NovelToon NovelToon
Wifi Couple

Wifi Couple

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Auraliv

Albar tak bisa terpisahkan dengan Icha. Karena baginya, gadis itu adalah sumber wifinya.

"Di zaman modern ini, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa wifi. Jadi begitulah hubungan kita!" Albar.

"Gila ya lo! Pergi sana!" Icha.

Icha berusaha keras menghindar Albar yang tak pernah menyerah mengejar cintanya. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

*Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraliv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 - Diam-Diam Nonton

Sabtu siang, SMA Putra Bangsa tampak ramai oleh sorak sorai remaja yang memadati aula besar. Hari itu, lomba musik antar sekolah se-kota diselenggarakan di sana, dan salah satu pesertanya adalah SMA Bintang Jaya—tempat Icha dan Albar sekolah.

Icha tidak seharusnya ada di situ.

Tidak ada yang mengundangnya. Ia juga tidak bilang pada siapa pun, bahkan pada Dinda.

Tapi sejak sore kemarin, setelah bicara singkat dengan Albar di depan ruang musik, pikirannya tidak bisa tenang.

“Besok kamu tampil, kan?”

“Iya. Tapi gak usah dateng juga gak apa-apa.”

Kalimat itu terus terngiang. Terlalu datar, terlalu ikhlas. Dan justru itu yang membuatnya terasa pahit.

Kenapa Albar tidak berharap dia datang? Kenapa dia tidak menunggu seperti biasanya? Kenapa sekarang terasa jauh… terlalu jauh?

Icha duduk di kursi penonton baris tengah, menyembunyikan wajahnya dengan masker dan hoodie. Aula itu penuh. Lampu sorot menyoroti panggung, di mana grup-grup band dari berbagai sekolah tampil bergantian. Ia memeluk tas di pangkuan, gugup sendiri.

“Ngapain sih gue di sini? Malu-maluin aja. Lagian dia juga gak peduli…”

Tapi dia tetap diam di tempatnya. Menunggu.

Dari balik panggung, Albar berdiri di sisi tirai, melihat penonton dengan tatapan kosong. Rio berdiri di sampingnya, mengencangkan strap gitarnya.

“Gugup?” tanya Rio.

“Gak,” jawab Albar pelan. “Gue udah gak ngarepin siapa-siapa nonton.”

Rio menyentuh bahunya. “Kalau Icha gak dateng, itu bukan berarti dia gak peduli. Mungkin dia cuma belum sadar.”

Albar tersenyum kecut. “Gue udah belajar berhenti berharap.”

“Yaudah. Kali ini nyanyi aja buat lo sendiri.”

Albar mengangguk.

Dan saat nama mereka dipanggil, dia melangkah ke panggung, untuk pertama kalinya tanpa bayangan Icha di pikirannya.

Atau… setidaknya itu yang dia coba yakinkan pada diri sendiri.

Ketika lampu menyala, Icha tercekat.

Albar berdiri di tengah panggung, dengan kemeja putih dan gitar akustik di tangan. Wajahnya lebih tenang dari biasanya. Tak ada kecerobohan khas cowok aneh itu. Tak ada lelucon tentang wifi. Hanya tatapan serius… dan sedikit sendu.

Icha menelan ludah. Jantungnya berdetak cepat.

“Penampilan berikutnya dari SMA Bintang Jaya, dengan lagu ciptaan sendiri berjudul ‘Jaringan yang Diam’,” seru MC.

Icha mengerutkan kening.

Judul yang aneh. Tapi begitu Albar mulai menyanyi, dia tahu… lagu itu tidak aneh sama sekali.

“Kamu bilang aku gangguan,

Tapi kamu gak tahu…

Gangguan itu datang karena peduli.

Dan aku tahu, mungkin cintaku bukan sinyal kuat bagimu,

Tapi aku tetap nyalakan koneksi…

Meski kamu tak pernah sambung balik.”

Lagu itu sederhana. Tapi setiap liriknya menusuk.

Icha membeku.

Setiap kata terasa… jujur. Bukan gombalan absurd seperti biasanya. Tapi kalimat pelan, yang seolah ditulis dari luka.

Tepuk tangan penonton bergemuruh saat lagu selesai. Tapi Icha tidak ikut bertepuk tangan. Ia hanya menunduk.

Air matanya menetes tanpa ia sadari.

Ia buru-buru berdiri dan pergi dari aula sebelum Albar bisa melihatnya.

Tapi sayangnya… terlambat.

Dari atas panggung, mata Albar sempat menangkap siluet familiar: hoodie biru, langkah cepat, dan cara berjalan yang ia tahu sangat baik.

Dan senyum kecil muncul di wajahnya. Bukan senyum bahagia. Tapi… lega.

Dia datang. Bahkan jika hanya sebentar.

Di luar aula, Icha menyeka air matanya.

“Bodoh. Bodoh banget.”

Ia merasa sesak. Bukan karena Albar menyanyikan lagu itu. Tapi karena lagu itu… terlalu menggambarkan apa yang ia rasakan belakangan ini.

Ia ingin kembali. Tapi kakinya tak bisa bergerak.

Ia ingin bicara. Tapi lidahnya kelu.

Ia ingin bilang bahwa dia tidak benar-benar membenci Albar. Bahwa semua gangguan itu… sebenarnya membuat hidupnya lebih hidup.

Tapi Icha tetap diam. Karena bahkan pada dirinya sendiri, ia belum siap mengaku.

Minggu pagi, Dinda mengirim pesan.

Dinda: “Lo ke lomba kemarin?”

Icha membalas singkat.

Icha: “Enggak.”

Padahal, ia masih menyimpan tiket masuknya di laci meja.

Dinda: “Albar juara dua. Penampilannya keren banget. Tapi dia langsung pulang. Gak selebrasi sama yang lain.”

Icha hanya membaca. Tidak membalas.

Tapi malamnya, ia kembali membuka Instagram Albar. Di sana, ada satu foto baru. Gambar panggung kosong, dengan caption:

“Kadang kita tampil paling jujur… justru saat gak ada yang kita harapkan hadir.”

Dan Icha ingin sekali berteriak,

“Aku hadir! Aku ada di sana!”

Tapi ia hanya bisa mengetik komentar.

Lalu menghapusnya.

Kemudian menutup aplikasi… dan termenung lama.

Senin pagi. Sekolah kembali ramai. Tapi suasana di antara Icha dan Albar masih beku. Ia duduk di depan, pura-pura fokus. Albar kembali ke bangkunya di belakang, kali ini tak lagi memandangi punggung Icha seperti dulu.

Saat pelajaran usai, Icha tidak langsung keluar.

Ia menunggu di lorong, berdiri di dekat rak sepatu.

Dan saat Albar lewat, ia memanggil, pelan.

“Bar…”

Albar menoleh. Matanya biasa saja. Tenang.

“Kenapa?”

Icha terdiam. Lalu menggeleng. “Gak jadi.”

Albar tersenyum tipis. “Oke.”

Ia kembali berjalan.

Dan Icha hanya bisa menatap punggungnya menjauh…

dengan hati yang semakin tak bisa dia pahami.

1
Sari Kumala
bucin ini
Kristina Sinambela
keren
Kristina Sinambela
keren ceritanya
Kristina Sinambela
bagus seru
Kristina Sinambela
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!