NovelToon NovelToon
Tirani Ibu Mertua

Tirani Ibu Mertua

Status: tamat
Genre:Angst / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Tamat
Popularitas:29.7k
Nilai: 5
Nama Author: dee Irma

Ketika cinta tak cukup untuk membangun sebuah rumah tangga.
Sang ibu mertua yang selalu merongrong kebahagiaan yang diimpikan oleh Bima dan Niken.

Mampukah Bima dan Niken mempertahankan rumah tangga mereka, yang telah diprediksi oleh sang ibu yang mengatakan pernikahan mereka tak akan bertahan lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dee Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelahiran

"Niken, nanti malam datang ke rumah ya. Kita makan malam sama sama. Sudah hampir tiga bulan, kalian tidak mampir ke rumah." Pak Widodo berdiri di depan Niken yang sibuk memasukkan laporan keuangan pabrik.

"Oh, iya, Pak. Nanti saya sampaikan sama Mas Bima." Sahut Niken.

"Bapak tunggu kedatangan kalian di rumah nanti." Ucap Pak Widodo sambil tersenyum.

"Baik, Pak." Niken membalas senyuman ayah mertuanya itu.

"Bagaimana kandunganmu?"

Pak Widodo menatap perut Niken yang kian membesar.

"Baik, Pak. Mungkin bulan depan saya akan mengajukan cuti, menjelang hari lahiran bayi saya."

"Tidak perlu surat formalitas. Bapak pasti akan mengijinkan kamu. Nanti kamu limpahkan saja beberapa pekerjaan pada Seruni atau pada Mas Pur."

"Baik, Pak. Tapi, apa tidak sebaiknya, menambah karyawan lagi untuk bagian administrasi, Pak. Supaya meringankan pekerjaan Seruni, dan Bapak juga."

Pak Widodo manggut-manggut, memikirkan saran yang dilontarkan oleh Niken.

"Akan Bapak pertimbangkan. Terima kasih."

"Sama sama, Pak."

Pak Widodo meninggalkan Niken yang kembali menekuni laporan keuangannya.

Niken melirik menatap punggung bapak mertuanya sambil menghela napas.

"Mas Bima, pasti akan menolak mentah-mentah lagi undangan Bapak untuk makan di rumah." Gumam Niken sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan.

Menjelang jam pulang. Niken merapikan meja kerjanya. Mengembalikan map binder pada rak penyimpanan file. Lalu memeriksa dan mengirimkan beberapa file laporan pada email Seruni dan Pak Widodo. Setelah itu mematikan layar komputer, dan merapikan kembali meja kerjanya.

"Tumben, tepat waktu." Tegur Bima saat melihat Niken muncul dari arah dalam pabrik.

"Kamu nggak mau masuk?" Tanya Niken.

"Buat apa?"

"Kamu nggak mau ketemu Bapak?" Tanya Niken.

"Ayo lah, Mas. Temui Bapak sebentar. Sudah lama kamu tidak bertemu, bahkan tak mengobrol dengan Bapak dan Ibu."

Imbuh Niken sambil menarik lembut lengan Bima dan menggamit pada lengan Bima.

Tatapan mata Niken seakan meminta belas kasihan. Sambil mengerjapkan matanya, membuat Bima luluh.

"Baiklah, aku akan ke dalam. Tapi ingat, sebentar saja." Bima luluh dengan rayuan istrinya kali ini.

Niken membimbing Bima masuk ke ruangan Pak Widodo.

"Eh, Mas Bim. Sombong ya, nggak pernah maen lagi ke rumah. Atau ngabarin aku. Anter jemput Mbak Niken saja nunggunya di luar banget." Sambut Seruni dengan sindiran pada kakak sulungnya itu.

Pak Widodo, tersenyum dan berdiri menghampiri Bima.

"Apa kabarmu?" Pak Widodo menyambut Bima dengan pelukan hangat.

Bima merindukan pelukan itu. Dia membalas pelukan bapaknya dengan erat.

"Baik, Pak. Bapak bagaimana?"

"Bapak seperti yang kamu lihat. Masih sama. Sama sibuknya dengan pabrik."

"Wah, sepertinya pabrik makin maju saja, Pak." Puji Bima sambil menatap sekeliling ruangan bapaknya itu.

