NovelToon NovelToon
Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Status: tamat
Genre:Keluarga / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Terlarang / Romansa / Cintapertama / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Berawal dari sebuah gulir tak sengaja di layar ponsel, takdir mempertemukan dua jiwa dari dua dunia yang berbeda. Akbar, seorang pemuda Minang berusia 24 tahun dari Padang, menemukan ketenangan dalam hidupnya yang teratur hingga sebuah senyuman tulus dari foto Erencya, seorang siswi SMA keturunan Tionghoa-Buddha berusia 18 tahun dari Jambi, menghentikan dunianya.

Terpisahkan jarak ratusan kilometer, cinta mereka bersemi di dunia maya. Melalui pesan-pesan larut malam dan panggilan video yang hangat, mereka menemukan belahan jiwa. Sebuah cinta yang murni, polos, dan tak pernah mempersoalkan perbedaan keyakinan yang membentang di antara mereka. Bagi Akbar dan Erencya, cinta adalah bahasa universal yang mereka pahami dengan hati.

Namun, saat cinta itu mulai beranjak ke dunia nyata, mereka dihadapkan pada tembok tertinggi dan terkokoh: restu keluarga. Tradisi dan keyakinan yang telah mengakar kuat menjadi jurang pemisah yang menyakitkan. Keluarga Erencya memberikan sebuah pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Beberapa hari pertama setelah Akbar pulang ke Padang adalah hari-hari paling aneh bagi Erencya. Ada keheningan yang berbeda di dalam dirinya. Ritme rahasianya yang mendebarkan—misi serah terima surat dengan Lusi, ritual jam 4 sore di jendela—tiba-tiba berhenti total. Tidak ada lagi debaran jantung saat menunggu Lusi di koridor, tidak ada lagi siluet yang ditunggu di seberang jalan. Semuanya kembali 'normal', dan justru kenormalan itulah yang terasa begitu salah.

Di sekolah, Lusi juga merasakan hal yang sama. "Sumpah, Ren, gue ngerasa kayak pengangguran sekarang," keluh Lusi saat mereka makan siang di kantin. "Biasanya jam segini kita lagi sibuk mikirin strategi operan surat. Sekarang... bosen banget."

Erencya tersenyum tipis. "Sama. Aku juga ngerasa ada yang hilang."

Kepergian Akbar meninggalkan sebuah lubang. Tapi anehnya, itu bukan lubang yang berisi kesedihan atau keputusasaan. Itu lebih seperti sebuah ruang kosong yang tenang, penuh dengan penantian. Surat terakhir dari Akbar, yang ia terima via Lusi sebelum pria itu pergi, menjadi pegangannya.

...Aku pulang untuk melanjutkan perjuangan kita di medan yang lain. Aku harus lulus... agar suatu saat nanti, saat aku kembali lagi ke sini, aku datang sebagai seorang laki-laki yang pantas untukmu...

Kata-kata itu terngiang-ngiang terus di kepalanya. Akbar tidak menyerah. Dia hanya sedang naik level dalam permainan mereka. Dan tugas Erencya sekarang adalah mendukungnya, dan juga fokus pada level permainannya sendiri di sini.

Sekarang, penantiannya punya bentuk baru. Bukan lagi menunggu Lusi atau jam 4 sore. Tapi menunggu Pak Pos.

Setiap sore, setelah pulang sekolah, ia akan duduk di teras depan rumahnya dengan alasan 'cari angin'. Matanya akan awas mengamati setiap motor yang lewat di depan gerbang. Setiap kali melihat motor berwarna oranye khas kantor pos dari kejauhan, jantungnya langsung berdebar. Tapi sudah tiga hari, motor itu selalu lewat begitu saja.

Dia mulai merasa sedikit cemas. Apa surat Akbar nggak sampai? Apa nyasar? Komunikasi via pos itu terasa begitu kuno dan penuh ketidakpastian dibandingkan dengan dunia digital yang serba instan.

Di hari keempat, saat ia hampir putus asa dan hendak masuk ke dalam rumah, motor oranye itu berhenti tepat di depan gerbangnya. Seorang petugas pos turun, membuka tasnya, dan mengambil sepucuk surat. Hati Erencya terasa seperti mau meledak.

"Misi, Non. Ada surat untuk Non Erencya," kata petugas itu pada Bi Surti, asisten rumah tangga mereka yang sedang menyiram tanaman.

Bi Surti mengambil surat itu dan menyerahkannya pada Erencya. "Dari siapa, Non? Tumben ada yang kirim surat."

"Dari... teman sekolah, Bi. Buat tugas kelompok," jawab Erencya, alasan andalannya.

