Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: MEMBUJUK - NASEHAT - TAMPARAN
"Stop! Bersihkan dirimu, lalu turun ke ruang makan." Titah orang yang masih mengaduk sesuatu di dalam panci tanpa menoleh ke pintu masuk dapur.
"Tuan Raja ku, hamba ingin meminta bantuan Yang Mulia. Janganlah usir hamba....,"
"Rose!" Tuan Luxifer menghentikan kegiatannya, lalu menggeser posisinya.
"Baiklah, Kek. Rose ke atas dulu, sekalian jus favorit ya?" Rose mengalah, anggukan kepala kakeknya membuat ia berlari menuju lantai atas. Dimana kamarnya berada di urutan kedua sebelah kamar sang mommy tercinta.
Kepergian Rose berganti dengan kedatangan pria yang kini sudah menjadi putranya. "Vans, ada apa?"
"Biasa, Pa. Apalagi jika bukan menentang keputusan Asfa. Ibu dan anak selalu seperti itu," jawab Vans memasuki dapur untuk mengambil air putih dari dalam kulkas.
"Apa ini kasus bully?" tanya Tuan Luxifer.
Vans meneguk airnya, lalu menganggukkan kepala. "Anak nakal itu merencanakan menculik Rose, tapi Asfa menggagalkan semuanya dengan mengganti preman menjadi anak buahnya. Papa tahu kelanjutan seperti apa."
"Hmmm. Itu bagus, mereka harus dikasih pelajaran. Tidak peduli itu yang terjadi pada cucuku atau anak lainnya. Sudah sepantasnya, pelaku mendapatkan pelajaran yang setimpal." ucap Tuan Luxifer kembali melanjutkan memasak makan siang untuk keluarganya.
"Itu benar, Pa. Hanya saja Rose. Kita tahu bagaimana gadis itu? Bahkan Asfa harus ekstra sabar mengajari putrinya untuk mengambil keputusan dan bertindak....,"
Tuan Luxifer menepuk pundak Vans. "Nak, bagaimanapun Rose memiliki darah dari dua raga. Meskipun kejeniusan Asfa menurun, tapi hati lembut menurun dari....,"
"Ekhem!" Rose berdehem sontak menghentikan pembicaraan kedua pria di dalam dapur. "Hayoo, ngomongin soal Rose, ya? Dosa tauu, masa kakek dan papa tega....,"
"Nak, bisa bantu kakek mu bawa mangkok sop ke meja makan?" pinta Vans menghentikan ceramah putrinya.
Bukan apa-apa. Hanya saja nanti berujung pada hal sama. Gadis itu paham akan kode keras papanya. Tak ingin membantah, ia masuk ke dalam dapur dan mengambil sebuah mangkuk besar di lemari barang. "Apa mommy akan pulang?"
"Maybe, mommy punya rapat penting sekitar 4 pertemuan hari ini. Bagaimana kalau call saja?" saran Vans bersiap mengambil ponselnya, tapi ditahan Rose. "Kenapa? Kalau mommy pulang, kita bisa makan siang bersama....,"
"Jangan! Nanti aku gagal membujuk kakek." sela Rose tersenyum penuh arti.
Perbincangan yang bukan dengan bisikan. Tentu sang kakek mendengar semuanya. "Sebenarnya apa yang Rose mau?"
Rose melepaskan tangannya, lalu beralih menggandeng lengan sang kakek seraya menyandarkan kepalanya di lengan kekar kakeknya. "Kakek pernah bilang. Siapapun yang bersalah. Kita bisa memberi satu kesempatan untuk bertobat. Aku tahu perbuatan genk cantika sudah melewati batas, tapi bukankah mommy sudah memberikan aku waktu? Please bujuk mommy, biarkan Sarah pulang. Pasti gadis itu ketakutan di tempat yang sempit dalam keadaan terikat."
"Apa Rose percaya, mommy?" tanya Tuan Luxifer mengangkat dagu Rose agar berbicara dengan menatap matanya. "Seorang ibu bisa melakukan apapun demi putrinya, dan seorang queen bisa menghukum pendosa tanpa harus bertanya. Setiap tindakan akan selalu dipertanggungjawabkan. Mommy mu hanya melakukan tugas seorang ibu. Dia masih blum menjadi seorang queen."
"Sarah pasti dipulangkan di saat harapan semua orang yang melukaimu sirna. Harapan itu akan dikembalikan. Bukan untuk memberikan kebahagiaan, tapi untuk peringatan. Sisanya, tidak perlu dikhawatirkan. Rose paham?" sambung Tuan Luxifer, lalu mengecup kening cucunya.
