Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelan pelan dan lembut
"Ayolah jangan menangis, kalau kamu belum siap hari ini, aku tidak akan memaksamu" ujar Kanzo menghapus cairan bening yang mengalir di pipi Marya." Tapi tidak untuk besok" Kanzo mengulas senyumnya.
Marya yang duduk di atas pangkuan Kanzo menunduk dalam dan terus menangis tanpa bisa menghentikan laju air matanya.
"Aku tida memaksamu Marya. Kita menikah sama sama sepakat" ujar Kanzo.
"Tapi Bapak membuatku terpaksa" tukas Marya. Tidak memaksa, tapi membuat keadaan Marya terpaksa.
Kanzo malah semakin melebarkan senyumnya."Kita sama sama membutuhkan" bantahnya."Kamu butuh uang, dan aku butuh kamu" tambahnya.
Marya pun diam dan terus menangis terisak di atas pangkuan Kanzo. Marya tidak menyadari posisi mereka yang begitu intim, karna sibuk dengan perasaannya yang begitu hancur berkeping keping.
Melihat itu, Kanzo pun tidak tega." Pulanglah, aku tidak berselera melihat wanita menangis.Datanglah ke sini kalau kamu sudah siap."
Marya langsung berhenti menangis dan menghapus air matanya dan segera turun dari atas pangkuan Kanzo.
"Trimakasih Pak" ucap Marya langsung melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar apartement itu.
Kanzo yang duduk di sofa, diam memandangi Marya yang menghilang di balik pintu. Terbesit rasa kasihan dan bersalah di hati Kanzo. Namun ia membutuhkan Marya dengan maksud dan tujuannya.
Sedangkan Marya yang sudah sampai di basement. Marya di panggil seorang petugas keamanan yang berjalan cepat ke arahnya.
"Mbak!"
Marya langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
"Ada apa Pak?" tanya Marya pada pria yang sudah berdiri di depannya.
"Mbak Marya kan?" tanya pria itu.
Marya mengerutkan keningnya, karna pria itu mengetahui namannya.
"Iya" jawab Marya.
"Motor Mbak di sana" pria itu menunjuk motor yang berada di dekat meja kerjanya." Ini kuncinya Mbak" ucap pria itu memberikan sebuah kunci pada Marya.
Marya pun menerima kunci itu, sembari mengucapkan," trimakasih Pak."
"Sama sama" Pria itu memutar tubuhnya kembali ke meja kerjanya. Di ikuti Marya dari belakang, dan segera meninggalkan tempat itu dengan motor kesayangannya.
Marya tidak langsung pulang ke rumah. Ia menghentikan motornya di sebuah taman kota. Sore begini, disana banyak orang orang duduk bersantai sambil menikmati jajanan yang di jual pedagang gerobak.
Marya mendudukkan tubuhhnya di salah satu tempat duduk yang terbuat dari beton. Duduk termenung memandang lurus ke depan, memperhatikan anak anak yang bermain dengan ceria di perosotan yang ada di sana.
'Aku sudah menikah, tapi bukan berarti aku bisa menggapai impianku. Bisa memiliki keluarga yang harmonis, memiliki anak dan suami yang mencintaiku' batin Marya, tanpa sadar meneteskan air matanya.
Di sana Marya hanya duduk termenung seorang diri. Hingga siang berganti malam, baru Marya meninggalkan tempat itu, dan pulang ke rumah.
"Kaka dari mana?" tanya Adi menatap selidik pada penampilan kakaknya itu. Baju yang di kenakan Kakanya sangat bagus dan terlihat mahal.
"Dari acara ulang Tahun teman kerja. Ini Kakak bawain kamu makanan" Marya yang baru masuk ke dalam rumah, memberikan kantong plastik di tangannya pada Adiknya.
"Makanan apa ini?" Adi menerimanya dan langsung melihat isinya." Wah fizza! Kakak dapat duit dari mana membeli ini?. Inikan harganya mahal" seru Adi.
"Makan aja" Marya tersenyum sambil mengusap kepala Adiknya itu." Teman Kakak yang beliin" ucapnya lagi, kemudian melangkah ke masuk ke dalam kamarnya.
**
"Selamat pagi Pak" ucap Marya dan Widuri bersamaan saat Kanzo melintas di depan mereka.
Seperti biasanya, Kanzo hanya membalas dengan senyuman. Marya yang melihat Kanzo, terus memperhatikan Kanzo yang menghilang masuk ke dalam lif. Pria itu suaminya, bukan?. Tapi lihatlah, mereka seolah olah tidak memiliki hubungan apa apa.
