NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Tinggal Bareng Suami

Sebagai murid baru, tentu Meldy masih merasa canggung dengan lingkungan sekolah barunya itu. Untung saja ada Pijar yang lebih dulu pindah, jadi Meldy bisa banyak bertanya dengan sahabat nya itu. Dikelas pun, Meldy duduk satu meja dengan Pijar.

Tanpa terasa ternyata bel pulang sekolah telah berbunyi. Seharian disekolah, tapi Meldy sama sekali tak melihat Danial. Meldy sempat menanyakan kepada Dea apakah suaminya itu masuk sekolah atau tidak.

"Lo mau pulang sama kak Melvin atau gue anter nih?." Tanya Pijar. Mereka sedang berjalan menuju parkiran.

"Tadi pagi sih udah janjian sama kak Melvin, tapi nggak tau tuh orangnya belum ada kelihatan." Meldy melihat ke sekeliling, belum ada melihat Melvin.

"Jadi gimana, lo mau nungguin kak Melvin?."

"Tunggu ya, gue telpon dulu." Meldy mengambil hp nya dari dalam tas, lalu menghubungi Melvin.

"Nungguin ya." Ternyata orang yang ditunggu telah datang.

Meldy mematikan panggilan telepon nya, begitu Melvin telah sampai. "Lama banget sih kak." Protes Meldy.

"Maaf ya dek, tadi gurunya lama keluar kelas. Ayo kita pulang sekarang."

"Pi, gue duluan ya." Pamit Meldy kepada Pijar.

"Iya, gue juga mau pulang. Hati-hati ya kak Melvin."

"Iya, lo juga hati-hati loh. Jangan ngebut nyetir mobilnya."

"Nggak kok kak, biar lambat asal selamat kan?."

"Betul, kalau gitu kakak sama Meldy pulang ya."

"Oke kak Melvin."

Sesampainya di rumah, Meldy langsung masuk kedalam kamar, tapi ditahan oleh Melvin.

"Dek, ngomong bentar yok."

"Apa kak?." Tanya Meldy, dilihat dari raut wajah Melvin, sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan kakaknya itu. Mereka duduk disofa ruang keluarga.

"Dek, kamu nggak lupa kan sama status kamu?." Tanya Melvin.

"Maksud kakak?."

"Maksud kakak Danial, suami kamu." Meldy langsung paham.

"Apa nggak bisa Meldy tinggal disini terus sama kakak. Meldy nggak mau kak tinggal sama dia. Kalau Meldy pergi kakak sama siapa dong?."

"Dek, sudah kewajiban seorang istri untuk ikut suami. Lagian kan kamu bisa kapan aja main kesini. Kakak nggak sendirian kok, ada bibi."

"Pernikahan tanpa cinta memang nya wajib ikut suami?."

"Dek." Melvin menggenggam tangan Meldy. "Kakak tau ini berat buat kamu, tapi ini udah jalannya. Sebenarnya kakak juga nggak mau pisah sama kamu. Apalagi setelah kepergian papa."

"Ya trus kenapa kakak nyuruh Meldy tinggal sama kak Danial. Toh dia juga nggak keberatan. Kak please, Meldy masih mau tetap sama kakak."

"Nggak dek, kamu nggak mau jadi istri durhaka kan?. Pulang ya ke suami kamu." Mereka mendengar suara mobil memasuki perkarangan rumah. "Tuh Danial udah datang." Ternyata itu adalah suara mobil Danial.

"Kenapa dia kesini?."

"Kakak yang nyuruh dia jemput kamu." Tadi disekolah Melvin menemui Danial, meminta dia untuk menjemput Meldy.

"Kaaaak." Rengek Meldy, dia tak mau berpisah dengan Melvin.

"Mel, dengerin kata kakak ya. Kamu bisa kok setiap hari main kesini."

"Assalamualaikum." Terdengar suara Danial dari luar.

"Bukain pintu gih." Ucap Melvin, menyuruh Meldy membukakan pintu untuk Danial.

"Nggak mau, kakak aja sana buka sendiri." Meldy berdiri lalu naik kelantai atas.

"Mel, kamu mau kemana?"

"Siap-siaplah, mau ngapain lagi coba. Tapi tadi kakak nyuruh aku pergi." Dengan perasaan kesal, Meldy menaiki anak tangga lalu masuk kedalam kamarnya.