"Nak, Mommy mu mengabulkan semua permintaanmu. Termasuk membiarkanmu kuliah di tempat umum. Mengubah penampilan, dan memakai identitas tanpa marga. Selama ini, tidak sekalipun Asfa membiarkanmu melakukan tugas sebagai putri seorang pemimpin. Kenapa? Hatimu tahu jawabannya. Papa mohon, pahamilah mommy mu." Vans ikut menasehati putrinya agar tidak salah paham terhadap Asfa.
Perbincangan ketiganya menjadi momen berharga, hingga akhirnya Tuan Lucifer menghubungi sang putri agar melepaskan tawanan. Permintaan dikabulkan saat itu juga, membuat Rose semakin mencintai keluarganya.
Keesokan harinya. Rose tetap berangkat kuliah. Meskipun penampilan sudah berubah. Ia memilih menggunakan taksi online dibandingkan mobil pribadi. Taksi online langganan alias supirnya adalah salah satu anak buah sang mommy. Mau tidak mau setiap syarat harus di iyakan. Fasilitas mobil yang dicabut tergantikan dengan metode taksi online palsu. Apapun itu, tetap harus disyukuri.
Hari-hari menjadi tenang tanpa kehadiran geng cantika. Semua berangsur-angsur membaik, beberapa mahasiswa mulai mengajak berteman. Bahkan ada yang mengajak main ke rumah, tapi Rose memilih hanya tersenyum tipis sebagai penolakan halus. Tidak terasa seminggu berlalu begitu saja tanpa ada ketegangan dan juga keributan.
Hari ini adalah hari Jum'at. Rose memilih berangkat lebih pagi dari biasanya. Bukan karena rajin, tapi ia mulai merasa tak nyaman dengan beberapa mahasiswa yang berusaha keras mendekatinya hanya mengajak berteman. Padahal para mahasiswa itu dulu hanya bisa menjadi penonton setia saat melihat korban bully.
"Huft, syukurlah masih sepi. Aku baca buku saja." Rose berjalan memasuki kelasnya menuju bangku terakhir yang selalu menjadi teman setianya.
Tas selempang diletakkan di atas meja. Tangannya menarik resleting tas, baru saja setengah terbuka. Sebuah tangan menarik tubuhnya hingga berbalik dan sentuhan panas langsung menyapa pipi putihnya. Apalagi jika bukan satu tamparan keras dengan cap tangan. Bisa dipastikan tangan yang menampar gadis itu saat ini puas.
Rasa panas menjalar, warna merah dengan cap jari pasti akan tertinggal. Rose menahan nafasnya, berbalik menatap siapa pelakunya. Tatapan mata tenang, tetapi sangat tajam menusuk lawan. Tanpa kata ia mengangkat tangan kanan mengembalikan tamparan yang jauh lebih keras. Hingga tubuh gadis di depannya tersungkur di lantai.
"DON'T TOUCH ME!" Rose menunjuk gadis yang kini harus mengusap warna merah di sudut bibirnya sendiri. "Apa kalian ini bodoh? Aku bukan Nara sahabatku! Aku ROSE. Jangan bermain denganku. STAY AWAY FROM ME!"
Ucapan Rose di anggap angin lalu. Sarah mengulurkan tangannya, dan dibantu Prita untuk bangun. Disisi lain Dela mengambil sesuatu dari dalam tas. Kemudian membuka tutup botol yang kini ada di genggaman tangannya. Pergerakan satu anggota genk cantika tertangkap jelas di mata Rose.
Dela mengayunkan tangannya, membuat botol berisi jus strawberry itu hampir saja keluar. Tiba-tiba Rose menggeser posisinya, kemudian menarik tangan Dela dan posisi botol justru berbalik pada gadis rambut sebahu itu.
Byuur!
"Eeuuuhh! KAU....,"
Rose mengangkat tangannya dengan tatapan tak lagi tenang. Netra biru laut berubah menjadi sangat tajam. "Kamu! Kamu! Kamu! Kalian semua yang ada di kelas. Listen me."
"Justice is rewarded with kindness. Crime is rewarded with punished. I don't care about your status. This campus must have justice!" (Keadilan dibalas dengan kebaikan. Kejahatan dibalas dengan hukuman. Aku tidak peduli dengan statusmu. Kampus ini harus memiliki keadilan!)
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