Dia membawa surat itu ke kamarnya seolah membawa piala kemenangan. Di amplop itu, tertera alamat rumahnya yang ditulis dengan tulisan tangan Akbar, dan sebuah prangko kecil di sudutnya. Benda sederhana ini terasa begitu ajaib. Surat ini telah melakukan perjalanan jauh, melintasi pulau, hanya untuknya.

Dengan tangan gemetar, ia membukanya. Itu adalah surat pertama dari Padang.

Erencya-ku,

Aku sudah sampai di Padang dengan selamat. Rasanya aneh banget. Semuanya masih sama, tapi rasanya ada yang hilang. Dan yang hilang itu kamu...

Erencya bisa merasakan kerinduan dalam setiap kata yang Akbar tulis. Ia tersenyum sedih sekaligus bahagia. Ia tidak sendirian merasakan kehampaan ini.

...Melihat kamarku lagi, melihat tumpukan buku skripsiku, rasanya beda sekarang. Aku nggak lagi melihatnya sebagai beban. Aku melihatnya sebagai jalan. Jalan yang harus aku tempuh untuk bisa kembali ke kamu...

Membaca ini, Erencya merasa begitu bangga. Akbar tidak melihat skripsinya sebagai penghalang, tapi sebagai jembatan. Jembatan menuju masa depan mereka. Keseriusan Akbar, tekadnya, terasa begitu nyata, bahkan dari jarak ratusan kilometer.

Dia menyelesaikan membaca surat itu dengan perasaan lega yang luar biasa. Ketakutan bahwa jarak akan mengubah segalanya ternyata salah. Jarak justru membuat tujuan mereka menjadi lebih jelas. Hikmah-nya sederhana: mereka memang terpisah, tapi mereka tidak berjalan sendirian. Mereka sedang berjalan di jalur yang berbeda, tapi menuju garis finis yang sama.

Ini pelajaran baru baginya. Tentang kesabaran. Tentang kepercayaan. Dia harus percaya pada proses. Dia harus percaya pada perjuangan Akbar di sana, sama seperti Akbar percaya pada perjuangannya di sini.

Malam itu, suasana di meja makan terasa sedikit lebih cair. Mungkin karena liburan sudah benar-benar usai dan semua orang kembali ke rutinitas mereka, ketegangan sedikit mengendur. Papanya bahkan bertanya tentang sekolahnya, sebuah interaksi kecil yang terasa seperti kemajuan besar.

"Gimana hari pertama sekolah setelah libur?" tanya Papanya.

"Baik, Pa. Langsung banyak tugas," jawab Erencya, kali ini dengan nada yang lebih ringan.

Dia tidak lagi merasa seperti tahanan yang marah. Dia lebih merasa seperti seseorang yang punya rahasia indah, sebuah kekuatan pribadi yang tidak bisa dilihat oleh siapa pun. Kekuatan itu membuatnya lebih tenang, lebih dewasa dalam menghadapi situasi di rumah.

Setelah makan malam, ia kembali ke kamarnya. Ia menatap tumpukan kertas surat dari Akbar yang semakin tebal, yang ia simpan di dalam buku novel rahasianya. Tumpukan itu adalah bukti. Bukti bahwa cinta mereka itu nyata dan kuat.

Ia mengambil selembar kertas surat. Sudah waktunya untuk mengirimkan dukungan kembali ke seberang pulau.

Kak Akbar,

Surat pertamamu dari Padang sudah sampai! Aku senang banget sampai lompat-lompat di kamar. Sumpah, nungguin Pak Pos itu ternyata olahraga jantung juga ya, hehe.

Aku bangga banget baca tulisanmu. Tentang bagaimana Kakak melihat skripsi itu sekarang. Kamu benar, Kak. Itu bukan beban, itu jembatan kita. Selesaikan jembatan itu, ya. Aku di sini akan sabar menunggu di ujungnya.

Di sini semuanya... mulai sedikit membaik. Sedikit banget sih, tapi lumayan. Papa udah mulai ngajak ngobrol lagi. Mungkin mereka lihat aku udah 'jinak' lagi, padahal mereka nggak tahu aja kalau di dalam hati aku lagi sibuk menyusun strategi buat masa depan kita.

Fokus ya sama skripsinya. Jangan kebanyakan mikirin aku (tapi jangan lupain aku juga!). Anggap aja setiap halaman skripsi yang Kakak selesaikan itu satu langkah lebih dekat ke Jambi.

Aku akan jadi supporter nomor satumu dari sini.

Selalu,

Erencya.

