Cerita tentang gadis desa bernama Juliet Harvey yang harus berjuang untuk mengatasi masalah keluarga sang nenek yang hampir bangkrut.
Namun siapa sangka, niatnya untuk meminta bantuan kepada sang ayah yang sudah lama tidak bertemu malah membuatnya ikut terseret masalah dengan CEO tampan penuh dengan masalah, Owen Walter.
Bagaimana kisah Juliet dan Owen? Apa Juliet bisa mengatasi masalah keluarga neneknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPC BAB 14
Kedua sahabat Owen yang melihat kejadian itu hanya bisa menganga terkejut dengan siasat Owen.
“Dasar Owen si4lan! Kemarin dia bahkan tidak menjawab setuju atau tidak dengan taruhan ini, tapi dia malah langsung tebar pesona begitu!” ucap Mike yang di balas anggukan oleh Blake.
Sedangkan kedua orang tua Owen yang melihat hal tersebut hanya bisa terdiam sambil terus menatap keduanya.
“Sebenarnya siapa gadis itu?” tanya Gerald.
“Dia itu Juliet Harvey ayah, anak dari Tomi Harvey yang mencuri perhatian dengan memanfaatkan kak Owen di pesta kemarin.” Sahut Celine menjawab pertanyaan sang ayah.
“Dasar tidak tahu malu! Bisa-bisanya dia mencari perhatian kakak dengan cara murahan seperti meninggalkan pita di dekat kakak!” ucap Celine dengan ketus.
“Ehem! Celine, jaga bicaramu.” Sahut Ethan yang tidak suka dengan kata-kata sang adik.
“Apa yang kamu lakukan saat ini Owen.” Batin Ethan saat melihat kejadian antara Owen dan Juliet.
“Tapi apa yang aku katakan benar kak! Lagi pula untuk apa sih kak Owen meladeni gadis yang sudah jelas kampungan itu!” lanjut Celine.
“Cukup Celine! Banyak orang yang bisa mendengar ucapanmu!” tegas Cecilia.
Melihat semua keluarganya menegurnya membuat Celine tidak suka akan hal itu.
“Kenapa sih semua anggota keluargaku membela gadis kampungan itu dan tidak membiarkanku angkat bicara!” gumam Celine kesal lalu pergi menjauhi keluarganya.
“Sepertinya kita harus mencari tahu tentang gadis itu sayang.” Ucap Cecilia kepada sang suami.
Namun Gerald hanya terdiam sambil menatap jauh ke depan seperti sedang memikirkan sesuatu tanpa menanggapi ucapan sang istri.
Setelah pergi dari kerumunan, Owen dan Juliet pun hanya tinggal berdua menatap salah satu lukisan yang terlihat indah.
“Aku tidak mengerti tentang lukisan, tapi aku tau kalau lukisan ini begitu indah.” Batin Juliet yang terus menatap ke arah lukisan tersebut.
“Apa kau menyukai lukisan ini nona Juliet?” tanya Owen yang di balas anggukan oleh Juliet.
“Ah iya, lebih baik anda kembali lah ke aula utama lebih dulu tuan.” Ucap Juliet.
“Kenapa? Apa masih ada lukisan yang ingin anda lihat?” tanya Owen.
“Tidak, bukan begitu..”
“Lalu?”
“Anda mengajak saya untuk melihat lukisan bersama kan? Dan kita sudah melihat semuanya, jadi saya pikir peran saya sudah selesai.” Jelas Juliet.
Owen berpikir sejenak, lalu perhatiannya teralih pada kerumunan orang yang masih penasaran dengan hubungan mereka berdua.
“Nona, jangan bergerak ya.” Ucap Owen yang membuat Juliet kebingungan.
Belum selesai dengan kebingungannya, tiba-tiba saja Owen merangkul pinggang Juliet yang membuat Juliet melotot karena terkejut.
“Apa yang anda lakukan?!” protes Juliet sambil berusaha melepaskan diri.
Namun Owen semakin mengeratkan tangannya di pinggang Juliet sambil memberi kode kepada Juliet untuk diam.
“Jangan bergerak nona, jika anda merasa tau dengan rencananya maka anda harus melakukan peran anda sampai akhir.” Ucap Owen sambil tersenyum.
Setelah mendengar ucapan Owen, akhirnya Juliet tau apa maksudnya, dia tau jika mereka sedang menjadi bahan tontonan orang-orang, dan dengan terpaksa Juliet mengikuti alur yang di maksud Owen.
Melihat bibir Juliet yang manyun sambil bergumam tidak jelas membuat Owen tersenyum.
“Apa anda marah?” tanya Owen.
“Tidak.” Jawab Juliet singkat.
“Benarkah? Tapi sepertinya anda terlihat sedang marah tuh.”
