Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIL KONTRASEPSI
Pagi Ini seharusnya terasa segar, Namun, suasana di ruang kerja justru malah sebaliknya. Jam dinding baru menunjuk pukul 09.00, tapi ktegangan sudah begitu kental. Tumpukan email menunggu balasan, laporan belum selesai, dan notifikasi rapat terus bermunculan di layar komputer.
Suara ketikan keyboard bercampur dengan dering telepon, seolah-olah berpacu dengan detak jantung yang makin cepat. Kopi hitam yang baru saja diseduh tak sempat disentuh.
Di meja, kertas berserakan, agenda penuh coretan, sementara kepala sudah dipenuhi target dan tenggat waktu yang seakan berlari lebih cepat daripada tenaga yang tersedia.
Di sudut ruangan, ada yang menghela napas panjang, ada pula yang menekan pelipis karena sudah mulai terasa pusing meski hari baru saja dimulai. Semua orang seakaan terburu-buru, saling menahan rasa panik, sambil berusaha menampilkan wajah profesional.
Grace langsung kembali fokus Jari-jarinya mengetik cepat, namun pikiran terasa bercabang. Laporan harus selesai, presentasi belum rampung.
Grace menekan pelipis, mencoba mengusir pening yang datang lebih cepat dari yang seharusnya. "Baru jam 09.00," gumamnya lirih, tapi tubuhnya sudah seperti berada di tengah maraton.
Ethan tiba-tiba menghentikan langkahnya, Grace berjalan di belakang Lucas sambil melihat tablet di tangannya. Karena suaminya berhenti tiba-tiba, grace pun menabrak punggung Ethan.
Dengan tersenyum nakal, Ethan membalikkan badan. "Apa terasa enak disentuh?"
Grace mengernyitkan alisnya sambil memasang wajah kesal, dan reflek melepaskan satu tangannya yang tadi tidak sengaja memegang pinggang kuat Ethan, menghindari jatuh. Grace bergumam kesal, "tidak ada hubungannya, kau yang tiba-tiba berhenti!"
"Laporan yang aku pinta?" Kata Ethan sambil menaikan satu alisnya.
"Akan aku ambilkan dulu!" kata Grace.
Ethan masuk ke ruang pertemuan, hari ini ada rapat tentang opening resort baru. Tak berapa lama, Grace masuk ke ruang pertemuan. Sambil membawa setumpuk berkas.
"Ini adalah laporan periode pertama, tentang pembebasan lahan!" kata Grace menunjukan satu persatu berkas yang terkait resort baru Grup Mo nanti.
Pada saat ini notifikasi pesan masuk ke ponsel Ethan, itu adalah notifikasi pemakaian kartu emas miliknya yang baru dia berikan kepada Sarah. Bukan hanya satu kali, tapi berkali-kali
Grace memegang berkas terakhir, berkas draft surat percerainnya. Dia menghela napas panjang, lalu mulai memberanikan diri untuk mengambil kesempatan bagus ini.
"Mohon tanda tangan berkas ini juga!" Katanya dengan cepat dan penuh percaya diri.
Grace langsung menyodorkan halaman terakhir, Ethan menandatangani sambil menatap ponselnya, tanpa melihat apa yang sebenarnya yang sedang dia tandatangani.
Tanda tangan berhasil di dapat, Grace segera mengambilnya. Dan, langsung membawanya keluar. Hatinya berderu, berdegup kencang, merasa seperti sedang dikejar hewan buas. Dia pun segera pergi menemui Nania yang sudah menunggunya di bawah, di lobi.
Sebelumnya Grace mengatakan hari ini akan memberikan draft perceraian yang sudah ditanda tangani oleh Ethan. Karena itu, Nania telah menunggu dibawah. Melihat Grace keluar dari lift, Nania segera berlari kecil menghampirinya.
"Oh sayangku, kau berhasil, kau berhasil. Sebentar lagi masa lajang yang indah sedang menantimu!" Kata Nania sambil tertawa kecil seraya mengambil berkas surat perceraian itu.
"Baiklah, aku bawa ini ya. Dan kau sayang, siap-siap ya, aku akan segera mengaturkan kencan untukmu, aku akan memilihkan pria yang paling berkualitas untukmu!" kata Nania sambil melambaikan tangannya.
Grace segera berbalik masuk ke dalam Lift, tangannya menekan tombol tutup berkali-kali. Dia harus cepat kembali ke ruang pertemuan.
