NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Alergi

Sambil terengah-engah, Syahla menarik paksa Ustadz Amar masuk ke dalam mobil.

"Kenapa sih?" Ustadz Amar merasa heran. "Seperti dikejar-kejar setan saja,"

"Ini jauh lebih mengerikan daripada setan," Syahla tampak menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka. Setelah dirasa aman, ia menghembuskan napas lega.

"Om Suami ngapain sih jemput saya di depan Fakultas segala? Kalau kelihatan orang lain bagaimana?"

"Loh? Apa masalahnya kalau dilihat orang lain? Kita kan tinggal bilang kalau kita sudah menikah,"

"Justru itu masalahnya!" tukas Syahla gregetan. "Jangan sampai mereka tahu kalau kita suami istri,"

Ustadz Amar menggelengkan kepala tidak mengerti. "Kenapa begitu?"

Syahla menarik napas dalam-dalam. "Om Suami, denger ya. Kita kan sekarang sedang kerja dan belajar di satu universitas yang sama. Otomatis hubungan kita di kampus itu adalah dosen dan mahasiswi. Nggak etis dong, kalau ada seorang dosen yang menikah sama mahasiswinya sendiri?"

Ustadz Amar menganggukkan kepalanya. "Oke, saya paham. Mungkin orang-orang bisa berpikir demikian kalau saya dan kamu bertemu dalam jurusan yang sama, atau paling tidak, saya mengajar di kelas kamu dan itu berpengaruh dengan nilai-nilai kamu. Masalahnya, saya kan ada di Fakultas MIPA, dan kamu di Sastra. Jadi, seharusnya tidak masalah."

"Tapi, memangnya Om Suami nggak risih jadi bahan gosip setiap hari? Nanti setiap saya atau sampeyan lewat, mereka pasti berbisik-bisik di belakang kita."

"Kenapa kamu khawatir sekali dengan pendapat orang lain?" Ustadz Amar menoleh ke arah istri kecilnya yang bersungut-sungut.

Syahla ganti menatap tajam suaminya. "Memang sampeyan tidak?"

"Tidak kok," Ustadz Amar menghidupkan mesin mobilnya. "Saya tidak masalah dengan itu. Saya dari dulu sudah terbiasa dibicarakan dari belakang, terutama dari para santri yang sering kena hukuman."

Pandangan Ustadz Amar tampak menyindir Syahla, yang membuat gadis itu mendengus dongkol.

"Kita mau kemana sih, ini? Saya masih mau ngerjain tugas di perpus," ujar Syahla mulai bete.

"Makan. Tadi pagi belum sempat sarapan kan?"

"Nggak lapar," Syahla merasa gengsi, padahal perutnya sudah keroncongan dari tadi. Masuk kelas pagi yang diajar oleh seorang guru killer tentu menguras otak dan membuat perut lapar.

Ustadz Amar hanya tersenyum. Ia kemudian melajukan mobilnya menuju sebuah restoran seafood.

...----------------...

"Mau udang asam manis, udang goreng, sama udang bakar madunya satu." Syahla menunjukkan buku menu pada pelayan yang mencatat pesannya. Dia sama sekali lupa kalau tadi sudah mengaku 'nggak lapar' pada suaminya.

Ustadz Amar hanya bisa menahan tawanya. Perkataan Gus Sahil benar. Kalau Syahla marah, cara membujuknya cuma satu. Bawa saja ke restoran seafood dan berikan udang yang banyak. Ustadz Amar menerapkan cara itu dan ternyata efeknya benar-benar jitu.

"Baik, ada lagi?" Mbak pelayan ganti mengalihkan pandangan pada Ustadz Amar.

"Oh, saya pilih gurame bakar saja," jawab Ustadz Amar. "Untuk minumannya es jeruk ya."

"Baik. Silahkan ditunggu," Pelayan itu kemudian berlalu pergi untuk menyiapkan pesanan.

Mata Syahla terlihat berbinar-binar. Tidak sabar menunggu pesanannya datang.

Lima belas menit kemudian, makanan mereka sudah tersaji di atas meja. Syahla langsung melahap satu persatu makanannya, kemudian menghela napas senang karena rasa udang yang menyapa lidahnya.

"Om Suami nggak mau coba udang goreng? Ini enak loh. Apalagi udang asam manisnya, beuhh! Cobain deh! Rugi tahu nggak makan udang seenak ini!"

"Tidak usah Syahla, terimakasih. Sebenarnya saya nggak bisa makan udang karena—heup!" Tanpa menunggu Ustadz Amar menyelesaikan perkataannya, Syahla langsung menyuapkan satu udang goreng ke mulut suaminya.

"Enak kan?" Tanya Syahla dengan raut tidak berdosa.

Terpaksa, Ustadz Amar menelan suapan Syahla. Beberapa saat kemudian, rasa gatal mulai menguasai tubuhnya.

"Loh, Om Suami, kenapa matanya bengkak begitu?" Syahla mulai menyadari perubahan pada wajah Ustadz Amar. Kelopak mata, hidung dan bibir Ustadz Amar terlihat membengkak seperti disengat tawon.

"Saya alergi udang, Syahla." Ustadz Amar menjawab sembari kedua tangannya sibuk menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang gatal.

