Terlambat menyatakan cinta. Itulah yang terjadi pada Fiona.
ketika cinta mulai terpatri di hati, untuk laki-laki yang selalu ditolaknya. Namun, ia harus menerima kenyataan saat tak bisa lagi menggapainya, melainkan hanya bisa menatapnya dari kejauhan telah bersanding dengan wanita lain.
Ternyata, melupakan lebih sulit daripada menumbuhkan perasaan. Ia harus berusaha keras untuk mengubur rasa yang terlanjur tumbuh.
Ketika ia mencoba membuka hati untuk laki-laki lain. Sebuah insiden justru membawanya masuk dalam kehidupan laki-laki yang ingin ia lupakan. Ia harus menyandang gelar istri kedua, sebatas menjadi rahim pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. MENGINAP
"Ai, aku pamit ya," ucap Teddy yang kembali menghampiri adik iparnya itu.
"Sebaiknya tunggu hujannya reda dulu," ujar Aidan. Suaranya datar, namun mampu membuat Teddy mengembangkan senyum tipis.
"Iya, Mas. Hujannya sangat deras, anginnya juga kencang. Sebaiknya Mas Teddy menunggu hujannya reda dulu," timpal Jihan.
Teddy melirik Fiona yang berdiri di sampingnya. Tak ada reaksi apapun, namun ia sangat senang bisa tinggal sebentar lagi bersama istri ke-duanya itu.
Ketika adzan Maghrib berkumandang, mereka pun bersiap-siap untuk sholat berjamaah. Aidan meminjamkan baju kokoh lengkap dengan sarung dan kopiah pada Teddy, dan mempersilahkannya menjadi imam sholat. Meski ia memiliki kekecewaan pada kakak iparnya itu, namun ia tetap menghormatinya sebagai teman.
Setelah ibadah tiga rakaat itu selesai, mereka kemudian makan malam bersama. Meski udara diluar sangat dingin, namun suasana malam ini terasa hangat bagi Teddy. Ia terus menatap Fiona yang tengah menghidangkan makanan ke dalam piringnya sembari tersenyum. Hal yang selalu ia dambakan sejak dulu. Menjadikan Fiona sebagai istrinya, dan ia akan menjadi suami yang paling beruntung memiliki wanita sesempurna Fiona yang sangat ia cintai. Namun, takdir harus berkata lain. Kini Fiona hanya menjadi istri ke-duanya sekedar menjadi rahim pengganti untuk istri pertamanya.
"Gimana, enak gak?" tanya Teddy ketika Fiona mencicipi sop konro yang ia belikan.
Fiona mengangguk. "Enak, Mas," jawabnya. "Mas mau coba juga?" tawarnya kemudian.
Teddy menggeleng. "Untuk kamu saja," ujarnya.
Fiona pun kembali melanjutkan makan, begitupun dengan yang lainnya.
Di sela-sela makannya, Teddy sesekali melirik Fiona. Ia tersenyum tipis melihat istri ke-duanya itu sangat lahap memakan makanan yang ia belikan.
"Mas, apa Mbak Agnes tahu kalau dulu Mas Teddy pernah menyukai Kak Fio?" bisik Jihan pada suaminya. Sejak tadi ia terus memperhatikan tatapan Teddy pada Fiona. Ia bisa merasakan dalam tatapan itu masih ada cinta yang tersembunyi.
"Entahlah," balas Aidan.
Malam semakin larut, namun hujan belum juga reda. Angin semakin berhembus kencang. Bahkan petir sesekali menyambar. Tak memungkinkan untuk pulang, Aidan akhirnya meminta Teddy untuk menginap.
Teddy pun kembali ke kamar yang ditempati Fiona, mengambil ponselnya yang ia tinggalkan di sana saat berganti pakaian. Hendak mengabari Agnes bahwa malam ini ia tidak bisa pulang.
Ada banyak sekali panggilan tak terjawab juga beberapa pesan dari Agnes. Namun, ia abaikan dan langsung menghubungi istri pertamanya itu.
Agnes yang sejak tadi merasa gelisah menunggu suaminya sampai tak melepaskan ponselnya. Langsung menjawab panggilan begitu ada telpon masuk dari suaminya.
"Mas dimana? Kenapa gak angkat telepon aku?" Agnes langsung memberondong suaminya dengan pertanyaan.
Teddy terdiam sejenak, nampak berpikir. Entah ia harus jujur atau tidak sedang berada di mana sekarang.
"Sayang maaf, sepertinya aku gak bisa pulang malam ini. Hujan sangat deras dan aku gak mungkin nyetir dalam cuaca seperti ini," ucap Teddy kemudian.
"Iya, tapi Mas dimana sekarang? Apa masih di rumah sakit?" tanya Agnes dengan nada cemas.
Teddy kembali terdiam, memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan. Agnes pasti tidak akan tenang semalaman jika tahu ia sedang di rumah Aidan bersama Fiona.
"Mas, kenapa diam aja? Mas Teddy dimana sekarang?" tanya Agnes lagi begitu tak terdengar sahutan di seberang telepon.
Teddy nampak gelagapan. "Halo, Sayang? Suara kamu kok gak kedengeran? Halo ... halo...." Ia kemudian memutuskan sambungan telpon lalu menonaktifkan ponselnya. Membuat seolah-olah jaringan sedang ada gangguan.