Melvin tak mengejar Meldy, dia membukakan pintu karena tak mau Danial menunggu lama diluar.

"Masuk Dan." Melvin mempersilahkan Danial masuk kedalam rumah.

"Meldy mana?." Tanya Danial, karena dia tak melihat istrinya itu.

"Dikamar, lagi beres-beres. Ayo duduk dulu."

"Lo yakin dia mau, kalau Meldy masih mau tinggal disini nggak apa-apa kok." Ucap Danial, sebenarnya dia juga tak mau buru-buru tinggal bersama dengan Meldy.

"Mau, tadi gue udah bicarain sama dia."

Tak lama, Meldy turun dari kamarnya dengan membawa dua buah koper besar dan satu buah boneka beruang besar yang dia ikat dipunggung nya.

"Kakak bantu bawa barang kamu." Melvin akan mengambil koper Meldy, tapi karena masih kesal Meldy menolak bantuan dari Melvin.

"Nggak usah, aku bisa sendiri." Dengan susah payah, Meldy memasukkan sendiri koper dan boneka kesayangannya itu kedalam mobil Danial. Dia sama sekali tak mau dibantu oleh Melvin dan Danial.

"Aku pergi kak." Walaupun kesal, tapi Meldy tetap berpamitan dengan Melvin.

"Hati-hati ya, jaga kesehatan kamu. Jadi istri yang baik." Kelvin mengusap rambut Meldy.

"Insyaallah." Meldy melangkah masuk kedalam mobil.

"Gue pamit ya Vin."

Melvin mengangguk. "Jagain adek gue."

"Iya." Ucap Danial singkat lalu menyusul Meldy masuk kedalam mobil.

"Mau dirumah bunda atau rumah gue?." Tanya Danial setelah mobil meninggalkan kediaman Aldiwara.

"Terserah lo." Jawab Meldy datar.

"Oke, kalau gue bawa lo ketengah hutan nggak apa-apa kan?."

"Lo gila?."

"Tapi katanya terserah, ya udah gue bawa aja lo ketengah hutan sekalian. Tinggal disana sama tarzan."

"Kalau mau buang gue nggak gitu caranya. Udah ah, gue ngantuk, mau tidur. Kalau udah sampai bangunin gue." Meldy memejamkan matanya. Belum sampai lima belas menit memejamkan matanya mobil Danial telah berhenti.

"Loh kok berhenti?." Tanya Meldy, dia kira Danial membawanya kerumah orang tua Danial, ternyata mereka berhenti disebuah rumah mewah yang cukup luas. Tapi kalau dibandingkan dengan kediaman mereka sebelumnya rumah ini terbilang kecil.

"Ini rumah siapa?." Tanya Meldy masih betah duduk didalam mobil.

"Rumah gue." Jawab Danial lalu keluar dari dalam mobil diikuti Meldy.

"Ambil barang lo nih." Danial melempar kunci mobil kepada Meldy.

"Bantuin kek."

"Ogah, tadi gue mau bantuin sok sok nolak." Danial melenggang masuk kedalam rumah.

"Itu kan, karena gue kesal sama kak Melvin. Danial." Meldy berteriak memanggil Danial, tapi Danial seolah tuli.

"Dasar cowok nggak ada hati. Salah apa gue bisa nikah sama tuh orang." Gerutu Meldy sambil mengeluarkan koper dan bonekanya.

"Mari saya bantu non." Tiba-tiba muncul seorang perempuan entah dari mana.

"Astaga." Kaget Meldy. "Kamu siapa?." Tanya Meldy, dilihat dari wajahnya sih perempuan itu sepertinya hanya tua beberapa tahun saja dari Meldy.

"Saya Siska non, asisten rumah tangga disini. Tadi den Danial nyuruh saya bantu non Meldy." Ucap wanita yang ternyata adalah asisten rumah tangga dirumah itu.

"Oooh, maaf ya mbak tadi saya reflek karena kaget."

"Nggak apa-apa non, mari saya bantu." Siska membantu Meldy membawakan kedua kopernya, sedangkan Meldy membawa boneka beruang.

"Kamar saya yang mana mbak?." Tanya Meldy, sudah pasti dia tak satu kamar dengan Danial.

Siska membawa Meldy kelantai dua rumah itu. "Kamar non Meldy yang ini, disebelah nya kamar den Danial."

"Nggak ada kamar lain mbak? Masa kamar aku sebelahan sama dia." Malas banget kalau harus bersebelahan kamarnya dengan Danial.

"Terima aja, jangan banyak protes lo." Danial berdiri dipintu kamarnya yang bersebelahan dengan kamar yang nantinya akan ditempati Meldy.

"Diam lo, suami macam apa lo ninggalin istrinya sendiri bawa barang sebanyak ini."

"Untung gue suruh mbak Siska bantuin lo ya. Udah mbak nggak usah dibantu lagi. Biar dia susun barang nya sendiri."

"Baik den, kalau begitu saya permisi." Mbak Siska turun kelantai bawah, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena membantu Meldy tadi.

"Jahat lo." Ucap Meldy lalu masuk kedalam kamarnya.

Kamarnya nggak terlalu buruk kok, luasnya juga tak jauh dengan kamar Meldy yang sebelumnya. Disana juga ada sebuah ruangan khusus tempat meletakkan pakaian. Meldy masuk kedalam walk in closed untuk merapikan pakaiannya. Ternyata disana sudah tersedia beberapa baju yang ukurannya pas untuk Meldy. Apa Danial menyiapkan semuanya untuk Meldy? Kayaknya nggak deh.

Meldy melihat ke sekeliling. "Bagus juga nih kamar, cocok lah buat gue." Setelah merapikan pakaiannya, Meldy lalu masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Berendam didalam bath tub sambil merilekskan diri, ditemani sebuah novel kegemarannya. Cukup lama Meldy berendam. Setelah merasa cukup, Meldy keluar dan mengambil handuk.

Begitu keluar dari kamar mandi, betapa terkejutnya Meldy ternyata Danial berada didalam kamarnya. Dengan santai Danial duduk diatas kasur Meldy.

"Kyaaaaaa..... Danial lo ngapain?." Teriak Meldy, lalu kembali masuk kedalam kamar mandi. Meldy hanya menggunakan handuk yang menutupi dari dada sampai kepahanya saja.

Danial reflek menutup mata dengan kedua tangannya. "Lo ngapain nggak pake baju?." Tanya Danial masih menutup matanya.

"Gue habis mandi, ya otomatis nggak pake baju lah."

"Buruan pake baju lo."

"Ya lo keluar dulu lah."

"Pake didalam kamar mandi aja kan bisa, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Gue nggak bawa baju ke kamar mandi bego."

"Kenapa nggak lo bawa."

"Jangan banyak tanya deh, keluar sana. Gue mau pake baju."

"Jangan lama lo." Danial keluar dari kamar Meldy.

"Cowok mesum."

"Mata gue yang suci ini ternodai ya Allah."

Setelah memakai baju, Meldy keluar dari kamarnya. Ternyata Danial menunggu didepan pintu. "Ada apa sih?." Tanya Meldy.

"Heh, jangan pernah lo ulang lagi habis mandi keluar kamar mandi kayak tadi." Danial menunjuk tepat didepan wajah Meldy.

"Terserah gue lah kamar kamar gue, nggak ada urusannya sama lo." Meldy memelintir telunjuk Danial.

"Sakit gila."

"Makanya, jaga tuh jari. Dan satu lagi, ini kamar gue, wilayah gue. Jadi jangan pernah lo sembarangan masuk gitu aja."

"Terserah gue lah, ini rumah gue. Gue yang beli, jadi suka suka gue dong."

"Ngeselin." Meldy menutup pintu kamarnya dengan kasar.

"Woi, cewek gila. Buka dulu pintu nya gue mau ngomong." Danial mengetuk-ngetuk pintu kamar Meldy.

"Nggak. Lo cabul, malas gue."

"Terserah lo deh." Danial kembali masuk kedalam kamarnya.

"Dasar cowok gila. Mentang-mentang ini rumahnya, jadi suka-suka dia aja gitu masuk kamar gue. Oh tidak bisa. Awas aja dia kalau berani masuk kamar gue lagi. Gue colok tuh mata." Meldy terus saja ngedumel.

1
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!