FAKE MARRIED

"Jangan pernah mencoba untuk memberitahukan masalah kita kepadanya. Tolong Dev. Ibu punya penyakit jantung, jangan sampai kau membuatnya collapse karena kau memberitahukan kebenaran tentang diriku. Ingat Dev, kita punya perjanjian pra nikah. Dimana kamu akan di kenakan denda dua kali lipat jika memutuskan kontrak pernikahan kita sebelum waktunya," bisik Rendy.

Ah sial!.

Cih, benar-benar lelaki tak berakhlak. Seharusnya ia meminta maaf dan meminta ku untuk memaafkannya bukan malah mengancam ku dengan surat perjanjian kami.

Aku benar-benar muak dengannya.

Belum hilang rasa kesal aku terhadap Mas Rendy tiba-tiba aku semakin kesal saat melihat dokter pribadi keluarga Abimana.

"Darius, Yang benar saja bagaimana bisa Darius menjadi seorang dokter bukankah dia seorang CEO?. Apa dia sedang menyamar agar bisa dekat dengan mas Rendy??"

Kenapa aku sangat membenci Darius hari itu.

Nyonya Rahayu tersenyum sumringah saat melihat kedatangan Darius. Ia berjalan menyambut kedatangan Darius dengan wajah ceria.

"Halo Sayang apa kabar?" sapanya kemudian memeluknya erat

Sepertinya ia benar-benar tidak tahu jika lelaki yang tengah dipeluknya adalah kekasih dari putra semata wayangnya.

"Alhamdulillah Tante aku baik-baik saja, Tante sendiri gimana?" jawab Darius balik bertanya

"Semenjak ayahmu mengambil alih pengobatan Tante, semuanya langsung membaik. Apalagi setelah aku mendapatkan seorang menantu yang sangat cantik, baik, dan pintar memasak seperti Devi. Ah ... rasanya aku seperti akan hidup 100 tahun lagi," tandas Nyonya Rahayu begitu bangga

Darius tersenyum simpul mendengarkan celoteh Nyonya Rahayu.

"Benar tante, Rendy sangat beruntung karena bisa menikahi seorang wanita yang cantik dan baik hati seperti Devi. Rasanya aku jadi iri sama dia," sahut Darius kemudian melirik kearah ku

"Ah bisa aja kamu sayang," jawab Nyonya Rahayu

Wanita itu kemudian menyuruhku untuk berbaring di kamar mas Rendy.

Kenapa harus di kamar mas Rendy, kenapa tidak di sini saja, toh tidak ada orang di sini jadi Darius bisa memeriksa ku di sini. Tapi aku tidak berani protes, bagaimanapun mamah sudah berusaha menunjukkan rasa peduli dan sayangnya padaku, jadi aku tidak mau membuatnya kecewa.

Sama seperti di rumah kami, kamar Mas Rendi begitu besar dan mewah. Aku hanya berdiri di sana tanpa berani duduk apalagi berbaring di ranjang miliknya.

Tidak lama Mas Rendy dan juga Darius memasuki ruangan. Keduanya tampak tersenyum menatapku.

Ah kenapa aku begitu muak melihat mereka berdua.

Mas Rendi duduk di sofa sementara Darius memaki stetoskopnya dan berjalan menghampiri ku.

"Berbaringlah," ucap Darius

"Tidak bisakah aku tetap berdiri seperti ini?" jawabku

"Ayolah Dev, jangan terlalu kaku. Ikuti saja kemauan Tante Rahayu kecewa dengan sikap mu ini!" serunya

Ia kemudian menggandeng lenganku dan menyuruhku untuk berbaring di ranjang empuk milik Mas Rendi.

Aku tidak ada pilihan selain mengikuti perintahnya.

Darius pun melakukan tugasnya, sapa seperti dokter-dokter lain pada umumnya. Ia mendeteksi denyut jantung ku dengan menggunakan stetoskopnya.

"Apa yang kamu rasakan Dev?" tanyanya dengan santai

"Aku kesal dengan kalian," jawabku seketika memancing gelak tawa Mas Rendi dan Darius.

Keduanya kompak menertawakan aku.

"Apa kamu cemburu karena aku lebih mencintai Darius daripada dirimu?" pertanyaan Mas Rendi seperti menelanjangi ku.

