Novel ini menekankan pada janji yg dibuat sebagai dasar pengungkit,
bisa karna janji yg tidak ditepati atau karna ungkapan rasa yg tidak diterima karna janji tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Tak terasa hari begitu cepat berlalu, Hari ini sesuai janjiku pada Fadli untuk memberikan jawaban.
Sehabis shubuh tadi Fadli mengirim pesan padaku, dia bilang akan datang siang ini ke rumahku.
Hari ini aku libur kerja.
Pagi ini aku sarapan berdua Silvi, Fikri menemani mama tempat saudara mama.
"Kak nanti kita ke bioskop yuk nonton"
Aku menoleh ke arah Silvi, "jam berapa dek kita perginya? Soalnya bang Fadli mau datang siang ini, kataku"
"Kakak ada janji ya sama bang Fadli? "
"Iya dek kakak janji mau memberikan jawaban hari ini".
" Oh begitu, gak jadi dong kita nontonnya😞"
"Besok kan masih bisa dek".
" Besok kita ke acara Ayu kak, aku ngajakin kakak sekalian nyari kado kak".
"Jangan cemberut gitu dong dek, iya sudah nanti kita pergi dek".
" Nah gitu dong kakakku".
Habis sarapan kami beresin rumah bersama, lalu aku memasak sedangkan Silvi mencuci pakaian.
Disela kesibukan kami hpku berdering, aku bergegas mengambil hp yang terletak di ruang tv.
Di layar ku lihat papa yang menelpon,
"Assalamu'alaikum nak, gimana kabar anak-anak papa sekarang? "
"Wa'alaikumussalam pa, Alhamdulillah kabar kami baik semua pa, papa sehat? "" Alhamdulillah sehat nak".
"Nak, papa mau ngomong sesuatu tapi jangan marah ya".
"Mau ngomong apa pa? "
"Anak papa kan sudah dewasa sudah pantas untuk membina rumah tangga, apa sudah ada laki-laki yang ingin serius sama Nayla nak?, kalau belum papa jodohkan mau nak? ".
Aku terdiam memikirkan tawaran papa, aku gak mau bilang sama papa kedekatan aku dan Fadli. Karena aku ingin memperkenalkan langsung sama papa ketika hubungan kami sudah jelas.
" Nayla kok diam nak? ".
" Maaf pa buat sekarang belum terfikir ke sana pa".
"Terus kapan nak? papa pengen melihat kalian menikah nak".
" Menikah itu gak harus terburu-buru pa, harus difikirkan dengan matang karena itu adalah ibadah terpanjang pa".
"Ya papa ngerti nak, laki-laki yang papa jodohkan sudah mapan dan baik nak, papa gak mungkin memilihkan lelaki yang salah".
Ya Allah kenapa ketika aku memutuskan untuk menerima lamaran Fadli, papa juga menjodohkan ku? Jawaban apa yang harus aku kasih kepada Fadli nanti?.
" Gimana nak Nayla mau nak? ".
" Maaf pa Nayla gak bisa pa", Nayla masak dulu pa Assalamu'alaikum ".
Aku menutup sambungan telpon dan menaruh hp. " Siapa yang nelpon kak? tanya Silvi dia balik dari luar".
"Papa dek nanyain kabar kita".
" Kok kakak kayak kesal gitu? kakak dimarahin? kenapa sih kak masih juga berurusan sama dia?".
"Gimanapun papa orang tua kita dek".
" Orang tua yang gak mempedulikan kebahagiaan anak-anaknya kak, apa pantas dia disebut orang tua kak? kalau dia peduli sama kita dia gak akan meninggalkan kita kak".
Aku cuma diam gak mau berdebat sama Silvi.
Aku melanjutkan memasak dan Silvi menjemur pakaian. Sambil masak aku memikirkan kata-kata papa, aku gak mau membuat Fadli kecewa tapi aku juga gak mau menjadi anak durhaka, aku jadi galau sendiri.
Setelah selesai memasak aku membersihkan dapur dan mencuci peralatan. Habis itu aku duduk di teras rumah sambil membaca novel.
Silvi menghampiriku, "Kak beli es krim yuk, aku yang pergi belinya".
" Oke kakak es krim coklat ya".
"Oke kakak, aku ke warung bentar ya".
" Iya hati-hati dek jangan lama-lama".
Silvi mengambil motor dan pergi ke warung. Adzan dzuhur telah berkumandang aku masuk ke dalam ngambil wudhu dan siap-siap ke mesjid untuk sholat berjamaah.