejati. Bukan tunangan yang bahkan tidak pernah menyatakan cinta. Diberi perhatian malah cuek. Dibela, malah selingkuh.
"Kamu makan, ini perintah dariku." Amelia menyipitkan matanya. Wanita yang memang jarang tersenyum atau tertawa. Tapi ketika tersenyum atau tertawa selalu terlihat mengerikan.
Savier yang memang menelan ludahnya masih lapar bergerak ragu. Kembali mengambil sisa siomay miliknya yang sebenarnya ingin diberikan pada Amelia.
Sedangkan Amelia memakan siomay miliknya sendiri. Sembari mengamati betapa manis pemuda lugu ini saat makan.
Tapi.
Suara kasak kusuk terdengar dari meja sebelah. Dirinya dapat mendengar semua yang dikatakan Tiara, bahkan Titania dan Yona.
Bagaimana wajah Amelia saat sedang marah? Wanita itu tersenyum tapi memancarkan aura gelap yang menyengat.
"Tetaplah bahagia, jangan pikirkan apa yang dikatakan orang lain." Ucap Savier menyuapi siomay pada Amelia. Gadis yang menerimanya, tapi sayangnya wajahnya masih menampakkan aura suram.
Aura villain yang hakiki.
Brak!
Suara gebrakan meja terdengar disertai kalimat."Menyebalkan! Sudah jadi begitu miskin nasih saja sombong."
Baik! Ini sudah keterlaluan. Dirinya memang sudah jatuh miskin, hidup menumpang. Tapi setidaknya masih bisa mengunyah siomay.
"Berisik. Bisa diam tidak? Aku sedang makan siomay." Amelia menoleh dengan aura membunuh yang menyengat.
Membuat kedua gadis yang bergosip sebelumnya menelan ludahnya.
"Karena inilah aku jatuh cinta..." Savier menghela napas kasar, kembali menatap wajah Amelia sembari menguyah siomay.
Tapi, taukah hal yang membuat seorang jendral tidak takut untuk berperang? Yaitu keyakinan mereka telah berada di jalan kebenaran untuk melindungi yang lemah.
Dan itulah yang terjadi kini. Bunga Peony mendayu-dayu itu bangkit. Kemudian berucap pelan, dalam air mata penuh cinta."Amelia, aku tidak bermaksud merebut apa yang ada di hidupmu. Aku hanya ingin mencari orang tua kandungku."
"Amelia! Kamu pikir kami takut padamu? Tiara orang yang begitu baik, begitu lembut, dia hanya ingin menjadi teman atau saudaramu. Dia tidak pernah serakah sepertimu." Yona pasang badan melindungi sahabatnya yang menangis sesenggukan.
"Benar! Tidak ada orang di sekolah ini yang menyukaimu. Kamu begitu sombong." Titania menimpali.
"Aku menyukainya." Ucap Savier terlihat begitu lugu, masih mengunyah siomay.
"Diam!"
"Diam!"
Bentak Yona dan Titania bersamaan. Tapi, ini sudah keterlaluan, jika dua jenderal wanita ini bangkit menjadi pemberani karena melindungi Titania yang merupakan malaikat teraniaya.
Maka villain akan menjadi lebih kejam dan brutal, jika sedikit saja menyakiti satu-satunya orang yang peduli padanya. Bukankah ini merupakan garis besar pemisah pahlawan kesiangan dan villain.
Brak!
Rambut Yona ditarik, garpu diarahkan pada lehernya."Kalian bisa melindungi Tiara. Kenapa aku tidak bisa melindungi Savier. Seenaknya saja berteriak pada orangku. Dia juga punya telinga, bagaimana jika gendang telinganya pecah."
Yona menelan ludahnya ketakutan. Perlahan Amelia menyeringai, melirik ke arah Titania."Kenapa diam? Takut?"
"Amelia, hentikan! Yona hanya sedikit meninggikan nada bicaranya. Dia sama sekali tidak berbuat buruk pada Savier." Ucap Tiara pelan mengundang iba beberapa orang.
