Takdir seakan mempermaikan kehidupan Syakira Anastasia. Kehidupannya yang bergelimang harta, terlahir dari keluarga mapan, gak pernah sekali pun membuatnya menangis karena derita.
Namun takdir membawanya pada seorang pria beruban, dengan fisik bak pria matang.
Membawanya pada hubungan yang gak pernah ia bayangkan. Mampu kah Syakira menjalani perannya sebagai seorang istri di usia labilnya? Atau berakhir menderita seperti yang di inginkan Jims Prayoga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Mereka orang jahat, Kira!
Syakira yang gak sanggup mendengar penuturan pak polisi, terkait keadaan korban tewas. Membuatnya limbung hingga membuatnya terjatuh, seiring genggaman tangan Wili yang terlepas.
‘Ma- mama? Wajah mama gak bisa lagi di kenali?’ jerit batin Syakira dengan tatapan gak percaya, membayangkan perkataan pak polisi.
Wili menoleh, di lihatnya ketidak berdayaan dari Syakira. Dengan kemungkinan terburuk atas korban kecelakaan adalah orang tua Syakira.
Wili membola, “Astagaaa, Ra!”
Wili mensejajarkan tubuhnya, dengan ke dua lutut yang menyanggah bobot tubuhnya, menarik Syakira dalam pelukannya.
“Kamu harus kuat, Ra! Kita pastiin dulu ya! Baik itu korban meninggal atau pun selamat, mereka bukan orang tua kamu!” imbuh Wili, dengan senyum terpaksa nya, mencoba memberikan harapan pada Syakira.
Syakira mencengkram bahu Wili, menatap Wili dengan tatapan kesedihan, “Mereka bukan orang tua ku, Wil! Mereka gak akan mungkin membiarkan ku terpuruk! Tuhan gak akan mungkin sejahat itu sama mama!”
“Karena itu, kita pastiin dulu korban yang kritis ya!” terang Wili dengan tatapan meyakinkan.
Syakira mengangguk dengan pasrah.
Wili memapah Syakira yang gak mampu berjalan dengan ke dua kakinya, “Aku bantu kamu! Kamu harus kuat, Ra! Berharap mereka bukan om dan tante!” cicit Wili.
Tanpa Syakira dan Wili sadari. Danu, pak polisi yang mengantar mereka, untuk memastikan korban kecelakaan, tengah berseringai dengan tatapan sinis pada ke duanya.
‘Hanya secuil harapan palsu yang kekasih mu berikan, Nona! Tapi setelah kalian melihat korban kritis dan tewas. Harapan itu seketika musnah berganti tangis kesedihan dan penderitaan yang akan kau jalani selanjutnya!’
Wili menoleh ke belakang, ‘Kemana lagi Serli sama mang Dadang! Kenapa mereka belum juga kelihatan sih!’
Syakira menatap pintu yang ada di hadapan nya, dengan bertuliskan UGD dengan tatapan penuh harap.
‘Aku gak percaya, yang di dalam pasti bukan papa! Papa ku baik baik aja! Korban kecelakaan hanya orang lain yang meminjam mobil papa!’ batin Syakira penuh harap.
Pak polisi membukakan pintu ruang UGD, mempersilahkan Syakira dan Wili untuk masuk.
“Silahkan masuk! Pastikan korban selamat ini orang yang mungkin anda kenal, Nona!” ucap Danu dengan penuh arti.
“Ayo masuk, Ra! Aku temani kamu!” cicit Wili, gak mencerna perkataan pak polisi alias Danu.
Ke duanya melangkah masuk, dengan dua orang suster yang tampak merawat luka korban kecelakaan.
Seorang pria paruh baya tengah berbaring di atas ranjang dengan alat bantu pernafasan. Dengan satu kantong darah yang menggantung pada tiang lainnya. Wajahnya gak tampak lagi mulus, dengan noda darah serta labam yang menghiasi wajah tuanya.
Syakira hanya bisa terpaku dengan bibir yang kelu. Air matanya gak ada hentinya, seakan mewakili luka yang tengah ia rasakan.
“Wil, dia beneran papa ku!” lirih Syakira dengan suara yang hampir gak terdengar.
“Benar, Ra! I- itu om Bayu! Papa kamu!” ucap Wili gak kalah syoknya dari Syakira.
Salah satu suster menoleh ke arah Syakira, “Apa kalian keluarganya? Jika benar, dokter ingin bicara dengan keluarga pasien!”
Wili menggiring Syakira mendekat ke ranjang rawat, dengan menjawab perkataan suster.
“Pria itu orang tua nya, sus!” ucap Wili.
“Saya akan panggilkan dokter!” ucap suster, sebelum meninggalkan ruang UGD.
Di depan ruang UGD, suster gak langsung meninggalkan ruangan untuk menemui dokter. Melainkan bertanya terlebih dahulu pada Danu.
“Apa kamu sudah kabari, Tuan?” tanya suster dengan tag nama Ratna pada Danu. Pria dengan seragam polisi yang menunggu di luar ruang UGD.
“Sudah! Kamu lakukan saja tugas mu! Jangan sampai membuat 2 bocah di dalam curiga!” seru Danu penuh penekanan. Mengusir rekannya dari hadapannya.
Sementara di dalam ruang UGD.
Syakira mengguncang tubuh Bayu yang gak berdaya. Di iringi dengan isak tangis Syakira, saat gadis remaja itu di hadapkan dengan kenyataan pahit. Pria yang terbaring penuh luka adalah ayah kandungnya.
“Pah! Kenapa ini bisa terjadi pah! Papah bangun pah! Papa gak boleh sakit! Papa gak boleh tinggalin Kira sendiri, pah! Papa sama mama udah janji, kalian mau terus dampingi Kira sampai tua! Papa bangun pah!” jerit Syakira, mengoyak hati Wili yang berdiri di sampingnya.
