NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

"Saya terima nikah dan kawinnya febriyanti utami binti almarhum heru siswanto dengan mas kawin tersebut, TUNAI."

Dalam satu kali tarikan napas, wisnu dengan mantap dan tegas mengucap ijab kabul atas febri wanita yang istrinya pilihkan. Disana hanya ada keluarga inti dan tanpa pesta resepsi seperti kemauan febri saat keluarga wisnu datang melamar. Status wisnu yang masih bersuamikan nara sengaja disembunyikan dari warga kampung juga khalayak ramai karena febri tentu tak ingin dirinya dicap buruk walau sejatinya memang febri akan dinilai begitu jika orang tau dirinya adalah istri kedua.

"Nduk" lihir hapsari saat febri bersimpuh dipangkuannya.

"Ibu hanya bisa memberi doa saja, semoga kamu tetap teguh dengan apa yang sudah jadi keputusan mu."

Febri mengangguk pelan dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Lalu saat berhadapan dengan juragan jaya yang sekarang sudah jadi ayahnya, febri semakin terisak parah.

"Kalau nanti capek, pulang ke bapak ya nduk. Bapak akan selalu jadi rumah buat kamu, mau nangis cari bapak."

"Kalau perlu duit?"

Sengaja sekali febri berkelakar disela isak tangisnya. Bukan hanya dirinya saja yang merana saat ini tapi juga kedua orangtuanya bahkan narendra kakaknya juga.

"Apapun dan berapapun kamu butuh bapak ada. Biar nanti mas mu ga usah dikasih warisan sekalian, semuanya buat kamu."

Dan dengan sengaja juga abdijaya menimpali apa yang tadi putrinya ucapkan. Sengaja memang agar suasana sedih ini tidak berlarut karena mau bagaimana juga semua ini terjadi atas kesadaran febri sendiri. Dalam benaknya baik abdijaya maupun hapsari meyakini kalau putri mereka ini sebenarnya bisa mendapatkan laki-laki yang sama lajangnya dengan febri.

"Ibu titip febri ya mas wisnu, dibimbing kalau memang nanti ada salahnya dan kalau memang sudah ga bisa dibimbing mas wisnu boleh antar febri pulang kesini kerumah ibu dan bapaknya."

Tak ada suara, wisnu hanya mengangguk saja dengan wajah datar namun tegang.

Sekarang, febri sudah sungkem diatas pangkuan dewi anjani ibunya wisnu. Tak ada rona marah diwajah tua dewi untuk febri gadis yang baru saja anaknya nikahi.

"Kamu boleh jadikan mama tempat mu berkeluh kesah bahkan mama bersedia kamu jadikan teman."

Kalimat yang berhasil membuat febri jadi kelu lidahnya. Dalam sekali menilai saja febri sudah tau kalau ibu mertuanya ini orang yang baik.

Acara berlanjut dengan santai walau sejatinya dihati masing-masing keluarga ini tidak ada yang benar-benar tenang. Mereka sama-sama menyimpan rapat resah hatinya dengan sebaik mungkin. Bahkan kedua mempelai yang sejak tadi duduk disofa saja banyak diam. Pikiran febri semrawut juga wisnu, mereka saling diam karena memikirkan akan bagaimana setelah ini.

Menginap semalam dirumah orangtua febri lalu keesokan harinya mereka pulang dengan satu mobil. Sengaja lewat darat walau akan memakan waktu yang tidak sebentar diperjalanan karena dewi memang ingin singgah dibeberapa tempat sekedar liburan keluarga tipis-tipis. Diiyakan saja oleh lim juga wisnu dan jangan tanya febri karena febri sudah pasti akan berkata iya.

Walau masih canggung tapi febri tetap bisa merasa nyaman saat bersama dengan dewi ibu mertuanya. Dewi tak sekalipun menunjukkan rasa tak sukanya terhadap febri dan itu membuat febri bisa jadi sedikit rileks.

"Ma ......"

Febri bersuara dengan pelan sekali saat memanggil dewi dengan sebutan mama.

Sementara dewi yang dipanggil begitu malah mengulas senyum bahagia.

"Kenapa?"

"Nanti sampai jakarta aku mau tinggal dirumah mama boleh?"

