Wajah tampan, cool, pintar juga merupakan ketua klub basket Fakultas, itulah Barra. Tak heran jika dirinya menjadi cowok idola di kampusnya. Namun semenjak duduk di bangku kuliah hingga sekarang semester 5 dirinya tak pernah menjalin hubungan serius dengan cewe manapun. Meski selalu saja ada cewe yg berusaha menempel padanya tapi tak pernah ada yg menjadi pacarnya.
Hingga seorang mahasiswi baru membuat dirinya penasaran pada pertemuan pertama mereka. Karena satu dan lain hal mereka pun menjadi dekat.
Akankah Barra jatuh cinta padanya? Mungkinkah mereka berjodoh?
Yuk ikutin kisahnya.. cerita ringan dengan konflik santai. Pokoknya lebih banyak yg manis-manisnya soalnya author ga terlalu suka kesedihan. Hehe..
Biar tambah seru baca juga kisah sebelumnya di karya “Jodohnya Caca.”
Update setiap hari Senin, Kamis
Selamat membaca…💙
Disarankan bijak dalam membaca karena banyak yg sinopsisnya hampir sama tapi isinya berbeda ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Belas
Prittt…
Peluit tanda pertandingan dimulai pun ditiupkan. Caca tak beranjak dari posisinya, dia lebih memilih berdiam diri di tengah lapang. Dia malas karena harus bermain bersama Siska dalam satu tim yg sama.
“Kenapa sih Dafin pake nyatuin gw bareng Siska!” gerutu Caca dalam hatinya.
Elzi yg melihat Caca bengong di tengah lapang menghampirinya.
“Lu backing gw aja Ca.. Daripada bengong, diem aja juga ntar disalahin.. Operan bola bareng gw aja..”
“Siap.. siap..” Caca menjawab dengan malas, lain di mulut lain di hati.
Berbeda dengan Siska yg mulai menerima keberadaan Caca, karena dirinya ingin mengambil hati Evan. Selain juga takut sama Barra, dirinya sudah berjanji kepada Evan untuk tidak menyakiti Caca lagi.
Siska kini mengoper bola pada Caca, walau sedikit malas namun Caca bisa dengan sigap menangkapnya. Mau tak mau Caca pun melangkah menuju ring lawan. Disana sudah ada Elzi yg bersiap jikalau Caca mengoper bola.
Sebenarnya jika Caca masukkan langsung bola basket ke dalam ring pun bisa. Namun Caca lebih senang berbagi dengan teman satu timnya, karena itu dia mengoper bolanya pada Elzi.
Dan tentu saja Elzi langsung memasukkannya dengan mudah karena memang dia dalam posisi sendirian. Begitulah Caca dalam bermain basket tak pernah mau terlihat jago walau sebenarnya dia bisa.
Tak heran dari SMP banyak cowo yg mengaguminya, selain jago bermain basket, pintar di kelas, cantik dan rendah hati. Poin terakhir yg terpenting karena sifat yg jarang ditemukan.
Skor basket kini dipimpin oleh timnya Siska. Pertandingan istirahat sementara 10 menit, semua menuju ke pinggir lapangan. Ada yg sekedar beristirahat duduk selonjoran ada pula yg mengambil minum.
Kini Evan yg menyodorkan minum untuk Caca, namun segelas kopi mocacino dingin kesukaannya. Melihat hal itu lantas Barra bergegas menuju Caca sambil membawa air mineral yg sudah dibukanya. Saat akan meminum es mocacinonya, Barra datang dan langsung mengambilnya dari tangan Caca.
“Jangan minum kopi, ga baik buat kesehatan. Minum ini..” Barra menyodorkan botol yg dibawanya sambil meminum es mocacino yg diberi Evan.
Evan yg masih berdiri disamping Caca hanya bisa melongo melihat sikap Barra yg kini cukup terang benderang mendekati Caca. Begitu pun dengan orang-orang yg melihatnya seketika membicarakan mereka.
Dafin menggelengkan kepalanya, Barra kali ini bener-bener nekad sudah tak peduli lagi dengan pandangan orang ataupun Monica. Sudah pasti ini bakal jadi viral dan sampai ke telinga Monica.
Untung mood Caca sedang kesal sehingga diperhatikan seperti itu oleh kedua cowo idola kampus dirinya merasa biasa saja. Coba kalo Caca sedang normal mungkin dia akan merasa canggung dan tak enak hati kepada keduanya.
“Thank’s yaa.. kopinya enak!” sahut Barra sambil menepuk pundak Evan.
Evan masih melongo tak percaya dengan kelakuan Barra saat ini. Dirinya tak menyangka kedekatan Caca dan Barra bisa sampai seakrab itu. Padahal hanya 2minggu Caca jauh darinya.
“Ntar pulang bareng gw!” Barra kembali menatap Caca yg pura-pura acuh. “Ca..!” lanjutnya.
“Hmm..” Caca masih menenggak air mineralnya. “Lu ngomong sama gw?” ketus Caca.