“Itu tidak benar! Berhubung saya sudah merugikan anda di pesta dansa kemarin, jadi saya akan menjadikan kejadian hari ini untuk menebus kesalahan saya waktu itu.”
“Apa? Menebus kesalahan?” ucap Owen sambil tersenyum sinis.
“Jadi maksud anda, anda marah karena saya sudah mengganggu anda, dan anda terpaksa mengiyakan karena memikirkan kejadian sebelumnya, karena kita sudah saling memberi san menerima, jadi kita sudah impas begitu?” tanya Owen.
Juliet hanya diam sambil menatap Owen, dia tidak menjawab pertanyaan Owen namun Owen sudah tau jawaban dari diamnya Juliet.
“Baiklah, anggap saja ini kesepakatan yang masuk akal.” Ucap Owen yang membuat Juliet menghela napas lega.
Namun ada perasaan tidak suka di hati Owen melihat Juliet yang ternyata tidak tertarik padanya, dia hanya ingin menebus kesalahan di pesta dansa saja.
Entah ada setan apa, tiba-tiba Owen menarik tangan Juliet dan mencium punggung tangannya di hadapan banyak orang membuat Juliet malu sekaligus terkejut.
“Apa-apaan ini tuan!?” tanya Juliet.
“Saya menunggu kesempatan untuk pertemuan kita selanjutnya nona Juliet.” Ucap Owen sambil menyeringai membuat Juliet kesal.
Ingin rasanya dia memarahi laki-laki yang ada di hadapannya itu, tapi ada banyak pasang mata yang melihatnya dan dia akan di bully jika berani memarahi orang terkaya nomor satu di negara ini, bahkan pemimpin negara saja takut pada keluarga Owen.
Setelah kepergian Owen begitu saja, Juliet tidak bisa berkutik karena semua mata tertuju padanya dan juga semua bisik-bisik yang mereka lontarkan adalah tentang dirinya.
“Hei Owen! Kau ini bersikap seorang tidak menginginkan taruhan itu, tapi sekarang malah beraksi duluan!” protes Mike dengan heboh.
“Kau bilang apa pada nona Harvey? Kalian janjian untuk bertemu lagi? Dasar si4lan kau Owen!” sahut Blake tidak kalah hebohnya.
“Jangan pedulikan apa yang aku lakukan!” ucap Owen dengan acuh tak acuh dan membalikkan tubuhnya berniat untuk menjauh dari dua sahabatnya.
“Kau yakin akan melakukan ini Owen? Orang kaya ternyata lebih sombong ya, kau benar-benar ingin menguasai uang ini?!”
“Aku tidak menyangka kau ikut bertaruh untuk merayu wanita lain di depan mantan istrimu!”
“Apa yang akan kau lakukan sekarang? Semua orang pasti akan menghujatmu habis-habisan!”
“Benar! Lalu apa yang akan kau lakukan pada nona Harvey? Dia juga pasti akan ikut di hujat karena tingkahmu barusan!”
Owen yang tadinya sudah melangkahkan kakinya langsung menoleh kembali ke belakang.
“Apa kalian melakukan taruhan itu karena memang mengkhawatirkan wanita itu?” tanya Owen dengan tatapan tajam.
Mendengar pertanyaan dari Owen membuat kedua sahabatnya itu terdiam dan mematung, lalu keduanya memutuskan untuk kabur dari Owen.
Owen menghela napas lega dan saat Owen mau membalikkan tubuhnya dia bertemu dengan kepala gallery dan seseorang di sampingnya.
“Terimakasih atas kedatangan anda di pameran ini tuan muda, kenalkan ini adalah murid saya yang berbakat, dia baru bergabung di pameran tahun ini.” Ucap kepala gallery sambil mengenalkan seseorang di sebelahnya.
“Saya sangat ingin mengenalkannya pada anda karena anak ini adalah seniman yang paling berbakat di universitas, namanya Bobi Lorenzo.” Lanjutnya.
“Salam kenal tuan Owen.” Sapa Bobi sambil menundukkan kepalanya sedikit.
Sedangkan Owen melihat ke arah Bobi dari atas sampai ke bawah, karena berbeda dari seniman pada umumnya, Bobi memiliki tubuh yang gagah seperti seorang prajurit.
“Salam kenal Bobi, aku menantikan karya-karya mu di masa depan.” Balas Owen sambil tersenyum.
“Terimakasih tuan.” Balas Bobi.
“Kalau begitu kami pergi dulu tuan, silahkan nikmati pamerannya dengan nyaman.” Ucap kepala gallery yang langsung pergi bersama dengan Bobi.
Lalu seketika Owen teringat dengan Juliet yang memanggil nama Bobi saat di taman.
“Bobi?” gumam Owen sambil menatap ke arah Bobi dan kepala gallery yang sudah menjauh.