"Berkat ide cemerlang Niken dan ditambah dengan seruni."

"Runi, cepat belajarnya. Jadi aku sangat terbantu sekali. Apalagi kandunganku kian membesar seperti saat ini. Seruni bisa menggantikan aku sementara." Puji Niken sambil menoleh dan tersenyum pada Seruni.

"Mbak Niken sabar banget ngajarin aku."

"Halah, kamu tuh merendah saja. Lha kamu yang terlalu pintar, jadi cepat nangkepnya."

Keduanya tertawa bersama.

"Bima, nanti malam , datang ke rumah, ya!" Pinta Pak Widodo.

"Untuk apa? Bapak, kan belum ulang tahun bulan ini." Sahut Bima.

"Apa Bapak tidak boleh mengundang anak anakku untuk datang makan bersama dengan keluarga." Protes Pak Widodo.

Bima tersenyum simpul.

"Tapi, mengapa ibu tidak bisa bersikap seperti Bapak?!" Bima menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah, Bim. Begitulah ibumu. Bagaimana pun, dia tetap ibumu. Nanti datang, ya! Bapak akan beli makanan kesukaanmu." Rayu Pak Widodo, sambil menepuk bahu putranya.

"Lah, kalo Mas Bima dapat makanan kesukaannya, aku gimana, Pak?" Celoteh Seruni.

"Kamu ngikut saja." Sahut Pak Widodo sambil terkekeh geli.

"Nggak adil!" Seruni pura pura ngambek.

Pak Widodo mendekati putrinya, lalu mengacak-acak rambutnya.

"Ah, Bapak! Jadi berantakan, kan!" Seruni memprotes perlakuan ayahnya itu.

*

Menjelang pukul tujuh malam, Bima dan Niken menuju ke rumah keluarga Widodo, orang tua Bima. Bima memarkirkan motornya di halaman rumah.

"Jika Ibu sampai ngomong yang nyakitin kamu, dan kita. Aku akan langsung membawamu pergi dari rumah ini."

Ucap Bima sambil menoleh ke arah Niken.

Niken tersenyum, sambil menggenggam tangan suaminya.

"Assalamualaikum..!" Sapa Bima dan Niken dari depan pintu rumah.

"Wallaikumsalam.." Seruni berlari kecil membukakan pintu.

"Mas Bima, Mbak Niken!"

Seruni memeluk Niken, lalu menarik tangannya untuk masuk.

Mereka melewati ruang tamu yang terlihat rapi. Tak ada perubahan setelah mereka pergi dari rumah ini.

"Ayo langsung duduk sini!" Ajak Pak Widodo.

"Hai Wa." Bima menyapa Dewa, adiknya yang sudah duduk di kursi makan saat mereka datang.

Ibu menaruh semangkuk besar sayur asam di meja makan.

Niken membantu menata meja makan saat Bu Mirna menaruh setiap makanan yang sudah matang, ya g diambilnya dari arah dapur.

Tak ada suara omelan atau rancauan dengan ucapan pedas dan sindiran dari mulut Bu Mirna saat itu.

Dia hanya diam sambil melakukan tugasnya dengan tenang.

Bahkan, di saat mereka makan bersama pun Bu Mirna tampak tenang dan lebih pendiam.

"Ibu sakit?" Tanya Bima sambil menatap ibunya itu.

"Tidak." Bu Mirna menggelengkan kepalanya.

"Ini sudah semua, biar Ibu bawa ke belakang." Ucap Bu Mirna.

"Sudah, Bu. Biar Niken saja."

Niken dengan sigap membantu Bu Mirna membawa piring kotor menuju tempat cuci piring dan mencuci piring piring kotor itu.

Setelah selesai, Niken mengeringkan tangannya dengan lap. Terlihat Bu Mirna menuju ke arah dapur.

"Kamu harus tau diri! Menjauh lah dari keluargaku dan tinggalkan Bima. Kamu adalah wanita pembawa sial!" Rutuk Bu Mirna dengan suara penuh penekanan pada Niken.

Seketika Niken terkejut. Tubuhnya sedikit oleng, dan dia berusaha mencari pegangan.

"Apa maksud, Ibu?"

Bu Mirna menatap tajam ke arah Niken.