"Yaampun! Kenapa nggak bilang dari tadi, sih?"

"Saya sudah mau bilang, tapi kamu malah menyuapi saya!"

"Aduh, aduh, gimana dong?" Syahla panik, buru-buru menghampiri Ustadz Amar. "Ayo cepetan ke rumah sakit!"

"Memangnya kamu bisa menyetir mobil saya?"

Syahla menggaruk-garuk tengkuknya bingung. "Nggak bisa."

Ustadz Amar menghela napas berat. "Yasudah, biar saya yang nyetir."

"Eh, memangnya nggak papa? Om Suami masih kuat?"

Tentu saja tidak. Karena ketika beranjak dari duduknya, kepala Ustadz Amar mulai pusing dan napasnya sesak.

"Saya panggil ojol saja deh!" ucap Syahla kemudian. Ia segera membuka handphonenya dan memesan dari aplikasi ojek online.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil datang. Dengan dibantu beberapa pelayan restoran, Syahla memasukkan Ustadz Amar ke dalam mobil dan melaju cepat ke rumah sakit.

Untunglah, dokter bertindak cepat. Ustadz Amar hanya disuruh istirahat sebentar sampai alerginya membaik.

"Lain kali, jangan pernah makan udang lagi. Mungkin sekarang hanya gatal-gatal dan bengkak saja. Tapi, untuk kasus yang lebih parah, bisa terjadi pembengkakan jantung dan saluran pernapasan. Sebisa mungkin, pihak keluarga menjaga juga pola makan pasien. Oh ya, adek ini siapanya pasien ya?"

Syahla gelagapan mendengar pertanyaan dari dokter. "Ee.. saya.."

"Adik saya dok," Ustadz Amar yang menjawab. "Saya sudah boleh pulang kan? Saya masih ada kelas setelah ini,"

Syahla benar-benar terkejut dengan jawaban Ustadz Amar. Tidak menyangka lelaki itu akan memperkenalkannya sebagai adik, bukan sebagai istri.

Sembari mengikuti Ustadz Amar di belakang, Syahla menggigit bibirnya ragu-ragu. Ada rasa bersalah dan tidak enak hati karena sudah membohongi dokter itu, meskipun sebenarnya Ustadz Amar lah yang berbohong.

"Kok, Om Suami bohong sih sama dokter tadi?" tanya Syahla saat mereka menunggu ojol di depan rumah sakit.

Ustadz Amar melihat Syahla dengan tatapan heran. "Bukannya kamu sendiri yang mau menutupi hubungan kita?"

"Iya sih.." Syahla memainkan jari jemarinya. "Tapi saya nggak nyangka saja kalau seorang Ustadz Amar bisa berbohong,"

"Saya melakukan ini karena sepertinya kamu belum mau mengakui saya sebagai suami," Ustadz Amar memandang ke jalan raya saat berbicara. "Mungkin saya masih punya banyak kekurangan yang membuat kamu enggan mengakui saya. Tapi, saya akan berusaha yang terbaik untuk menjadi seorang suami yang akan kamu banggakan ke semua orang."

Ustadz Amar menatap Syahla dalam-dalam. "Selama itu, tolong jangan tinggalkan saya, dan tetap berada di sisi saya sampai kapanpun."

Syahla termenung. Selama menjadi istri Ustadz Amar, ia belum pernah mendengar perkataan seserius ini dari suaminya.

"Ustadz, saya—"

"Mobilnya sudah datang, ayo masuk. Katanya kamu masih mau ngerjain tugas," Ustadz Amar seperti sengaja mengalihkan pembicaraan, segera masuk ke dalam mobil yang dipesan Syahla. Syahla juga tidak berkata apa-apa lagi, ia mengikuti suaminya masuk ke dalam mobil.

Di sepanjang perjalanan pun, Ustadz Amar tidak banyak berbicara. Dan entah kenapa, sebuah perasaan aneh menyergap Syahla, membuatnya merasa bersalah.

1
Samih Nurmala
kiraiin qobiltu nikaha hahahahaha
Sri Astuty
met sore. novel sangat bagus
Fitri Riyani
Luar biasa
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
Emai
JD penasaran. suami syahla kerjanya apa si. bisa berangkat ke Amrik. butuh beli tiket, biaya syahla, beli tiket untuk ipar nya dan banyak lagi. dia dlu dosen tapi kan udah resign masa iya masih minta sama orang tua???
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kak
total 1 replies
yulianti 1707
maaff... ko manggil suaminya 'sampeyan' ya ?
apalagi suaminya lebih tua
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Siti Aminah
Luar biasa
Inara Cantik
aku jijik.. eneg baca chafter ini.... bukannya saling menguatkan suami istri malah nambah masalah baru... sharla.. loe bener bener... super duper oneng... masalah itu timbul krn ulah kekanakan mu sendiri...
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Ilda Yunita
Luar biasa
Inara Cantik
wkwkwk... kalo seneng dg sesuatu apapun dilakukan.... lanjut tadz
Vitamincyu
👍👍👍
Umy Dila
Buruk
Umy Dila
Biasa
Ririndiyani
kenapa pake dek Lala dek Lala segala jd baca kurang enak
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Ta..h
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!