“Emang sama sapa lagi?” sewot Barra.
“Oh… kirain sama dia!” sahut Caca datar sambil mengangkat dagunya mengarah ke Evan, Barra langsung memutar bola matanya. “Nih!” lanjut Caca sambil memberikan botol air mineral yg tinggal setengahnya pada Barra.
Elzi yg melihat itu semua mengulum senyum. Bisa-bisanya si Caca disamperin 2 mahluk idola kampus tapi lempeng gtuh. Ga sadar apa cewe-cewe udah pada iri dan bergosip tentang dirinya.
“Ayoo Zi!” Caca mengajak Elzi kembali ke tengah lapang. Elzi pun mengikutinya dengan wajah tersenyum smirk pada Caca.
“Ciee.. cieee… akhirnya kesialan lu hari ini terbalaskan yaa Ca.. Sekarang bagian senengnya, disamperin cowo-cowo kece..!”
“Biasa ajah!” jawab Caca datar.
“Jadi pusat perhatian lho, ga sadar yaa?”
“Ngga!”
“Hmm… siap-siap aja gosip menyebar..”
“Sial lagi dong gw! Mana bisa disebut seneng sih yg kaya bgtu. Aneh aja lu Zi!”
Elzi pun menertawakan pelan tingkah temannya yg satu ini. Emang dasar bocil kaga ada GR GR nya segitu dideketin cowo idola kampus, dua sekaligus lagi!
Permainan kembali dimulai, kini waktu tersisa 5 menit dan tim yg diketuai Siska masih memimpin. Itu juga berarti tim Caca dan Elzi yg memenangkan pertandingan. Skor yg dicetak pun selisihnya cukup banyak.
Ternyata Caca dan Siska bisa juga bermain dalam satu tim. Sepertinya Dafin sudah bisa menentukan siapa saja tim inti basket putri yg akan melaju ke pertandingan universitas nanti.
Caca yg sudah basah oleh keringat merebahkan tubuhnya dipinggir lapang. Cukup melelahkan baginya karena ini pertama dia berolahraga lagi. Kembali Barra menghampiri sambil membawa handuk di tangannya.
Melihat Barra yg kini ada disisinya, Caca pun bangun dan duduk menselonjorkan kakinya.
“Lap nih keringetnya, jangan sampai ntar helm gw basah lagi!”
Kini Caca yg memutar bola matanya.
“Ga usah bareng klo gtuh..” sinis Caca.
Barra tak berkata lagi hanya memelototi Caca yg langsung mencebikkan bibirnya. Ada perasaan hangat di hati Barra, dia pun tersenyum tipis hampir tak terlihat. Dia senang karena Caca sedikit demi sedikit sudah mau menurutinya.
Sekarang di lapangan tengah bertanding tim cowo, kali ini Evan, Dustin dan Dodo menjadi satu tim melawan para senior. Dafin pun ikut bertanding sementara Barra siap menilai kemampuan anggota barunya di pinggir lapang.
Barra memilih duduk disisi Caca menemaninya yg sedang berisitirahat. Dia tampak serius memperhatikan anggota basketnya yg kini sedang bertanding di lapangan.
Caca mengedarkan pandangannya dan berhenti saat matanya menatap Barra dari arah samping. Dirinya baru sadar sedari tadi Barra ada disana menemaninya.
Hatinya kini berdesir, ada percikan bahagia disana namun tak lepas jua dari rasa takut. Wajah tampan Barra mampu menyihir kerasnya hati Caca yg kini mulai melembek, melupakan ultimatum eyang juga tentang Monica.
Nyaman itu membuatnya melupakan ketakutannya menjadi seorang pelakor. Dia betah berlama-lama di dekat Barra walau orang-orang yg ada disana sudah pasti membicarakannya.
Pandangan Caca kini penuh dengan wajah Barra yg dingin karena begitu serius menyaksikan pertandingan sengit di lapangan. Namun ketampanannya tak bisa diabaikan, sangat menyejukkan mata Caca.
Lelah hari ini pun sedikit terbayar dengan pemandangan indah yg tersaji di depannya kini. Membuat dia lupa akan teman-temannya geng geje yg sedang bertanding melawan para senior yaitu Dafin dan kawan-kawannya.
Apa ini yg namanya jatuh cinta hingga abai akan semua hal.. Atau mungkin karena lelah, sudah tak punya tenaga lagi untuk berpikir yg lain sehingga hanya ada dia sekarang dalam hati dan pikiran?
Ah… entahlah..!
...****************...
Readersss bantu Caca nemuin jawabannya yuks! Buat yg belum paham banget ceritanya sebaiknya baca dulu “Jodohnya Caca” biar ga membingungkan…🙏🏻
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa..
like, komen, subscribe, boleh banget ih vote dan bintangnya…🤗
Terimakasih….💙
Thankyuuu💙
btw aku juga punya karya Thor kalau boleh mampir ya Thor kita saling mendukung kiw kiw 😘😘