NovelToon NovelToon
A Modern Soul In A Young Widow'S Body

A Modern Soul In A Young Widow'S Body

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Janda / Mengubah Takdir / Romansa / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12.Membuat titah.

Mendengar kabar bahwa Zi ning diam-diam keluar rumah dan bahkan berani menggoda anak ketiganya, amarah Nyonya Besar Wu seketika membuncah. Namun, wanita tua itu bukan tipe yang meledak di depan umum.

Ia mendengar kabar itu langsung dari Qu, pelayan kepercayaannya sendiri yang tak pernah melaporkan sesuatu tanpa bukti.

Dengan wajah tenang namun sorot mata tajam seperti silet, Nyonya Besar Wu hanya mengangguk pelan, menyimpan bara dalam diam. Ia tidak langsung melabrak Zi ning. Tidak. Ia tahu, untuk perempuan licik seperti itu, dibutuhkan rencana yang tepat dan waktu yang paling menyakitkan untuk memberikan hukuman yang pantas.

"Biarkan dia merasa aman dulu," bisiknya lirih pada Qu. "Nanti, ketika dia tak bisa lari ke mana-mana, aku akan buat dia menyesal telah berani mempermalukan keluarga Wu."

Sejak saat itu, setiap langkah Zi ning diamati. Setiap kata, gerakan, bahkan bisikan pelan pun disampaikan Qu ke telinga Nyonya Besar.

Nyonya besar Wu memikirkan waktu yang tepat, dimana suaminya tidak tahu dengan hukuman yang akan ia jatuhkan pada Zi ning.

***

Sementara itu, di tempat lain yang penuh kemegahan dan aturan yang ketat, iring-iringan kereta kuda kekaisaran perlahan memasuki gerbang utama istana.

Suara terompet panjang berbunyi nyaring, menandai kembalinya sang penguasa tertinggi ke kediaman agungnya.

Kaisar Xiao turun dari kereta emas berhias lambang naga, mengenakan jubah hitam kebesarannya yang bersulam benang emas dan batu giok di ujung lengan.

Tatapannya tajam dan tenang menyapu halaman luas istana tempat para pejabat dari berbagai tingkatan sudah berlutut menanti.

Ibu Suri sendiri menyambut sang putra dengan senyum anggun namun penuh wibawa. Di balik senyuman itu, tersimpan rasa lega karena sang Kaisar akhirnya kembali dengan selamat setelah melakukan perjalanan rahasia yang hanya diketahui segelintir orang kepercayaannya.

“Kaisar telah kembali ke istana dengan selamat. Langit dan bumi memberkati tahta kekaisaran!” seru seorang pengumum dengan suara lantang, disusul dengan sujud para menteri, dari kelas bawah hingga atas, berbaris rapi di pelataran.

Langkah Kaisar Xiao mantap melewati barisan para pejabat. Di depan ibu suri Kaisar membungkuk memberinya hormat, ibu suri pun memeluknya dengan erat melepaskan rindu setelah yang dilakukan putranya di perbatasan.

Kaisar Xiao melangkah ke dalam istana bersama Ibu Suri, namun langkahnya terhenti sejenak ketika menyadari ada sesuatu yang berbeda.

Aula utama istana, yang biasanya digunakan untuk perjamuan atau pertemuan negara, kini dihias indah dengan tirai sutra warna merah muda dan emas. Aromaterapi bunga-bunga langka memenuhi udara, dan suara alat musik lembut terdengar samar dari balik tirai.

Di hadapannya, deretan gadis-gadis muda berdiri dengan anggun. Mereka mengenakan pakaian terbaik mereka seperti jubah sutra halus, perhiasan mahal, dan rambut yang disanggul rapi sesuai status masing-masing.

Wajah-wajah mereka menunduk sopan, namun tak sedikit yang mencuri-curi pandang penuh harap ke arah Kaisar Xiao.

Dari tampilan dan sikap mereka, jelas para gadis ini bukan orang sembarangan. Mereka adalah putri-putri bangsawan tinggi, keluarga pejabat besar, bahkan beberapa berasal dari keluarga pedagang kaya yang mendapat gelar kehormatan.

Kaisar Xiao menghentikan langkahnya, matanya menyipit sejenak memandang pemandangan ini.

"Apa maksud semua ini, Ibu?" tanyanya pelan namun tegas.

Ibu Suri tersenyum anggun, lalu berjalan maju satu langkah. Suaranya lembut tapi memiliki nada tak terbantahkan.

"Putraku, sudah saatnya kau memilih permaisuri. Tahta tanpa permaisuri adalah istana tanpa cahaya. Para gadis ini telah dipilih dengan hati-hati dari keluarga terbaik, untuk menjadi calon pendampingmu dan pemimpin harem kekaisaran. Aku sebagai Ibu Suri hanya memenuhi tanggung jawabku.Sekarang kamu harus memilih gadis-gadis ini.”

