Cecil seorang anak brokenhome yang selalu di hantui dengan perasaan takut menikah. Ia bersahabat dengan Didit yang ternyata mendekati Cecil bukan hanya sekedar sebagai sahabat. Bukan semakin terkontrol, Rasa kecewa yang mendesak Cecil ingin menjauhi siapa pun yang ingin membantunya. Apa yang membuat Cecil semakin kecewa dengan didit? Bisakah Didit meluluhkan hati Cecil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjamenanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasanku suka duduk mojok..
Suara ngorok Didit kedengeran, Aku lepas kain kompresan di mataku. Ku lihat cahaya matahari masuk di celah gorden. Udah jam 8 pagi. Pintu kamar memang dibuka dari semalam, Mbak yang lewat langsung nawarin sarapan
"Nunggu Didit bangun.Mbak" jawabku pelan. Didit tidur duduk sambil ngorok. Aku ke kamar mandi, tapi sampai kamar mandi bingung pakaian gantinya. Hehee.. kamar mandi di dalam kamar. Ga ada sikat gigi sama sabun muka.
"Tokk..tokk.. Cil, ini buat ganti baju sementara" untung belum buka baju. Ku buka pintu, Dia pinjemin baju sama celana panjang berbahan kaos.
"Bajumu taruh di kotak baju kotor, biar bisa dicuci hari ini. " Dia nunjuk kotak baju kotor di dekat pintu.
"Aku mandi di bawah. Sikat gigi ada dibalik cermin. Itu baru. Setelah mandi tunggu di meja makan " Aku tutup pintu. Ini gede banget. Ku melihat sekeliling.
Aku turun kebawah pelan-pelan. Sambil nyari Didit. Di meja makan sudah ada Tante Dini yang tengah ngomelin Didit, Didit hanya menunduk. Tante Dini akhirnya sadar ada aku. Aku cium tangannya. Tante memperhatikan baju yang kupakai lalu keluar rumah
"akuu balik aja ya?" didit nahan
"Setelah makan aja."
Tante Dini kembali dengan membawa paper bag.
"Kamu pake ini aja" sebuah gaun. Didit nunjuk toilet dekat pintu dapur. Sebuah gaun selutut dengan lengan panjang bahan silk polos berwarna hijau muda. Pas buat Aku. Aku cek didalamnya ada karet kecil dan make up.
"Aku gak pernah pakai make up. Palingan cuma sabun muka dan pembersih wajah"
Ada catatan "ini semua buat Cecil. Dipakai ya" aku garuk-garuk kepala
"Gak cocok diwajahku bisa kayak badut, ketebelan" Aku coba pakai semua. Aku pastikan gak ketebelan, eyelinerku kanan kiri sama bentuknya. Rambutku rapi dikuncir. Aku keluar
"Lama banget, Ciil. Mamakuuu baru date.. " Didit diem. Tante Dini tersenyum seneng "pas dikamu.." sambil ngelilingi Aku. "Make upnya juga gak abu."
Tante ngliatin Didit "Gimana.. cocok,kan?" Didit ngalihin matanya ke piringnya
"Mama abis. Ngomelin Aku, kok gak cari cewek lain. Sekarang dia malah dibuatin bajuuu!" Tante Dini ngajak duduk didepan didit sedang beliau duduk di sebelahku sambil senyum seneng
"Ya tinggal buatin baju wedding" Kata beliau
Didit salah tingkah. Aku ambil piring.
"Kok gak diliat siih Dit, kan Cecilnya udah cantik ginii"
"Maa..." mukanya sekarang memerah. Dia sama sekali ga ngliat Aku. Tante Dini memperhatikan Aku dan Didit.
"Kata Mbak, Kalian semalem satu kamar!"
"Bukan gitu, maa."
"Saya sakit tante"
"Ooohh.. sakit.. okk. Terus?"
"Terus apaa siih?" Didit tetep lihat piringnya. Mama didit pegang perutku "hmm.. terus ini cucu mama" aku ketawa malu. "Tanteee.. dittt.." aku ngrengek. Didit ketawa
"mana adaa ngompres orang demam bisa hamil.maa?"
"Ya kan dulu waktu kamu juga sekali jadi!" Aku buru-buru abisin makan.
"Setelah ini saya balik ya tante. Dit."
Mama didit geleng-geleng sambil ngunyah. "Kamu sama Didit sana jalan-jalan dulu. Abis sakit itu butuh udara seger. Gak papa cuma muter-muter pake mobil."
"Sama mama juga?"
"Gak mau, mama mau langsung ketemu client." Tolak mama didit sambil ngunyah "Kemarin bundamu itu khawatir kalau kalian serumah. Eehh malah sekamar. Hahaaa.. kalau tante siih tinggal biarin kalian nikah aja kalau beneran didit macem-macem."
Habis makan, Tante Dini langsung pamit pergi. "Mama gak balik sini yaa,dit. Jangan biarin bundanya Cecil hilang kepercayaanmu. Dit"
"Sayaang, santai aja. Dia masih bisa nahan kok." Canda mama didit sambil peluk aku.
"Badan kamu masih anget" Tante Dini pegang dahi aku. "Didit anter Dia ke rumah sakit."
Sekarang tinggal berdua. Aku nambah makan. "Akhirnyaaa Cecil balik lagi." kata Didit.
Aku terus makan. Didit pegang HP, seperti memotret atau hanya cek HPnya. Gak kerasa 3 kali nambah. Perutku makin buncit kerasa bagian pinggangku terlalu ketat.
"Udaaah?" Tanyanya dengan melipat tangan, mukanya gak percaya kalau Aku sakit. Aku ngangguk. Didit berdiri.
"Bener-bener obatnya makan. Udah gak panas lagi" tangannya nempel ke dahiku. Aku tepis tangannya.
"Aku balik"
"Aku anterin. Ayoo" aku gak berdiri.
"Kenapa?" Aku gigit bibir, malu mau ngomong.
"Mau ke toilet?" Aku geleng-geleng
"Perutkuuuu, buncitnya makin keliatan." Aku berusaha nutupi perut buncitku. Didit masuk kamar, keluar bawa jaket
"Niih, dah cantik-cantikk.. gaunnya.." dia keluar ke garasi. Aku nyusul sambil berusaha nutup perutku.
"Anter Aku ke cafe aja" tapi perasaanku kayaknya dia bakal ngajak ke tempat lain. Hmm.. bener! Dia ngajak ngmall.
"Dah lama gak ngmall, sekalian ngecilin perutmu. Kita gak makan"
Dia buka pintunya "lepas aja jaketnya. Gak keliatan kok" Aku buka jaket, turun.
Masuk mall dia genggam tanganku. Kami jalan tanpa ngomong apa-apa "Ceciiiill!" Seseorang memanggilku dari sebuah restoran jepang.
"Haii.. may!" Aku lepas genggaman Didit. Cipika cipiki. Ku lihat didalam ternyata ada temen-temen kuliahku yang lain. Kami masuk, Aku sapa yang lain. Didit menunggu didepan sambil main HP. Aku langsung pamit
"Kok buru-buru? Gak dikenalin ke kita" Niko nunjuk didit.
"Dia temen SMKku. Aku balik dulu ya" aku buru-buru keluar. Meski mereka manggil aku.
"Ayoo" Aku tarik lengan didit. Tanganku digenggam lagi.
"Kok Aku gak dikenalin, siih.Cil?" Aku sesaat ngliat didit kesel. "Malu ya?" Tanyanya lagi
"Kesel aja sama mereka, mereka lagi reuni. Aku gak diundang. Ngapain ngenalin ke mereka?" Aku berhenti, kulihat disampingku ada cermin.
"Cantik,kok" Didit merhatiin aku.
"Buatan Mamamu, ya cantiklaah!" Kataku.
Didit senyum "Kamuu.. cantik!" Puji Didit
Aku nglanjutin jalan. Gak lama "Ceciiill" prita nyapa Aku, kami cipika cipiki
"ini sapa?" Dia senyum ke Didit. Didit ngjauh, main HP.
"Ooh, Sahabatku waktu SMK. Kami lagi reuni" jawabku kesel.
"Aku pasti telat yaaa.. ayooo" Dia ajak Aku
"Aku gak diundang" Dia kaget.
"Aku pergi dulu yaa"Aku narik Didit.
"Coba kamu cek lagi HPmu, mungkin chatnya keselip" aku diem, scroll-scroll ke bawah. Bahkan didalam grup juga gak aktif sudah setahun. Didit ambil HPku ngcek
"emang gak ada.. mereka ngucilin Aku" Didit balikin HPku,tangannya sekarang ngrangkul bahuku
"Kamu apain mereka?" Sambil jalan pelan-pelan Aku cerita.
"Dulu Aku deket sama Tania, trus Aku gak tau kalau Dia itu tiap ngajak makan pakai uang pinjem ke temen-temen. Dia juga cerita ke yang lain kalau Aku tuh gak suka jajan di warteg atau di abang-abang kaki lima. Makanya pinjem. Aku ini sahabat dia dari SMP. Laah! kapan kenalnya? Trus temen-temen bilang yaa udah main sama mereka aja. Akhirnya aku dijauhi. Gak lama Tania ngilang tapi yang lain malah nagih utang ke Aku. Aku aja baru tahu dari Prita kalau Tania ngutang pake namaku. Aku cuma temenan sama beberapa senior yang suka olahraga. Tiap libur mereka ngajak terus kenalin sama temen-temen yang lain. Jadi dari situ Aku kenal Elana, pacarnya Arga."
Seseorang manggil Aku. "Cilll..." Aku dan Didit cari ke arah suara. Prita dan Niko nghampiri Aku.
"Buru-buru banget sih?" Tanya niko. Lagi-lagi didit main HP ngjauh.
"Takut nanggung bayarin utang orang lain" ejekku.
"Kita mau minta maaf,Cil." Aku angguk.
"Maaf kenapa?"
"Tania sudah ditangkep polisi, Dia juga bawa kabur mobil Ivy." Aku masih kesel, sangking keselnya Aku nahan nangis.
"Selama kuliah Aku pengen cepet-cepet selesai, kalian nyindir-nyindir Aku gantian. Dalam sehari Aku dengerin ledekan kalian. Entah aku pake baju apa. Tas apa. Kalian bilang itu dari hutang. Kalian gantian ngetawain Aku, Aku kuliah hasil utang. Buka cafe aja sampai Aku pindah beberapa tempat dan karyawanku juga ternyata temen-temen kalian yang tiap kerja mereka juga nyindir ngetawain cafe ku yang katanya kecil gak mutu juga dari utang. Ganti karyawan ternyata temen-temen kalian lagi. Mempermaluin Aku depan customer, bilang resign karena Aku gak sanggup bayar karena utangku belum dibayar. Padahal sekalipun aku gak pernah telat bayar gaji. Gaji pun juga diomongin sebelum tanda tangan kontrak ke mereka. Aku sudah maafin. Makasih yaa" aku nangis pergi. Didit lari nyusul aku
...****************...