"Semoga saja, anakmu nanti tidak membawa sial seperti dirimu. Gara gara kamu, bisnis keluarga kami harus memulai lagi dari bawah. Kamu membawa pengaruh buruk bagi Bima." Semua Bu Mirna sambil terus menatap Niken. Tatapannya bagai menghujam jantung Niken saat itu.

Perasaan Niken menjadi ciut saat menghadapi Bu Mirna sendirian. Dia merasa tak ada sedikit pun rasa untuk dapat menerima kehadiran dirinya dalam keluarga Bima.

PLUK!

Tiba tiba sesuatu seakan keluar dari milik Niken. Dan air mulai mengalir dari sela pahanya.

"Astaga!" Teriak Bu Mirna, membuat keluarga yang lain datang mendekati.

"Niken?" Bima mendekati istrinya.

"Mas, aku nggak bisa bergerak. Sepertinya ketubanku pecah dan perutku terasa sangat sakit."

Tak perlu lama lagi, Bima membantu istrinya berjalan menuju ke luar dan akan membawanya ke rumah sakit.

"Bima, bawa mobil Bapak saja!" Instruksi Pak Widodo.

Bima mengangguk setuju, lalu dia membantu Niken untuk masuk dalam mobil bapaknya itu.

"Mas, aku ikut!" Teriak Seruni sambil mengenakan jaketnya.

Setelah itu mereka pergi menggunakan mobil menuju rumah sakit.

*

Terdengar suara bayi menangis. Bima tak henti-hentinya mengucap puji syukur pada Tuhan saat melihat sendiri bayinya. Seorang bayi perempuan yang cantik dan masih merah.

Usai melantunkan doa untuk kelahiran putrinya, Bima mencium kening Niken dengan rasa haru bercampur bahagia.

Sementara bayi mungil itu tengah tenang dan lahap menyusu di dada ibunya.

1
Sulaiman Efendy
RASAIIN LO BIMA,, NAMA BIMA, KLAKUAN KAYAK DURYODANA...
dee Irma
Mohon maaf, update akan diusahakan secepatnya ya para reader tercinta...
Tenang saja, nggak akan gantung kok, pasti terus berlanjut. 😘😘
and.ochre
Kok ya aku digantung sih…? Lanjut ga thor?! Lanjut ya? Haha
Grace Shower
cepat up tor di tunggu tiap hari nie
ForGoodluck
Duhhh kemana aja aku nih! Seseru ini ceritanya~
TripleAdorable
Kelanjutan cerita author itu kayak hujan ditengah kemarau thor.. alias ditunggu-tunggu!
Garden Rose
wahh kakak author .ini novel keren aku suka. ya meskipun belum selesai aku baca nya . tapi asli keren . nyesel dah pokoknya kalau udah baca gak diselesaiin. semangat ya kak😊😊
Entin Wartini
sdh ada tanda2 akan segera terbuka peeselingkuhan bima
Pai Konyol
Lanjutannya yang banyak yang thor hahaha *banyak nawarnya
monsoonblooms
Ngegantung lagi aja.. dan kenapa pula gantung pas bagian yang seru huaaa gasabar banget deh aku jadinya
girl gang goodies
Thor, kalau capek, istirahat dulu, minum dulu, besok kita lanjut lagi ya :) Aku selalu nunggu author kok!
Widya Pertiwi
Author lagi semangat ngapain nih? Kalau aku sih lagi semangat baca karya2 author dan nunggu kelanjutannya
BeijingBand
Ayok thor mana nih kelanjutannya?
alchemyworks
Bang! Hayati gak bisa tidur nih gegara othor gantungin ceritanya :(
junemoment
Aku galau karenamu Thor! Mana lanjutannya Thor huhuhu
Badai Putih
aaa thanks Thor ma bonus nya makin sayang author deh😘
TickleStar
Yang punya daya tarik bukan magnet aja. Tapi karya author juga, lho! Hahaha.. semangat lanjut kak!
floufrouu
Yo ayo thor! aku selalu mendukungmu dalam doa hehehe
salt sand and smoothies
ayo author semangat terus buat bikin cerita ini lagi ya.aq tunggu.muachhhh😘😘
TickleStar
seru banget novelnya, semangat terus buat author, ku tunggu karya indahnya☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!