Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 33
Dirumah Daddy Ifan.
"Aku bilang apa, hah? Bintang pasti menolak mu lagi. Sudah lah, Rel, mending kau berusaha move on saja. Masih banyak cewek yang lebi..."
"DIAM KAU..!" sentak Farel, membuat Rey terlonjak kaget dan mengusap dadanya. "Kau tidak tahu apa-apa, Rey! Kau belum pernah merasakan yang namanya cinta! Jangan seenak jidat mengucap move on!"
Farel meneriaki Rey, meluapkan segala kemarahannya. Bahkan pot bunga yang baru saja dibeli dua hari yang lalu oleh daddynya menjadi korban kemarahan Farel.
"Aku memang tidak tahu cinta! Tapi aku sebagai sahabatmu ingin menyarankan yang terbaik! Aku peduli padamu, Rel, peduli!" Rey mencengkram kaos bagian leher Farel.
Akhirnya Rey sudah tak bisa mengontrol emosinya lagi. Rey sudah lelah menjadi jongosnya Farel. Lelah memberinya nasihat, dan malah seenaknya Farel mengejeknya? Rey tersenyum sinis, angkat tangan. "Aku berhenti menjadi sahabatmu,"
Prankkk
Farel murka dia menendang pot bunga yang terbuat dari beling. Tangannya men.ce.kik kuat leher Rey, hingga wajah Rey memerah tak bisa bernafas.
"L-le-p-pas, Rel! A-ak-ku bis-sa ma-mati,"
"Argghhh...! Sialan kau!" Farel melepas cekalan dileher Rey, dia menghantamnya dengan brutal.
Bug
Bug
Bug
"Arrghhh..!"
Rey yang tak siap jatuh tersungkur, tergeletak dilantai balkon kamar Farel. Babak belur, pelipis, hidung, sudut bibir, mengeluarkan darah, pipinya membiru.
"Sadar Rel, sadar!" lirihnya, nafas Rey seperti ingin habis.
"Kau, dasar sahabat tak berguna!" makinya, dan Farel membantu Rey bangun. Memapahnya dan membaringkannya diatas tempat tidur miliknya.
Dengan obat seadanya Farel membantu mengobati luka pada wajah, Rey. Kesal memang, rasa marahnya luar biasa. Namun, Rey sahabatnya. Dihati Farel masih ada rasa belas kasihan. Jika tidak, Farel sudah membuat Rey tak bernafas detik itu juga.
"Kita sudah bersahabat cukup lama, Rey. Dan kau sudah tahu sifatku, bukan? Aku harap kau tidak memancing emosiku semakin naik jika diriku tengah marah," sembari menul.nul kapas pada luka Rey, Farel berpidato.
Rey membuang napas. "Aku hanya ingin kau bersikap sewajarnya, Rel. Sikapmu yang terlalu memaksa akan semakin membuat Bintang muak, apa kau tidak berpikir sampai sana?"
Farel terdiam, merenungi setiap kata yang Rey ucapkan. Dan ingatan diwisata peje tadi sore terlintas. Bagaimana Bintang menjauh dan menolaknya. "Yeah, kau benar, Rey. Bintang mungkin sudah sangat membenciku," Farel sedih, hatinya perih.
"Ini semua salahku. Aku yang membuat Bintang menjadi seperti itu, aku yang mengawali lukaku sendiri. Dengan berkhianat pada Rima," sesalnya, agaknya Farel sudah mulai mikir.
"Farel...!"
Mendengar seseorang memanggilnya, Farel menoleh. Farel tersenyum melihat Rima menghampirinya. "Hai!" Farel menyapa Rima yang sudah berdiri dihadapannya.
"Mau bertemu Bintang, ya?" tanya Rima, dia tersenyum manis.
Farel tersenyum manis juga. "Kok tahu?" tanyanya sambil mengamati Rima yang malam ini berpakaian berbeda. Rok plisket seatas paha dan tang top hitam yang mungkin saja sudah kekecilan. Sesuatu yang kenyal, dan yang pertama kalinya Farel melihatnya, menyembul, dan entah mengapa Farel penasaran.
"Tahu dong. Kan aku sering melihatmu datang kerumah Bintang. Yasudah gih pasti Bintang sudah menunggu. Dadaaa...!" Rima melambai tangan dia masuk kedalam rumahnya yang berada disisi rumah Bintang.