Ia terlihat seperti sedang meremehkan aku membuat darahku seketika mendidih.

"Harusnya kau sudah tahu jika kita memang menikah tanpa ada cinta, aku menikahi mu karena aku butuh bantuan mu dan kau pun tahu itu. Jika dari awal kau sudah tahu lalu kenapa sekarang kau marah padaku?"

*Deg

Kata-kata Mas Rendi memang ada benarnya dan seketika membuat ku tersadar jika kau tak boleh cemburu atau marah jika ia mencintai orang lain selain aku. Tapi apa aku salah jika aku cemburu, toh meskipun aku istri palsunya aku juga punya perasaan.

"Sudahlah sayang, jangan terus memojokkannya," terdengar suara Darius membela ku.

"Maafkan Rendy ya, dia memang selalu seperti itu, tapi sebenarnya dia baik dan sangat peduli denganmu,"

Aku hanya menunduk. Aku menahan sesak dalam dada yang nyaris membuat air mata ku runtuh membasahi wajahku.

Tidak lama Nyonya Rahayu memasuki kamar. Aku segera memalingkan wajah untuk mengusap air mataku.

"Gimana keadaan Devi?" tanyanya mendekati ku

"Dia hanya kecapean saja Tante, nanti aku berikan vitamin saja agar Devi bisa bugar lagi," jawab Darius

"Kecapean???" Nyonya Rahayu langsung melirik kearah Rendy

Tatapan begitu aneh. Ia berjalan mendekati Mas Rendi membuat ia terlihat begitu ketakutan. Ia meletakkan jari telunjuknya di kening mas Rendi.

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan pada Devi sehingga dia sampai kelelahan?" tanyanya dengan wajah kesal

"Aku tidak melakukan apa-apa mah, swear!" jawab Mas Rendi kemudian mengangkat tangannya.

"Hmm, sepertinya kamu terlalu bersemangat sayang, wajar sih, tapi kamu juga harus tahu kalau istrimu itu wanita karier, jadi kamu jangan terlalu sering memintanya melayani mu,"

"Ups,"

Ku lihat Darius menahan tawa saat mendengar ucapan Nyonya Rahayu. Sedangkan Mas Rendi terlihat begitu menyesal dan meminta maaf kepada ibunya itu.

Aku merasa aku benar-benar seperti mainan. Tapi semua ini salahku, kenapa juga aku harus menerima saat mas Rendi memintaku menjadi istri pura-puranya. Jadi inilah konsekuensi yang harus aku terima. Aku tidak boleh sakit hati saat melihat suamiku dekat dengan orang lain atau mempunyai seorang kekasih.

Aku terhenyak saat Nyonya Rahayu tiba-tiba berada di samping ku dan mengusap punggung ku.

"Ya sudah kalau begitu kamu harus banyak istirahat ya sayang, jangan melakukan pekerjaan berat, nanti biar mamah kirim asisten rumah tangga untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumahmu,"

Aku hanya mengangguk, aku tak berani menjawab karena aku tak mau ibu mendengar suara gusar ku.

"Gak usah mah, mamah tahu kan aku paling gak suka kalau ada orang asing masuk ke rumah ku. Kalau cuma melakukan pekerjaan rumah aku bisa melakukannya. Jadi mamah gak usah repot-repot mengirim seorang ART ke rumah kami," ucap Rendi

"Tapi...."

"Rendy janji tidak akan membuat Dev kecapean lagi!" seru mas Rendi kemudian memelukku

"Benarkan sayang?" imbuhnya sambil mengecup kening ku

Aku hanya mengangguk.

"Ok, nanti aku lihat. Jika terjadi lagi hal seperti ini maka mau tidak mau mamah harus melakukan tindakan,"

"Ok siap mamah," jawab Rendi

Wanita itu kemudian meminta ku untuk beristirahat dan pergi meninggalkan kami.

Mas Rendi segera melepaskan pelukannya dan berlari menyusul Darius yang meninggalkan kamar bersama mamah.

Ku rebahkan tubuhku diatas ranjang empuk itu sambil menatap langit-langit kamar.

Mulai hari ini aku harus mengubur dalam-dalam perasaan ku terhadap mas Rendi. Sepertinya mustahil mengharapkan mas Rendi jatuh cinta pada ku seperti dalam kisah novel.