Begitu pintu lift terbuka, dia langsung berlari kecil masuk kembali ke ruang pertemuan. Di depan pintu, salah satu bawahannya sedang berdiri memegang nampan saji berisi segelas kopi. "Kerja bagus, terima kasih!" katanya sambil mengambil nampan saji itu.
Grace masuk dengan tenang, lalu meletakan segelas kopi di meja Ethan tepat di jam sepuluh. Seperti biasanya. Ethan langsung menyesap kopi itu tanpa menaruh curiga, lalu kembali serius dengan pembahasan rapat.
Grace mundur tiga langkah, lalu duduk di kursi yang ada di belakang Ethan. Dia mulai serius lagi melihat tabletnya. Mulai melihat notulen di drive bersama. Sebagai sekretaris utama tentu saja Grace memiliki beberapa bawahan.
Grace membaca notulen rapat yang baru saja diperbaharui di Drive bersama. Dia memahami isinya dengan cepat, lalu langsung membuat ringkasan analisa. Biasanya setelah rapat, Ethan lebih memilih membaca ringkasan analisa Grace, ketimbang hasil notulen.
Rapat pun usai, Ethan baru bertanya. "Tadi berkas terakhir yang kutandatangani, itu berkas apa?"
Grace hampir tersedak napasnya sendiri ketika Ethan bertanya. Lalu dengan berusaha santai dia menjawab. "Persetujuan dana piknik perusahaan!"
Ethan mengangguk, setiap pertiga tahun Grup Mo melakukan acara piknik bersama karyawan pusat dan juga cabang. Ethan kembali ke ruangannya. Namun, lagi-lagi langkahnya terhenti. Dia melihat sebuah botol obat di meja Grace.
Pada saat ini keduanya menatap botol obat itu. Dengan wajah panik Grace langsung mengambil botol obat itu. Ethan menaikan alisnya, "Apa kau sakit!"
Grace langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak... aku tidak sakit. I-ini... obat... eum!"
Grace sedikit kesulitan menjelaskannya. "Pil Kontrasepsi!"
Grace mengangguk pelan sambil memasukan botol obat itu ke dalam laci meja kerjanya. Terlihat sedikit ketidakpuasan di wajah Ethan. Dia pun masuk ke ruangannya dengan rasa sesikit kesal di hati.
"Apa dia merasa terhina jika punya anak dariku!" pikirnya sambil melemparkan pena ke lantai.
Di luar ruangan, Grace sedamg terduduk lemas. Hari ini benar-benar seperti naik kereta cepat, hanya saja seperti berdiri di ujung kepala kereta cepat.
"Ah... benar-benar melelahkan!" pikir Grace sambil menelungkupkan kepalanya diatas meja kerja.
Ponsel Grace bergetar, sebuah notifikasi pesan masuk. Grace mengangkat kepalanya dengan malas. Dia membuka pesan foto yang baru saja dikirim oleh Nania.
Tersemat sebuah pesan, "Sah, dengan selamat sentosa aku sudah menyerahkan surat hidup dan matimu ini kepada pengacara terbaik di kota ini!"
"Terbaik!" Balas pesan Grace sambil tersenyum.
Seketika saja, hatinya langsung berubah menjadi bersemangat kembali. "Ya... sebentar lagi aku akan menikmati hidup!"
Grace memandang pintu ruang kerja Ethan. Dalam hati dia berkata, "selamat tinggal suamiku!"
Di dalam ruangan, Ethan terlihat sedang sibuk menghubungi kepala pelayan. "Mulai besok tambahkan masakan penambah subur rahim!"
"Hah! Apa Tuan?" Kata si kepala pelayan memastikan bahwa dia tidak salah dengar.
"Aku bilang tambahkan menu makanan sehat untuk Nyonya!" kata Ethan langsung menutup sambungan ponselnya.
Kepala pelayan terkejut sekaligus tersenyum seraya berpikir, "sepertinya Tuan sedang merencanakan untuk memiliki bayi dengan Nyonya."
Di luar ruangan Ethan, Grace tiba-tiba bersin tiga kali. Tengkuk lehernya terasa meremang. "Apa ada yang sedang membicarakanku!"
Grace menepuk dadanya tiga kali, lalu mulai berkonsentrasi lagi dengan pekerjaan yang seakan tidak pernah ada habisnya.
" Hati yang busuk mengeluarkan napas yang bau "
🤣🤣🤣🤣 bangun tidur uda bau..walaupun cantik juga...Sekretaris Mei bisa aza...Sarah diam membisu...🤭🤭🤭🤭
kudu di kubek otak c e ny
c j pede bed,,org lg ngejar grace
nat tegas lu