Dia melipat suratnya. Besok, dia akan pergi ke kantor pos untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Dia akan membeli prangko, dan mengirimkan kepingan hatinya melintasi lautan. Hubungan jarak jauh mereka yang baru telah dimulai. Penuh dengan penantian, penuh dengan kepercayaan, dan di atas segalanya, penuh dengan harapan. Dan Erencya sadar, dia siap menjalani setiap detiknya.

1
👣Sandaria🦋
jadi akhirnya Akbar login atau logout, Kak?🤔
kisah perjuangan cinta yg mesti aku hargai sebagai pembaca, Kak. meski dari tengah sampai akhir aku merasa authornya kehilangan "sentuhan" pada ceritanya. mungkin gegara mengubah ending dengan bermanuver terlalu tajam😂
Sang_Imajinasi: udah ada kok cuma belum dirilis mungkin akhir bulan ini rilis novel roman dengan banyak bab maybe 500 bab
total 8 replies
👣Sandaria🦋
selalu aneh dengar ucapan hati-hati di jalan bagi orang yg naik pesawat. macam dia aja yg nerbangin pesawat. harusnya kan "tolong bilangin ke pilotnya hati-hati di udara, jangan ngebut!"🙄🤣
👣Sandaria🦋
baca bagian ini, Bang@𝒯ℳ ada begitu banyak "kekayaan" di dunia ini, tidak hanya melulu soal uang. mungkin disayangi aku yg imut ini salah satunya🤔😂
👣Sandaria🦋: aku barusan tamat baca ini novel, Bang. cari tempat mojok lain lah. atau berantem lagi di novel Om Tua😆
total 8 replies
👣Sandaria🦋
asiik bener nama timnya 👍😂
👣Sandaria🦋
aku dulu pernah naik ini di pasar malam, Kak. pas di atas ketinggian itu terjadi ciuman ke-29 ku. kalau gak salah ingat 🤔😂
👣Sandaria🦋
yg bertemu diam-diam selama seminggu itu di bulan Juni, Kak. yg terjadi di bulan Desember mah nerakaa😆
👣Sandaria🦋
kadang aku ragu Erencya ini di cerita aslinya beneran masih SMA, Kak? tua kali pemikirannya. minimal anak kuliahan tingkat akhir lah😆
👣Sandaria🦋
kok mereka belum menyinggung keimanan ya, Kak?🤔
👣Sandaria🦋
jadi udah di tahap "pulang" aja nih. enggak datang lagi? jauh kali lompatan si Akbar😆
👣Sandaria🦋
untung gak kayak adegan Armageddon😅
👣Sandaria🦋
mengapa Akbar gak jalur darat aja ke Jambi nya, Kak? mungkin biar kelihatan dramatis ya efeknya kek di pilem pilem?😆
👣Sandaria🦋
kayak kita nih Bang@𝒯ℳ cinta yg kuat itu tumbuh di tengah percakapan percakapan saling maki, saling bully dan saling merendahkan diri🤦 sampai-sampai mengalahkan romansa cinta Ucup dan Anny😂🤣
👣Sandaria🦋: aduh Abang. pengen terjun ke laut aja nih aku, biar digulung ombak sekalian☺️😂
jadi pengen nge tag Bang Salman, Bang Zen dan Bang Asta. kali aja mereka rela muntahh berjamaah, Bang🤣🤣
total 2 replies
👣Sandaria🦋
kalau Erencya juga membangun jembatan dari sisi seberang, pasti sebentar lagi jembatannya nyambung itu. entah kalau ada preman preman yg nyolong bata dan besinya🤦
👣Sandaria🦋
jangan terlalu terbuai gombalan kalian. karena "semua akan preeet pada waktunya" begitulah kata-kata warga net yg berpikir logis🤣
👣Sandaria🦋
aku tidak menyangka perkara membangun jembatan ini bisa membuatku melankolis begini, Kak😭😂
👣Sandaria🦋
sebegini beratnya perjuangan cinta, siapa yg akan berani membakar jembatannya? bahkan authornya saja tidak berani😭😂
Sang_Imajinasi: baca nya sambil play musik tanpa cinta, sama seamin tapi tak seiman kak
total 1 replies
👣Sandaria🦋
kalau guru sejarah ku seperti Akbar. mungkin aku masih ingat siapa nama guru sejarah ku dulu. lebih parahnya aku saja lupa ada pelajaran sejarah😆
👣Sandaria🦋
memang begitu gaya dosen penguji sejak zaman purba 😂
👣Sandaria🦋
ini bener lagi. kalau udah mendekati waktu eksekusi, jangan ngapa-ngapain lagi. tunggu aja dor nya😆
👣Sandaria🦋
memang betul ini, kadang mules😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!