"Pak Kanzo sudah tidak ada" bisik Widuri, berhasil membuyarkan lamunan Marya.
"Dia sangat pandai menjaga image nya" ujar Marya.
"Sekarang yang perlu kamu pikirkan. Hutang Ayahmu sudah lunas. Untuk ke depannya, bagaimana akhirnya aja. Aku yakin, kamu pasti bisa menghadapinya" Widuri mengusap lembut bahu Marya.
Marya menghela napas kasar, dia memang harus bisa menghadapi hidup, apa pun masalah yang di hadapinya nanti, seberat apa pun itu.
Tlink!
Pandangan Marya lansung teralihkan ke arah ponsel di atas mejanya saat mendengar ada pesan masuk. Marya langsung membaca pesan dari buaya darat.
Nanti saya tunggu di apartement.
Marya langsung meniup lobang hidungnya. Tiga hari sudah Kanzo memberinya waktu untuk mempersiapkan mental, sekarang pria itu sudah tidak sabar untuk meminta haknya sebagia suami.
Marya menutup pesan itu tanpa membalasnya. Namun pesan dari pria yang berstatus suaminya itu masuk lagi.
Awas kalau gak datang
Ya Tuhan, main ancam segala lagi, membuat Marya menjadi ketar ketir. Sudah saatnya kah dia menyerahkan diri pada Kanzo. Marya menelan ludahnya dengan sangat susah. Setelah itu, berarti hancurlah masa depannya.
Marya menutup pesan itu lagi tanpa membalasnya. Dan lagi, pesan dari Kanzo masuk ke handphonnya lagi. Sepertinya pria itu kesal karna pesannya tidak di balas.
Nanti saat aku datang, kamu sudah siap.
Dug dug dug !
Degup jantung Marya langsung berkejar kejaran ingin melompat keluar. Kanzo menyuruhnya bersiap, emang mereka mau kemana?. Tidak tidak tidak, Marya belum siap, Marya takut.
"Pesan dari siapa?."
Marya lansung menoleh ke arah Widuri." Dari Pak Kanzo" jawab Marya lemah.
"Apa katanya?" Widuri penasaran.
"Apa lagi, menyuruhku ke apartement" jawab Marya.
Widuri tersenyum geli membayangkan apa yang akan di lakukan Pak Kanzo pada Marya nantinya.
"Kamu senang ya hidupku hancur?" rajuk Marya. Dia sedang gundah, namun sahabatnya itu tersenyum seolah olah dia mendapat anugrah. Tidak taukah sahabatnya itu, nanti malam ia akan mendapat musibah dari Pak Kanzo yang terhormat?.
"Pak Kanzo tampan ya, udah itu terlihat gagah lagi." Widuri sengaja menggoda Marya, supaya sahabatnya itu tidak terlalu sedih.
"Iya tampan, tapi buat apa?, kalau hanya menghancurkan masa depanku" balas Marya dengan pandangan lurus ke depan, seperti menerawang masa depannya seperti apa.
Widuri pun terdiam, benar yang di katakan sahabatnya itu. Buat apa suami tampan, kalau hanya menghancurkan perasaan dan masa depan.
**
Pulang kerja, Marya tidak pulang ke rumahnya, melainkan ke apartement milik Kanzo. Sampai di sana Marya langsung masuk dan menghidupkan lampu di ruang tamu.
"Akhirnya kamu datang juga."
Marya terlonjak kaget mendengar suara Kanzo di ruangan itu. Semenjak kapan pria itu pulang dari kantor?. Bukankah tadi saat Marya pulang, mobil Kanzo masih berada di parkiran. Lalu kapan pria itu pulang?.
"Kemarilah istriku" Kanzo menepuk sofa di sampingnya sembari tersenyum.
Marya melangkah perlahan dengan wajah gugub. Benarkah? Sekarang ini Kanzo akan mengambil kesuciannya?. Ya Tuhan, sungguh Marya tidak ikhlas.
Marya yang sudah sampi di samping Kanzo, menarik lengan wanita itu supaya duduk di sampingnya. Namun Marya menjauhkan tubuhnya yang sempat menempel ke tubuh Kanzo, Marya takut.
"Jangan jauh jauh." Kanzo menarik Marya lagi sampai menempel ke tubuhnya, dan bahkan menarik kepala wanita itu supaya bersandar ke dadanya.
Kanzo paham, wanita itu masih polos, dia harus pelan pelan dan lembut mendekati supaya gadis itu tidak kaget.
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab