Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Malam harinya. Erlan meminta Gabriel untuk menarik kembali anak buahnya dan kembali kerumah sakit, dia akan melakukannya dengan pasukannya.
Gabriel ingin membunuh semuanya dan pria tua itu belum mengetahui siapa Tuan X yang sebenarnya. Maka dari itu Erlan tidak ingin Ayahnya ikut serta yang akan membabi buta, meskipun dia sendiri belum yakin jika Tuan X adalah Arsen.
Erlan membagi anak buahnya menjadi tiga tim masing-masing 50 orang dengan perlengkapan senjata.
“Persiapan diri kalian, bunuh semuanya tetapi tidak dengan ketua mereka, apa kalian mengerti?"
“Siap!! mengerti Tuan!!" Jawabnya serempak. Lalu mereka masuk kedalam mobil masing-masing yang sudah disediakan.
Erlan, Edgar dan Raymond sudah memegang senjata masing-masing dan menggunakan rompi anti peluru, setelah itu kembali menggenakan jaket.
Ketiganya juga memakai earphone untuk mempermudah melakukan komunikasi karena mereka akan melakukan penyerangan dengan posisi terpisah.
Erlan mengepung setiap penjuru markas di lorong 88 itu. Anak buahnya sudah bersiap, tetapi dia sedikit merasa ada yang janggal, apakah ini sebuah jebakan?
“Sial!! mereka mengelabui kita!!" Ucap Edgar melalui Earphone
“Ouh Shitt!! Mereka menyerang markas kita!!" Seru Erlan yang mendapatkan sinyal jika markasnya tengah di serang.
Untuk kembali ke markasnya membutuhkan waktu satu jam, tetapi Erlan tidak datang ke markas melainkan kesebuah rumah besar yang dia yakini milik X.
“Bagaimana bisa satu orang melakukan dua misi sekaligus dalam waktu yang bersamaan?" Bisik Raymond.
Dia mendapatkan informasi jika X berada di markas mereka, akan tetapi dihadapan mereka ada X lain dan anak buahnya sudah memastikan itu.
“Ambil posisi kalian"
Masing-masing tim langsung berpencar dan mengambil posisi yang sudah diarahkan oleh Erlan.
“Sekarang kita benar-benar akan menyerang? kita tidak tau mana X yang asli." Ucap Edgar.
“Iya!! kita akan menyerang sekarang, dengan begitu kita akan tau mana yang asli" Jawab Raymond. Karena sangat mustahil satu orang yang sama bisa melakukan misi sekaligus dalam waktu yang sama pula.
Erlan memberikan kode dengan anggukan kecil, detik kemudian suara tembakan dari posisi tim Erlan mulai bersahutan.
Ledakan kecil pun mulai terdengar, anak buah Erlan melemparkan granat kejut dan melakukan tembakan bertubi-tubi, mereka yang sudah terlatih sangat mudah melakukannya.
Tidak hanya tembakan, mereka juga melakukan baku hantam, gerakan sangat gesit menghindari pukulan musuh. Mata Erlan yang jeli dengan kelincahan kakinya menumbangkan beberapa anak buah X.
“Kemana X, kenapa dia tidak keluar, sementara anak buahnya sudah banyak yang mati" Ucap Raymond menoleh ke kanan dan kiri. Biarpun sudah tidak muda lagi, tetapi tenaganya tidak boleh diragukan.
“Dia akan keluar, percayalah" Jawab Erlan yang sangat yakin.
Setelah beberapa menit suara tembakan tidak lagi terdengar. Nafas ketiga pria dewasa itu terengah-engah sampai beberapa detik kemudian.
”Kalian menghancurkan rumahku?"
Suara serak itu terdengar sangat familiar, ketiga pria dewasa itu menoleh.
“Arsen!"
Tebakkan Edgar dan Raymond tidak pernah salah, bola mata dengan warna kebiruan itu hanya segelintir orang yang memilikinya dan salah satunya adalah Arsen. Cara berjalannya persis dengan Erlan, punggung kokoh itu duplikat Gabriel.
Erlan flashback pada kejadian beberapa tahun kebelakang sejak nama X dikenal oleh kalangan mafia. pantas saja pertahanannya mudah terbaca oleh musuh, ternyata musuhnya adalah putranya sendiri.
Tatapan mata ayah dan anak itu beradu, entah apa yang keduanya pikiran yang pasti Arsen akan melawannya.
Putra yang dia anggap bodoh tidak berguna, nyatanya adalah ketua mafia yang sudah berhasil menggeser posisinya menjadi yang lebih kuat.
Strategi yang di mainkan Arsen cukup membuatnya kewalahan, penyerangan yang dilakukan secara serempak.
Banyak kemungkinan yang muncul dipikirkan Erlan, apakah Lucas kecelakaan juga karena ulah Arsen? atau yang menimpa Bianca benar-benar ulah Arsen? dilihat dari arogannya pemuda banyak kemungkinan yang membenarkan semuanya.
Tiga lawan tiga sepertinya sangat seimbang, meskipun usia mereka yang tak seimbang. Edgar yang sudah tidak tahan melihat pemuda yang berada di sebelah Arsen. Pemuda yang dibenci oleh putrinya.
Nico yang mendapatkan serangan mendadak dengan santainya menghindar.
“Bajingan!! kau harus mati!!" Seru Edgar, nyatanya dia tidak bisa menahan emosi. Jika bukan Arsen pasti pemuda yang tengah melawannya yang melakukan, karena Bianca pernah menceritakan tentang Nico padanya ketika mengikuti Arsen kearea balap.
“Pria tua, kau begitu semangat." Jawab Nico, membalas serangan Edgar.
Raymond tidak ingin kalah dari Edgar dan dia mendapatkan mangsanya. Lexi, pemuda cantik itu bisa menghindarinya. Kedua pasangan itu saling serang.
Arsen masih berdiri di posisinya. Dia akan melawan jika Erlan menyerang dan dia akan diam jika Erlan diam, tetapi detik berikutnya Erlan menyerangnya sehingga terjadi baku hantam.
Anak buah mereka tetap menodongkan senjata sembari menyaksikan Tuannya adu baku hantam. Sama-sama kuat, satu pukulan langsung terbalas satu pukulan.
Hampir lebih dari tiga puluh menit tidak ada yang tumbang sama sekali, meskipun nafas mereka terengah-engah.
“Pria tua itu benar-benar ingin membunuhku" Ucap Nico yang merasakan jika Edgar begitu semangat memberikan serangan.
Jika Nico, Lexi dan kedua pria dewasa itu mengatur nafas mereka, lain halnya dengan Erlan dan Arsen yang masih saling baku hantam. Membuat mereka diam dan menyaksikan pertarungan sengit anak dan ayah itu.
Bugh
“Fuck!!" Erlan mundur beberapa langkah karena pukulan kuat dari Arsen.
Detik berikutnya dia kembali menyerang Arsen dengan melakukan pukulan bertubi-tubi yang ditahan oleh Arsen menggunakan lengannya.
Wajah keduanya sudah babak belur, namun tidak ada yang mau mengalah, entah apa yang Erlan pikirkan, mungkinkah dia ingin menunjukan pada Arsen kekuatannya yang sesungguhnya atau memang ingin memberikan pelajaran seperti yang Brianna inginkan.
Terbukti dari serangan Erlan yang mengarah pada vital pemuda itu.
“Erlan!! kendalikan dirimu!! dia Arsen putramu!!" Teriak Edgar hendak menarik Erlan akan tetapi dia terlambat.
Erlan melepaskan tinjauannya tepat pada jakun Arsen dan memukul dadanya tanpa henti.
“Fuck!! Kau tidak mendengarkanku sialan!! dia putramu!!" Edgar menarik paksa Erlan dan memukulnya.
Tubuh Arsen tergeletak, Nico langsung berlari dan menarik tubuh Arsen yang mulai kesulitan bernafas.
“Bajingan bagun!! apa kamu mendengarku!!" Ucap Nico menepuk pelan pipi Arsen. Sekuat apapun pemuda itu nyatanya dia akan tetap lemah jika berhadapan dengan Ayahnya. Padahal banyak peluang untuk Arsen menang, tetapi dia malah memberikan kesempatan pada Erlan.
“Apa kau sudah gila!! Kita sudah sepakat untuk memberikan pelajaran bukan untuk membunuhnya." Ucap Raymond merasa kecewa karena Erlan keluar dari rencana mereka.
Adu baku hantam ini rencana pertama, jika benar X adalah Arsen, dan rencana kedua adalah membantai semua musuh jika X bukan Arsen.
Nyatanya Erlan melakukan keduanya. Membantai semua anak buah Arsen dan membunuh putranya sendiri.
Matanya menatap kosong telapak tangannya sendiri, senyum tipis dengan mata yang memerah.
“Dia pantas mendapatkannya, ini balasan untuk Arion dan Lucas, karena dia berani melukai saudaranya sendiri, membuat kedua tangan kakaknya patah, menempatkan Bianca dalam masalah sampai mengalami hal yang tak seharusnya terjadi." Ucap Erlan, memejamkan matanya.
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.