Alenata yang berstatus anak tiri, terpaksa dijual oleh kakak tirinya. Sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal, Alenata hanya tinggal bersama kakak tiri laki-laki dan ibu tiri.
Demi keuntungan, ibu tiri dan kakak tirinya rela menjual Alenata kepada lelaki kejam yang sudah beristri.
Akankah Alenata mendapatkan kebahagiaannya? atau hidupnya akan selalu menderita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan
Pagi harinya, Alena sudah disibukkan dengan tugasnya untuk merawat ibunya Devan.
"Kamu siapa! Hei! kamu jangan berani-beraninya mendekatiku, pergi! aku bilang." Bentak ibunya Devan sambil menatap tajam pada Alena, juga sambil nunjuk dengan jari tulunjuknya.
"Nyonya tenang saja, saya tidak akan melukai Nyonya. Perkenalkan, saya Alena, A-le-na." Jawab Alena dengan hati-hati, juga dengan suaranya yang lembut.
Dengan langkah kakinya, Alena berjalan mendekati bunya Devan, yakni nyonya Erlina.
"Nama yang jelek, mau ngapain kamu masuk ke kamarku. Cuih!" ucapnya dan juga tengah meludah pada Alena.
"Ya Nyonya, nama saya memang jelek. Tapi gak apa-apa, asalkan saya diberi kesempatan untuk merawat Nyonya." Jawab Alena berusaha untuk sabar, sekalipun diludahi.
'Andai saja ibuku masih hidup, aku akan merawatnya dengan baik.' Batinnya sambil mendekati ibunya Devan.
"Pergi dari kamarku, aku tidak sudi bertemu orang seperti mu."
"Nyonya jangan takut, saya bukan orang jahat. Saya orang yang dipilih anaknya Nyonya untuk merawat Nyonya." Jawab Alena sebaik mungkin, agar ucapannya tidak membuat marah sama ibunya Devan.
"Devan!" teriaknya sambil memanggil putranya dengan lantang.
BRAK!
"Aw!" teriak Alena yang terbentur pada dinding hingga punggungnya merasakan sakit.
"Mama kenapa? mana yang sakit, mana?"
"Itu, perempuan itu yang mau jahatin Mama. Dia mau merebut Papa dari Mama, dia juga yang sudah membunuh Papa. Penjarakan dia, usir dia dari rumah ini." Jawab ibunya sambil menunjuk nunjuk Alena dengan raut wajah penuh kebencian.
'Mimpi apakah semalam, tega sekali dia mendorongku. Enggak anak, enggak emaknya sama aja.' Batin Alena sambil meringis kesakitan.
Devan langsung melirik ke arah Alena.
"Dia bukan perempuan yang akan merebut Papa, dia juga bukan yang membunuh Papa, dia perempuan yang bisa Mama perintah. Perempuan itu yang akan merawat Mama, juga memenuhi kebutuhan Mama." Jawab Devan.
"Benarkah?"
"Ya, Mama bisa menyuruh apa saja padanya. Dia yang akan menemani Mama tidur mulai nanti malam."
Saat itu juga, ibunya Devan tertawa tanpa sebab. Sedangkan Devan langsung menarik tangannya Alena keluar dari kamar ibunya.
Alena dipepet pada tembok oleh Devan, dan dagunya diangkat sambil ditatapnya dengan tajam, juga menekannya cukup kuat pada bagian rahangnya.
"Apa yang sudah kamu lakukan kepada ibuku? ha! sampai-sampai ibuku harus teringat dengan perempuan yang sudah merusak kebahagiaan ibuku."
"A-aku tidak melakukan apapun pada ibumu, dan aku hanya memperkenalkan diri, tidak lebih. Aku mohon percaya padaku, aku serius. Kamu bisa lihat lewat rekaman CCTV-nya." Jawab Alena dengan perasaan takut.
"Awas saja kalau sampai terjadi sesuatu pada ibuku, aku tidak akan segan-segan membalaskan nya padamu, paham." Ucap Devan dengan ancaman.
Alena mengangguk, juga dengan perasaan takut.
Setelah di tinggal pergi oleh Devan, akhirnya Alena dapat bernapas dengan lega.
Dengan kasar, Alena membuang napasnya.
'Ibunya depresi, anaknya temperamental. Benar-benar keluarga yang sempurna, tapi ... aku jadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya.' Batin Alena yang tiba-tiba penasaran dengan perempuan paruh baya yang akan dirawatnya.
"Nona, kenapa melamun? bagaimana dengan Nyonya?"
"Astaga! Mbak, saya sampai lupa. Makasih ya Mbak, udah ngingetin." Jawab Alena dan bergegas masuk ke kamar majikannya.
Saat membuka pintu, Alena melihat ibunya Devan tengah memandangi lembaran foto begitu seriusnya. Terlihat juga tengah mencium foto tersebut.
Alena yang merasa penasaran, pelan-pelan mendekatinya. Tidak mudah bagi Alena untuk memenangkan hati orang yang akan dirawatnya.
penyesalan selalu datang di akhir
waktu tidaak mungkin bisa terulang lagi