Farel yang berdiri didepan gerbang rumah Bintang meneguk ludah. Bayangan dimana sesuatu yang kenyal sedikit tumpah membuatnya ingin mencoba pengalaman baru.
"Farel! Ayo masuk!"
Suara itu membuat Farel menoleh, Bintang, dia tersenyum cantik, wajah yang selalu Farel rindukan. Sikapnya selalu lembut padanya. Tapi sayang daddy dan mommy Bintang terlihat tak suka padanya. Karena cinta, Farel tetap maju dan tak peduli.
"Beb, Kok melamun?" tanya Bintang, kini, dia dan Farel sudah ada digazebo samping rumah dengan dua gelas teh hangat dan satu piring camilan berupa kacang kulit.
Farel tersadar. "Oh, tidak ada apa-apa kok. Hanya kepikiran tugas sekolah saja." Farel tersenyum dipaksakan. "Duh, ini kepala kenapa kepikiran da.da Rima terus sih. Sialan!" batinnya.
"Beb, aku rasa pertemuan kita kali ini tidak seru. Kau lebih banyak diam. Aku kangen loh padahal." Bintang cemberut, satu minggu dirinya ikut lomba diluar kota tentunya merindukan pujaan hatinya dong. Eh, Farel malah melamun.
"Sorry, Beb. Tapi sepertinya aku pulang saja ya, kita ketemu lagi besok disekolah. Aku harus segera menyelesaikan tugasku," Farel beranjak, membuat Bintang sedikit kesal.
"Yasudah, hati-hati dijalan Baby. Love you, muach," Bintang manja. Bibirnya mengerucut seolah memberi ciuman pada Farel.
"Daaa... mimpi indah ya, Beb," sahut Farel berjalan keluar.
Dan setelah Farel tak terlihat, Bintang menghela. "Terburu-buru tidak sih? Aku mikirnya iya sih, Farel kenapa ya?"
"Rima, kau disini? sedang apa?" Farel terkejut begitu keluar dari pintu gerbang rumah Bintang ternyata Rima ada diluar rumahnya dengan wajah sedih. Farel yang tahu jika Rima sahabat Bintang tentunya simpati dong.
"Cowok aku mutusin aku, Rel. Dia jahat sekali padahal..."
"Sssttt, sudah. Jangan menangis, ada aku," Farel memeluk Rima dan... Farel tidak tahan. "Rim,"
"Ya," dalam pelukan, Rima mendongak menatap Farel.
Tak ingin berlama-lama Farel menyalurkan apa yang dia ingin sejak tadi. Sesuatu yang kenyal dan menyembul terasa empuk ditangan. Dan Farel belum pernah melakukan ini pada Bintang.
"Aku bekhianat?" batin Farel menikmati yang ada dihadapannya. "Tidak! Tidak apa-apa. Bintang tidak akan tahu," lanjutnya dihati.
"Farel," serak, dan Rima ada diposisi yang ingin. "Aku ingin seperti Bintang, memiliki pa.car yang setia dan baik." sedihnya.
Farel tercenung. Farel mengangguk. "Iya,"
Dan mulai malam itu lah mereka menikmati rasa yang belum seharusnya.
"Ah, bod0h!" Farel membenci dirinya ketika mengingat dimana awal menghianati Bintang hanya karena hal sepele. "Harusnya aku menahannya," batinnya lagi dengan sesal yang tiada guna.
...----------------...
"Zo! Bukan pintu!"
Begitu sampai diapartemen Bintang mengetuk pintu kamar yang dikunci dari dalam. Bintang yakin Zo ada didalam.
Tak lama pintu pun terbuka, Bintang segera masuk kedalam. Kedua matanya melebar melihat Zo yang sekarang bertelanjang dada.
Bintang balik badan dengan kedua tangan menutup wajah. "Zo! Cepat pakai bajumu!" Bintang malu, sekelebat dia telah melihat perut Zo yang sudah terbentuk. "Indah banget," membatin.
Zo tersenyum sinis, dengan santainya dia merebahkan badan diatas tempat tidur. "Suka-suka lah. badan-badanku sendiri," cueknya sambil menahan hidungnya yang terasa sakit, untungnya darah sudah tak mengucur lagi.
Bintang kesal, terpaksa dia mendekati Zo tanpa mempedulikan Zo yang tanpa baju. "Hidungmu. Aku bantu obati," gugup, pertama kali sekamar dengan cowok plus dia tidak pakai baju.
"Urus saja pacarmu itu, jangan pedulikan aku,"