“Sabar ya, Ra! Papa kamu pasti bisa sembuh, pasti bisa ngelewatin masa kritisnya.” seru Wili, menguatkan Syakira.
“Papa harus baik baik aja! Papa mama itu hidup Kira! Kalian harus bertahan demi Kira, pah!” ucap Syakira dengan hati tersayat.
‘Ya Tuhan, kalo yang ada di hadapan kami ini benar om Bayu. Apa mungkin di ruang jenazah itu tante Sasmita? Gimana dengan Syakira? Apa Syakira sanggup menerima kenyataan tante Sasmita tewas dalam keadaan mengenaskan? Wajah yang gak bisa lagi di kenali?’ batin Wili menatap iba Syakira.
Sementara Bayu yang dalam keadaan mata terpejam, gak bisa berkutik usai di beri obat oleh suster Desi. Jangankan untuk membuka matanya, menggerakkan tangan dan kakinya pun ia gak mampu. Sekedar menjawab perkataan Syakira ia gak bisa.
Meski jauh dalam lubuk hati Bayu, sangat ingin mengatakan kebenaran pada Syakira. Kebenaran atas apa yang menimpa dirinya dan Sasmita.
Bayu mencoba membuka ke dua matanya, meski hasilnya hanya nihil. Ke dua matanya terpejam erat, ‘Kira, tolong ke luarkan papa dari rumah sakit ini, Kira! Papa masih ingin hidup, Kira! Mereka orang jahat, Kira!’ jerit Bayu dengan tangan terkepal.
Suster yang menyadari kondisi Bayu, menajamkan pandangannya, ‘Dasar pak tua bodoh, sudah kritis, sudah di beri obat penghilang kesadaran, masih aja menyusahkan! Kenapa gak mati aja sih!! Harus nya kamu menyusul istri mu!’
Sreeek.
“Maaf mbak! Jangan seperti ini! Mbak bisa membuat pasien semakin menderita! Apa mbak gak lihat luka yang di derita korban! Itu sangat menyakitkan, mbak!” oceh suster Desi, saat berhasil menarik Syakira menjauh dari Bayu.
Brugh.
Wili menangkap tubuh Syakira dalam dekapannya.
“Sus! Jangan kasar dong!” sentak Wili dengan nada tinggi pada suster Desi.
Desi hendak berkelit, “Saya juga gak ingin berbuat kasar, mas! Cuma…”
Kreeek.
Pintu ruang UGD di buka dari luar. Dengan munculnya Ratna dan juga wanita muda berparas ayu, dengan jubah putih membalut tubuhnya. Yang gak lain dokter yang menangani Bayu.
“Siapa di antara kalian yang kerabat dari korban?” tanya Eli dengan sorot mata dingin.
Syakira menyapu air matanya, melangkah menghampiri dokter Eli.
“Saya, dok! Gimana dengan kondisi papa saya? Kenapa papa saya gak bergerak sama sekali?” cecar Syakira dengan tatapan menuntut.
Dokter Eli menelisik Syakira dari ujung kaki hingga ujung kepala, ‘Bocah ingusan seperti ini yang di inginkan Jims? Dasar pria tua! Seleranya jauh dari perkiraan ku! Menolak menikah hanya untuk menunggu bocah ingusan!’
“Dok! Papa saya masih bisa di selamatkan kan?” oceh Syakira lagi.
Dokter Eli melirik sekilas Bayu, sebelum akhirnya menatap Syakira dengan wajah datarnya.
“Pasien atas nama Bayu, 40 tahun. Korban kecelakaan yang mengalami patah pada ke dua kaki dan tangannya. Mengalami benturan keras pada bagian kepalanya. Banyak kehilangan darah. Maka sudah di pastikan, pasien harus menjalani serangkaian operasi, dan beberapa penanganan dengan serius!” terang dokter Eli panjang kali lebar.
Air mata Syakira bak hujan yang gak terbendung, ‘Ya Tuhan. Papa pasti merasakan sakit yang teramat! Sehatkan lah kembali papa ku!’
“Apa saat di larikan ke rumah sakit, kondisi om Bayu seperti itu, dok?” tanya Wili.
Dokter Eli mengerutkan keningnya, menatap datar Wili, “Apa kalian pikir, kondisi pasien semakin memburuk… usai mendapatkan penanganan di rumah sakit?”
“Bukan begitu maksud saya, dok!” sangkal Wili.
“Nona Syakira, harap tandatangani surat pernyataan, jika anda ingin orang tua anda yang tinggal satu satunya… mendapat penanganan. Karena operasi akan berjalan jika pihak rumah sakit sudah mendapat persetujuan dari pihak keluarga!” oceh dokter Eli to the poin.
Deg.
Hati Syakira begitu hancur, mendengar penuturan sang dokter, dengan tangan mengepal erat, ‘Orang tua ku satu satunya? Jadi mama, benar udah ninggalin aku?’
Wili menelan salivanya dengan sulit, ‘Buseeeh, sadis amat ini dokter! Pake bilang orang tua satu satunya!’
“Lakukan yang terbaik untuk papa saya, dok!” ucap Syakira dengan yakin.
Eli berseru pada Ratna, “Sus!”
Ratna yang mengerti akan seruan dari dokter Eli. Langsung mengajak Syakira untuk mengikutinya.
“Mari ikut saya, Nona!” ujar Ratna.
Tanpa di ajak, Wili memapah Syakira mengikuti suster Ratna ke luar dari ruang UGD.
“Biar aku temani kamu, Ra!” seru Wili dengan tulus.
Bersambung...