Ratu Ani Saraswani yang dihidupkan kembali dari kematian telah menjadi "manusia abadi" dan dianugerahi gelar Ratu Sejagad Bintang oleh guru ayahnya.
Aninda Serunai, mantan Ratu Kerajaan Siluman yang dilenyapkan kesaktiannya oleh Prabu Dira yang merupakan kakaknya sendiri, kini menyandang gelar Ratu Abadi setelah Pendekar Tanpa Nyawa mengangkatnya menjadi murid.
Baik Ratu Sejagad Bintang dan Ratu Abadi memendam dendam kesumat terhadap Prabu Dira. Namun, sasaran pertama dari dendam mereka adalah Ratu Yuo Kai yang menguasai tahta Kerajaan Pasir Langit. Ratu Yuo Kai adalah istri pertama Prabu Dira.
Apa yang akan terjadi jika ketiga ratu sakti itu bertemu? Jawabannya hanya ada di novel Sanggana ke-9 ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Utusan Kedua
Gampang Anget tidak langsung meninggalkan Pantai Pendek karena dia memang diminta untuk menunggu oleh Kurna Sagepa. Namun, dia tidak diberi tahu tentang apa yang ditunggu.
Sebagai seorang yang kedudukannya lebih rendah, Gampang Anget hanya patuh tanpa banyak tanya. Masa tunggunya dia gunakan untuk bertemu dengan rekan-rekannya sesama prajurit Pasukan Buaya Samudera.
Setelah izin kepada seorang Perwiramadya yang menjadi pemimpin Pasukan Buaya Samudera di tempat itu, Gampang Anget dapat sedikit bersenda gurau dengan prajurit lain yang sedang bekerja.
“Aku dataaang!” teriak kencang seseorang tiba-tiba sambil tersenyum lebar.
Teriakan itu seketika menarik perhatian sebagian besar orang.
Yang mereka lihat adalah pendekar gendut berkulit hitam yang sedang berlari lucu. Pendekar yang tidak lain adalah Swara Sesat itu tidak bermaksud melucu di kala berlari, tetapi tubuhnyalah yang membuatnya terlihat lucu di kala berlari.
Swara Sesat saat itu berlari dengan merentangkan kedua tangannya yang masing-masing menenteng seekor ikan besar sepanjang tangan. Sepertinya dia baru saja pergi memancing ikan.
“Hahaha!” Sebagian pekerja dan pendekar tertawa melihat kegembiraan Swara Sesat yang seperti bocah mendapat oleh-oleh dari kakeknya.
“Di mana utusan yang mengaku dari Pasukan Gajah Besi?!” teriak Swara Sesat kepada khalayak umum.
Mendengar pertanyaan pendekar sakti itu, para pekerja jadi terdiam, terkhusus para prajurit Pasukan Buaya Samudera yang sedang menjadi tukang perahu. Mereka saling pandang karena setahu mereka tidak ada seorang pun prajurit Pasukan Gajah Besi di situ.
Pasukan Gajah Besi adalah salah satu pasukan khusus yang dimiliki oleh Kerajaan Sanggana Kecil. Sama seperti Pasukan Buaya Samudera yang juga salah satu pasukan khusus Kerajaan Sanggana Kecil.
Namun, Gampang Anget segera paham karena Swara Sesat tadi menudingnya mengaku sebagai prajurit dari Pasukan Gajah Besi.
“Aku di sini, Gusti Pendekar!” sahut Gampang Anget sambil angkat tangan kanan tinggi-tinggi seperti seorang murid di kelas, tapi yang ini ada rumput hitamnya di ketiak.
Karena Swara Sesat tidak menengok kepadanya yang artinya tidak mendengar teriakannya, Gampang Anget segera berlari meninggalkan rekan-rekannya di dekat kerangka perahu.
“Gusti Pendekar!” sapa Gampang Anget dari samping seraya tersenyum manis.
“Eh! Kau masih di sini rupanya. Ini dua ekor ikan besar untuk Gusti Permaisuri Mata Hijau,” kata Swara Sesat sambil menjulurkan kedua tangannya.
“Oh, terima kasih, Gusti Pendekar!” ucap Gampang Anget senang, lalu mengambil alih kedua ikan segar tersebut. Segar karena baru saja dipancing oleh Swara Sesat.
Sebenarnya tidak dipancing, tapi diburu. Swara Sesat tidak menggunakan kail untuk menangkap ikan, tetapi menggunakan senjatanya yang berupa senar tebal yang melilit di kedua batang tangannya.
“Eeeeh! Kau itu harus berterima kasih kepadaku. Sebab, aku yang menangkap langsung ikan itu, bukan Ketua Reksa Dipa,” ralat Swara Sesat dengan mimik agak merengut.
Agak terbeliak Gampang Anget mendengar ralat yang salah itu. Namun, Gampang Anget cepat menduga dan menyimpulkan.
“Iya, baik, Gusti Pendekar,” ucap Gampang Anget seraya mengangguk-angguk tanda mengiyakan.
“Berarti urusanmu sudah selesai. Kau boleh pergi. Jangan lupa, sampaikan salamku kepada Gusti Permaisuri Mata Hijau. Hahaha!” kata Swara Sesat tanpa salah paham lagi. Dia tertawa dengan mimik yang malu-malu amis.
“Baik, baik, Gusti Pendekar,” ucap Gampang Anget dan kembali manggut-manggut. “Hamba pamit pergi, Gusti!”
“Eeeh, kau tidak boleh menginap. Kau harus segera kembali kepada Gusti Permaisuri!” bentak Swara Sesat dengan mata mendelik angker.