"Maafkan aku, Nes. Aku terpaksa melakukan ini. Tapi aku akan menjelaskannya besok," gumamnya dalam hati.
Sementara itu ... Agnes semakin tampak cemas saat tiba-tiba sambungan telponnya berakhir. Ia kembali mencoba menghubungi suaminya, namun tidak bisa terhubung. Nomor Teddy sedang berada di luar jangkauan.
*****
"Gimana, Ai, gak bisa hidup lagi ya?"
"Gak bisa, Kak. Besok biar aku belikan yang baru aja," ujar Aidan sembari meletakkan ponsel sang kakak ke atas meja. Ponsel Fiona terkena tumpahan air saat bermain bersama Dafa dan Hana. Si kecil Hana tak sengaja menyenggol segelas air yang berdekatan dengan ponsel Fiona.
"Apa gak bisa diperbaiki aja?" tanya Fiona menatap adiknya. Di dalam ponsel itu ada banyak sekali kenangan yang sangat sayang untuk dibuang.
"Bisa sih kayaknya. Besok aku coba bawa ke tukang servis hp," ucap Aidan.
"Iya, coba diperbaiki aja dulu, Ai." Fiona menatap adiknya penuh harap.
"Iya, Kak." Aidan kembali mengambil ponsel tersebut lalu berdiri. "Aku ke kamar dulu, Kak. Kakak juga istirahat, ini sudah cukup larut," ujarnya.
Fiona mengangguk. Setelah adiknya pergi, ia pun segera menuju kamarnya. Langkahnya memelan begitu mendekati kamar, ia tampak ragu untuk membuka pintu kamar tersebut sebab ada Teddy di dalam sana. Tak pernah tidur bersama membuatnya merasa canggung untuk sekamar sekarang. Namun, ia juga tidak mungkin tidur terpisah kamar dan membuat adiknya curiga.
Dibukanya pintu perlahan, lalu masuk dengan langkah pelan kemudian kembali menutup pintunya.
Teddy yang sejak tadi menunggu, seketika tersenyum melihat kedatangan istri ke-duanya itu.
"Oh ya, kenapa aku telepon hape kamu gak aktif?" tanya Teddy saat Fiona telah duduk di sisi ranjang yang berseberangan dengannya.
"Hape ku habis kena air, Mas, dan gak bisa hidup," jawab Fiona.
"Oh." Teddy mengangguk pelan. "Mau aku belikan yang baru saja?" tawarnya.
"Terima kasih, Mas. Tapi gak usah, soalnya besok mau coba diperbaiki dulu sama Aidan," ujar Fiona.
Teddy kembali mengangguk pelan. Ia terdiam selama beberapa saat, kemudian berdiri dari tempat duduknya dan berpindah duduk di samping Fiona. Membuat wanita itu reflek bergeser sedikit menjauh.
"Fio, ada sesuatu yang mau aku kasih tahu sama kamu," ujar Teddy.
Fiona hanya melirik suaminya itu sekilas, dan menunggu apa yang ingin disampaikan padanya. Namun, selama beberapa saat Teddy belum juga berbicara yang membuatnya kembali menoleh.
"Mas Teddy mau ngomong apa?" tanyanya.
Teddy pun menoleh, ia tampak ragu untuk mengatakan tentang Damar. Takut membuat Fiona syok dan akan berdampak pada kehamilannya. Mungkin ada baiknya ia memberitahu setelah Fiona melahirkan.
"Proses persalinan nanti, kamu ingin melahirkan secara normal atau sesar saja?"
"Normal."
"Kamu yakin?"
Fiona mengangguk. Ia sudah mempertimbangkan hal ini sejak awal kehamilannya, memilih untuk melahirkan bayinya secara normal. Jika harus sesar itu akan memerlukan waktu pemulihan yang cukup lama, sementara ia akan menikah dengan Damar setelah masa Iddah nya selesai nanti. Mungkin ini terdengar konyol, setelah ia bercerai dengan Teddy, ia akan melangsungkan pernikahannya dengan Damar yang harus tertunda. Tapi itulah jalan yang akan ia tempuh nantinya.
"Ya sudah, sekarang sebaiknya kamu tidur. Ini sudah cukup larut,"
Fiona mengangguk. Ia melirik suaminya sekilas sebelum berbaring. Entah kenapa ia merasa bukan hal ini yang ingin dibicarakan Teddy. Seperti ada sesuatu yang sedang disembunyikan suaminya itu.
buat damar berusahalah karena bukan hanya maaf Fiona yang bakalan susah kamu dapat nantinya tapi jga keluarga besarnya karena fio itu putri kesayangan jadi selamat berjuang semoga semesta menjodohkan kamu sama fio
🤭🤭🤭 eh salah semoga Mak nur menjodohkan kamu ama fio
Ngak usah ngimpi mau punya dua istri kalau belum bisa bersikap adil bijak dan tegas kamu ,
jangan cuma mikirin perasaan kamu pikirkan juga perasaan Fio ... Fio itu manusia bukan boneka Fio punya hati nurani
ayo Damar tetap semangat jgn kendor terus perjuangkan cinta mu lewat jalur langit selalu langit kan doa"mu rayu tuhanmu, dan jangan lupa kamu harus jujur dgn masa lalu mu,, belajar jadi imam baik untuk calon bidadari surga mu ❤️🥰