Dewi sontak membeliakkan matanya, tak percaya kalau menantu barunya ini akan mengatakan hal demikian. Senang? Tentu saja dewi senang bukan main bahkan lim yang tak sengaja mendengar ucapan febri jadi ikut senang dalam hati.

"Kamu yakin?" Tanya dewi dengan wajah terkejut yang tak bisa ditutupi.

"Mama keberatan ya?" Balik tanya febri.

Dewi langsung menggeleng.

"Ga, ga sama sekali. Tapi apa kamu yakin mau tinggal sama mama dan papa?"

"Ada yang salah ya?"

Lagi dewi menggeleng kepala.

Febri akhirnya mendesahkan napas pelan.

"Nanti mas wisnu pasti akan membagi waktunya dan aku ga mau waktu mas wisnu ga ada sama aku malah timbul masalah karena aku ini kan kerjanya ......"

Dewi mengangguk tanda paham dengan apa yang febri maksudkan.

"Mama ga keberatan sama sekali kalau kamu mau tinggal dirumah sama mama dan papa. Hanya saja, mama ga nyangka kamu akan menawarkan diri tanpa diminta."

Kening febri menyatu, tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh ibu mertuanya ini.

Febri berani meminta hak ini karena memang tau kalau wisnu dan nara tinggal dirumah terpisah dan jaraknya juga jauh dari rumah orangtua wisnu. Yang febri pikirkan adalah saat dirinya hamil nanti, febri ingin ada yang menemani karena wisnu tidak akan mungkin bisa bersama dengannya terus terusan. Ada nara yang juga memerlukan waktu wisnu nantinya.

Jaga-jaga saja batin febri.

"Nanti mama bantu ya pas pindahan."

Febri menggeleng.

"Aku cuma mau bawa baju sedikit aja, barang yang lain biar tetap di apartemen."

Setelahnya obrolan mereka hanya mengenai hal hal sepele karena perjalanan dilanjutkan sampai mereka tiba dikediaman lim kusuma yang menurut febri kelewat mewah.

"Selamat datang dirumah kita." Seru dewi bersemangat.

Bahkan sejak febri mengatakan ingin tinggal bersama dengannya, dewi sudah merencanakan acara syukuran bersama dengan para pekerja dirumah. Makan bersama sebagai tanda kalau febri diterima dalam keluarga wijaya.

"Febri dikamar ku saja ma."

Wisnu yang saat itu berdiri dibelakang ibu juga istrinya bersuara saat dewi akan membukakan pintu kamar tamu yang ada dilantai bawah. Me dengar perkataan putranya, dewi tersenyum sumringah dan langsung menarik lengan febri untuk naik kelantai atas dimana kamar wisnu berada. Kamar wisnu sejak kecil yang bahkan nara saja tidak pernah masuk jangankan tidur sana menginjakkan kaki dirumah ini saja nara seringnya enggan dan hanya sampai diruang makan saja.

"Apa ga papa kalau aku disini?"

Dewi menggeleng.

"Wisnu yang suruh, jadi kamu harus disini. Tenang aja, nara ga pernah tidur disini kok."

Dewi seolah tau isi kepala febri yang pasti khawatir kalau kamar milik wisnu sudah pernah bahkan sering ditiduri oleh nara istri pertamanya.

"Mama ga mau ngomong apa-apa tentang nara, cuma yang harus kamu tau kalau nara ga pernah berada dirumah ini lebih dari 1 jam."

Ditarik lengan febri lagi untuk masuk kedalam.

"Nanti bajunya biar dirapihkan sama mba saja kalau kamu sudah ke apartemen."

Febri mengangguk saja sebagai jawaban.

"Mama kebawah dulu, papa pasti butuh sesuatu. Kamu rebahan aja atau kalau mau mandu dulu ga papa. Nanti mama suruh wisnu bawain baju tidur mama yang masih baru."

Senyum febri muncul.

"Makasih banyak ma."

"Sama-sama sayang. Mama juga makasih ke kamu."

Diusap lengan febri dan dewi menghilang dibalik pintu coklat itu.

Tak langsung mandi atau merebahkan tubuh lelahnya diranjang. Febri malah berkeliling dikamar masa kecil wisnu, memperhatikan setiao benda yang ada disana tapi tak ada satupun yang berani febri sentuh.

"Happyreading"

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!