Kaisar Xiao diam. Pandangannya menatap para gadis itu satu per satu, tapi hatinya kosong. Sosok yang memenuhi pikirannya bukan salah satu dari mereka. Ia kembali teringat pada Zi ning putri jenderal Liu yang tidak sengaja ia temui di kota Qing shi.

Namun, di hadapan semua ini, menolak terlalu terang-terangan berarti mempermalukan Ibu Suri dan menghina keluarga-keluarga besar yang mengirimkan putri mereka. Dan bagi seorang Kaisar, setiap pilihan adalah langkah politik.

Kaisar Xiao menatap satu per satu wajah para gadis yang berdiri anggun di hadapannya. Setiap mata dipenuhi harapan, setiap tubuh menegang menanti keputusan. Tapi tak satu pun dari mereka mampu menggerakkan hatinya. Ia menoleh perlahan ke arah Ibu Suri yang masih tersenyum, menanti sang putra melanjutkan langkahnya untuk memilih.

Namun alih-alih mendekati barisan para gadis, Kaisar Xiao melangkah menuju singgasananya, duduk dengan tenang dan anggun. Semua mata kini tertuju padanya, suasana berubah hening, menanti kalimat berikutnya dari sang Kaisar Muda.

Dengan suara yang tenang namun tegas, ia berkata,

“Aku berterima kasih kepada Ibu Suri yang telah dengan penuh perhatian memilihkan para wanita terbaik dari seluruh negeri ini. Melihat mereka hari ini, aku merasa bangga karena negeri kita memiliki putri-putri yang begitu terhormat, berbakat, dan sopan.”

Ibu Suri mengangguk puas, tetapi belum selesai Kaisar Xiao melanjutkan,

“Namun, sebagai Kaisar, tugasku bukan hanya memastikan kestabilan harem kekaisaran, melainkan juga menjaga martabat setiap keluarga bangsawan dan menjaga keadilan bagi semua yang terlibat. Maka dari itu, aku ingin mengenal masing-masing dari mereka terlebih dahulu—dalam waktu yang cukup dan sesuai aturan.”

Ia lalu menoleh ke Ibu Suri dan memberi senyum penuh hormat.

“Aku memohon kebijaksanaan Ibu Suri untuk menyiapkan kediaman khusus bagi para gadis ini selama beberapa minggu ke depan di dalam lingkungan istana. Aku akan mengadakan perjamuan-perjamuan kecil, percakapan pribadi, dan pengamatan langsung terhadap kepribadian mereka, bukan hanya penampilan semata. Dengan begitu, aku bisa memilih bukan hanya seorang Permaisuri, tetapi juga seorang pendamping sejati.”

Ibu Suri terdiam sesaat. Ia tahu maksud putranya itu yang seperti menunda keputusan. Tapi sang Kaisar menyampaikannya dengan cara begitu terhormat dan diplomatis, hingga tak ada satu pun keluarga yang bisa merasa terhina. Bahkan beberapa pejabat di aula mengangguk pelan, mengagumi kebijaksanaan sang penguasa muda.

Akhirnya, Ibu Suri tersenyum tipis dan menjawab, “Baiklah, jika itu yang Kaisar kehendaki. Ibu akan mengaturnya.”

Kaisar Xiao menunduk sedikit sebagai tanda hormat. Tapi dalam hatinya, ia tahu bahwa ia baru saja membeli waktu. Waktu yang ia butuhkan untuk menyelidiki Zi ning lebih dalam dan segera memberikan keputusan untuk keluarga jenderal Liu untuk membebaskan putri mereka.

Hari itu juga, setelah berhasil menenangkan Ibu Suri dengan tutur halus dan kebijakan yang membuat seluruh istana terdiam hormat, Kaisar Xiao tak menyia-nyiakan waktu.

Begitu Ibu Suri meninggalkan aula utama, Kaisar segera memanggil kasim kepercayaannya kasim Gao untuk menyiapkan puas untuk menuliskan titah untuk jenderal Liu.

Dengan hati-hati setiap katanya, Kaisar Xiao menuliskan titah untuk bisa membawa kembali Zi ning dalam keluarganya kembali.

1
Alan Banghadi
Rasain kamu tuan muda hu bahkan itu belum cukup dengan matinya li mei
Alan Banghadi
Zi Ning yg sabar ya karena Li mei sudah mati😭😭😭
Alan Banghadi
Kasihan li mei malah mati bahkan di perkosa dan di bunuh😭😭😭.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡
Alan Banghadi
Jangan2 li mei mati di bunuh sama tuan muda keluarga hu aduh jangan sampe
Alan Banghadi
Ternyata yg membunuh pelayan tua itu Tian mudah Hu sendiri astaga 🤦🏻
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning dan Yue akan berjuang dari nol
Alan Banghadi
Akhirnya li hua yg Berti dak
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning akan berkumpul lagi dengan keluarganya
Alan Banghadi
Bagus semoga ketahuan perlakuan Keluarga terhadap Zi ning
Chen Nadari
ambil thor.ksh dia dimensi /Casual/
Chen Nadari
semoga buruan keluar dr keluarga laknat
Chen Nadari
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!