Tapi.
Siapa yang lebih pick me dibandingkan si pick me.
"Amelia aku tidak apa-apa. Mereka memang sering meninggikan nada bicaranya padaku, hanya karena keadaan ekonomi keluargaku." Ucap Savier menunduk pelan.
Beberapa siswa yang ada di kantin saling melirik. Tidak dipungkiri mereka tidak ada yang berteman dengan Savier. Terkadang juga jika memberikan perintah pada pemuda itu selalu dengan nada tinggi. Istilahnya, setidaknya mereka merasa bersalah pada Savier.
"A...aku salah..." Yona ketakutan kala garpu menyentuh kulit lehernya.
"Sudah tau salah?" Amelia melemparkan garpu yang dipegangnya hingga terjatuh ke lantai. Kemudian melepaskan Yona."Aku memang jahat. Karena itu jangan macam-macam padaku dan orangku, jika tidak ingin aku hancurkan."
"Savier, lanjutkan makannya. Jangan pedulikan mereka, lagipula bukan mereka yang bayar. Aku dapat membayangkan masa depan mereka, pelakor." Amelia menunjuk ke arah Tiara, kemudian menunjuk ke arah Yona dan Titania."Serta dua ibu-ibu berdaster yang membela pelakor, padahal suami mereka dilarikan pelakor lainnya."
Senyuman menyeringai Amelia kembali duduk di kursinya seakan tidak terjadi apapun. Mengeluarkan emosi akan meringankan stress. Dirinya harus tetap tenang, mengatur keuangan adalah yang utama saat ini.
Yona menatap tajam padanya walaupun sedikit ketakutan, begitu pula dengan Titania yang pada akhirnya melangkah pergi bersama Tiara.
"Makan yang banyak." Ucap Amelia tanpa ekspresi. Tapi itulah yang membuat Savier menyukai dan mengikutinya.
Tapi, satu hal yang mungkin memang benar-benar ingin diketahui oleh Amelia. Mengapa dalam buku novel Savier menghilang di pertengahan cerita.
Jika dihitung-hitung, bukankah itu terjadi setelah kelulusan. Kemudian Savier baru terlihat di bagian ending, 7 tahun setelah tokoh Savier menghilang.
"Apa kuliah..." Gumam Amelia.
"Kuliah?" Tanya Savier dengan mulut penuh.
"Rencananya kamu mau kuliah dimana?" Amelia menatapnya penuh rasa penasaran.
"Aku... mungkin universitas terbuka. Kuliah sambil bekerja. Agar bisa merasa pantas bersanding dengan Amelia yang cantik." Kalimat darinya penuh senyuman cerah. Pemuda yang bagaikan memiliki aura malaikat di sekitarnya.
"Be... begitu." Amelia berusaha keras untuk tersenyum.
"Mungkin aku akan bekerja sebagai TKI." Jawaban dari seorang pemuda berwajah ramah, mengaduk-aduk makanannya sendiri.
Amelia mengangkat salah satu alisnya."Bagaimana daripada menjadi TKI, kamu membuat bisnis bersama denganku."
"I...itu agak sulit." Savier sedikit berpikir apa yang akan dilakukan kedua orang tuanya.
Sedangkan Amelia menyipitkan matanya. Takdir buruk harus diputus. Setidaknya jika ada Savier di sampingnya, aura malaikat akan menyebar, membuatnya hidup dengan baik dan hemat. Jikapun Tristan bersikeras mengirim orang untuk melecehkannya, ada Savier yang akan meminta bantuan.
Karena... tidak mungkin pemuda ini bisa bertarung. Pemuda ini hanya spesialis malaikat.
"Tapi, jika sesuatu terjadi dan kamu mau tinggal di rumahku. Mungkin aku akan..."
masa cuman gitu
bagaimana ini,nanggung bet🤣🤣🤣
sayang melewati kesempatan ini
cabut euy,kita pulang
mau liat keributan ini
upps...ga ya aku kan kakak perempuan yg Budiman 🤣