“Baik, baik, Gusti Pendekar!” kata Gampang Anget lagi seraya manggut-manggut lagi. Kali ini dia segera pergi meninggalkan Swara Sesat tanpa mau disalahpahami terus.
Gampang Anget segera pergi menemui kudanya yang tidak sedang menunggunya. Maklum, Gampang Anget tidak pernah berkomunikasi tentang urusan perjalanan mereka berdua.
Drap drap drap…!
Ketika Gampang Anget sedang mengikat kedua ikannya di pelana kuda, dia melihat kedatangan seekor kuda yang ditunggangi oleh seorang pemuda berbadan kekar tidak berbaju. Penampilannya sama seperti Gampang Anget, yaitu hanya bercelana pendek ketat dan menyandang panahan di badannya.
“Utak Gepeng,” ucap Gampang Anget lirih. Dia kenal pemuda yang datang itu karena mereka satu pasukan di bawah kepemimpinan Perwiramadya Tanggal Muda.
Prajurit Pasukan Buaya Samudera bernama Utak Gepeng itu sudah menghentikan lari kudanya karena dia dihadang oleh Kurna Sagepa.
Kedatangan Utak Gepeng yang tidak ada sedikit pun gepeng-gepengnya itu, membuat Gampang Anget berdiri memerhatikan rekannya tersebut. Dia jadi penasaran, pesan apa yang dibawa Utak Gepeng. Namun, dia tidak mungkin pergi untuk bertanya.
Singkat cerita, Utak Gepeng dibawa menghadap kepada Reksa Dipa yang berjuluk Pendekar Serat Darah.
“Pesan apa yang kau bawa, Prajurit?” tanya Reksa Dipa kepada utusan kedua.
“Melanjutkan pesan dari utusan sebelumnya, Gusti Permaisuri Mata Hijau mengabarkan perubahan rencananya. Sebelum Gusti Permaisuri Mata Hijau pergi berlayar, Gusti Permaisuri lebih dulu akan singgah di Istana Pasir Langit. Jadi, Gusti Permaisuri meminta disediakan perahu yang terbaik karena ada waktu yang cukup untuk menyiapkannya,” ujar Utak Gepeng.
“Baik. Permintaan Gusti Permaisuri Mata Hijau akan kami penuhi,” kata Reksa Dipa. “Apakah ada pesan yang lain?”
“Hanya itu, Gusti Pendekar,” jawab Utak Gepeng.
“Kau boleh pergi,” kata Reksa Dipa.
“Hamba pamit diri, Gusti Pendekar,” ucap Utak Gepeng.
Tidak seperti Gampang Anget, kali ini Utak Gepeng tidak disuruh menunggu.
Ketika dia hendak pergi untuk kembali, Gampang Anget segera memanggilnya.
“Gepeng!”
Utak Gepeng yang sejak awal fokus kepada tugasnya dan tidak jelalatan, agak terkejut dipanggil. Ia pun menengok dan seketika tersenyum serta langsung mendatangi rekan sepasukannya.
Mereka pun segera bercengkrama, lalu menaiki kudanya masing-masing. Sambil menjalankan kudanya dengan pelan dan beriringan, mereka saling tanya.
“Jadi Gusti Permaisuri Mata Hijau tidak langsung pergi berlayar?” tanya Gampang Anget setelah Utak Gepeng mengungkapkan pesannya untuk pasukan pembuat kapal.
“Gusti Permaisuri tiba-tiba berniat pergi ke Istana Pasir Langit,” tandas Utak Gepeng.
Setelah rasa penasaran Gampang Anget terbayarkan, ia lalu menggebah kudanya agar berlari lebih cepat. Utak Gepeng pun mengimbangi.
Sebelumnya, dalam pertarungan dengan Kentang Kebo di Karang Lindur, ibu kota Kadipaten Ombak Lelap, Permaisuri Mata Hijau alias Permaisuri Kerling Sukma menang telak.
Kesaktian Kentang Kebo yang bernama Kutukan Raja Penakluk tidak mampu membahayakan Permaisuri Kerling Sukma, meski kekuatan ilmu itu mampu mementalkan sang permaisuri.
Itu terjadi karena Permaisuri Kerling Sukma melindungi dirinya dengan ilmu perisai yang bernama Cangkang Tanpa Rupa, sebuah kesaktian pelindung yang tidak terlihat wujud kekuatannya.
Karena hari sudah menjelang malam, sang permaisuri memilih bermalam semalam di kediaman Adipati Kubis Ganda. Dia memerintahkan Perwiramadya untuk pulang ke Istana Pasir Langit lebih dulu untuk membawa jenazah Penyair Ngik Ngok.
Sementara Pasukan Kaki Gunung diperintahkan menetap sementara di Kadipaten Ombak Lelap untuk membantu sang adipati menertibkan kembali wilayahnya. (RH)
tapi kalau Om belum juga berniat menyudahi perkara lubang ini, tolong keinginan Bg@😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎 Om penuhi dengan memberi nama Lubang Kenikmatan untuk satu tokoh baru🤦😭🤣
nyawa ya seperti gk ada hargaya
nasib para prajurit 😭
sepertinya kentang kebo gk membiarkan kalian hidup dengan tenang
yg pastinya ingin bermain bersama kalian para prajurit sampai para prajurit mati kecapean 🤪
gk kasian apa kentang kebo ama prajurit yg dah gaji kecil taruhannya nyawa lg🙈
pasti pada kaget jantung ya tuh para prajurit🙈
awas Om jawab itu kategori dungu atau goblokk!😭😆