Nayla Kei seorang gadis cantik dan manis memiliki sifat periang terpaksa dia menerima perjodohan dengan salah satu sahabatnya yang merupakan anak dari teman dekat ibunya.
Atas dasar balas budi Nayla menerima pernikahannya dengan terpaksa. Namun siapa sangka dalam perjalanan pernikahan itu Nayla mulai merasa hal lain pada suaminya.
Akankah suami Nayla menerimanya sebagai seorang istri?
Akankah Nayla mendapat perlakuan semestinya sebagai seorang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Perbincangan
Selama persahabatan keduanya tidak pernah menggunakan kata ‘Aku’ atau ‘Kamu’ mereka berempat selalu berkata ‘Gue’ dan ‘Lo’. Nayla mendengar kata ‘Aku’ keluar dari bibir Rayden merasa aneh.
Di dalam mobil berlogo kuda jingkrak, sudah 10 menit berlalu tidak ada percakapan diantara keduanya. Nayla gadis bawel itu pun berubah diam seribu bahasa. Hingga terdengar “Eheem” dari Rayden, lelaki tampan yang sedang memegang stir langsung mengendurkan lilitan dasi pada lehernya.
Nayla yang menoleh seketika jantungnya berdegup semakin kencang “Deg ... deg ... deg”. “Kenapa gue? Padahal ini bukan pertama kali satu mobil sama dia” ujar Nayla dalam hati.
“Nay”
“Rayden”
Ucap mereka secara bersamaan.
“Oke ladies first” Rayden mempersilahkan Nayla berbicara terlebih dahulu sebelum dirinya.
“Ray, gue --- mmmh aku mau tanya, alasan kamu menerima perjodohan ini apa?” tanya Nayla melihat Rayden yang masih fokus.
“Nothing” jawab Rayden dengan singkat, tanpa senyum.
“Bener-bener ya ini orang. Kenapa dia jadi dingin lagi sih rasa es batu banget. Awas ya lo Ray sampe nanti ngejar-ngejar gue”
Ungkapan Nayla hanya bisa dalam hati seraya menahan rasa kesal pada pria di sampingnya.
Pria tampan calon suaminya, jelas saja mengetahui perubahan suasana hati sang calon istri. Dapat ia lihat dengan jelas ekspresi Nayla saat ini, sangat menggemaskan bagi Rayden. Entah apa yang ada dalam hatinya sehingga gemar membuat Nayla marah, sudah pasti sifat jahil yang dimilikinya mulai muncul kembali.
“Sekarang lo mau bilang apa Ray? Kenapa jadi diem?” tanya Nayla
“Kamu masih sibuk di L gym?, setelah menikah nanti berusahalah untuk berhenti”, jawab Rayden
“Eh kenapa? Ngga bisa gitu ya, itu hobby gue sekaligus mata pencaharian gue selama ini”, sanggah Nayla.
Mobil yang tengah melaju tiba-tiba saja menepi dan berhenti. Rayden menarik napas dalam kemudian ia hembuskan perlahan. Netranya menatap Nayla “Walau pernikahan ini karena perjodohan, aku ingin kelak istriku patuh pada suaminya” ucap Rayden tegas.
Nayla hanya bergeming mendengar penuturan Rayden. Ia paham sejatinya seorang istri harus patuh pada suaminya. Tapi.... ah sudahlah, Nayla harus belajar menerima Rayden, bukankah ia juga tak menolak perjodohan ini?.
“Oke, gue paham” ucap Nayla
“Mulai sekarang ‘Aku’ dan ‘Kamu’ bukan ‘Gue’ atau ‘Lo’. Harus terbiasa!” ucap Rayden dengan tegas.
Rayden hendak melaju kembali namun ia urungkan niatnya, dan kembali mengatakan sesuatu pada Nayla, “Dalam hidup ini, aku hanya ingin pernikahan satu kali, jangan berpikir untuk mundur setelah melangkah”, tegas Rayden. Gadis yang kini menatap padanya hanya bisa menelan saliva dengan susah payah.
Tanpa menerima jawaban dari calon istrinya, Rayden kembali mengemudikan mobil mewahnya. Sementara Nayla mengalihkan pandangannya ke arah luar kaca samping. Ia sungguh tidak menyangka Rayden akan mengungkapkan hal seperti itu, benar seperti bukan Rayden yang dikenalnya selama ini.
Perjalanan menuju rumah Nayla kali ini terasa begitu lambat dan jauh. Tak ada lagi perbincangan diantara mereka, hanya suara mesin mobil dan sahutan klakson antar pengendara di luar sana menemani keduanya malam ini.
Dalam dua puluh menit berlalu, kini mobil merah Rayden telah terparkir sempurna di halaman rumah Nayla. Keduanya turun secara bersamaan, Bunda Nilla menunggu Nayla di teras rumah nampak tersenyum melihat putrinya bersama sang calon suami.
Rayden mencium punggung tangan kanan Bunda Nilla, “Bunda apa kabar?”, tanya Rayden.
Bunda Nilla mengusap tangan Rayden penuh kasih sayang, “Kabar bunda baik nak, nanti kamu kesini lagi kabari bunda ya, bunda mau bikin cake kesukaan Rayden, kangen bunda masakin Rayden”, jawab Bunda Nilla menatap pria bertubuh tinggi 179 cm dengan senyum mengmbang menghiasi wajah senjanya.
“Ray, pamit bunda” ucap Rayden
“Iya nak hati-hati dijalan, utamakan keselamatan ya Ray”, sahut Bunda Nilla melihat Rayden mulai melajukan kendaraannya.
“Bun, masuk yuk. Dingin lho”, ajak Nayla seraya merangkul lengan sang bunda.
Wanita paruh baya itu hanya membalas dengan anggukkan dan tersenyum. Senang rasanya melihat Rayden mengantar Nayla pulang ke rumah, tentu ini bukan pertama kali. Beberapa kali Rayden mengantar Nayla jika mereka berkumpul bersama, namun hari ini sangat berbeda, Bunda Nilla merasa yakin Rayden sudah mulai menerima dan membuka hati untuk Nayla.
Lampu di kamar Nayla sudah padam dan hanya tersisa cahaya dari lampu tidur berbentuk lampion di atas meja belajarnya. Suara notifikasi pesan masuk seketika membuat Nayla terjaga dari tidurnya yang belum nyenyak.
Triiing
Rayden
“Besok pagi aku jemput kita ada jadwal fitting, jangan bangun siang!”.
Setelah membaca pesan masuk, ia meletakkan kembali ponselnya “Ish kenapa sih tadi juga bareng kenapa engga bilang sewaktu di mobil, kebiasaan lo Ray ganggu gue tidur, nyebelin banget”, Nayla bersungut-sungut. Dua kali sudah tidurnya terganggu dengan pesan chat dari sang calon suami.
“Awas lo Rayden, iiiish pengen gue bales rasanya gangguin lo” lanjutnya bersungut-sungut.
Karena Nayla mudah sekali terlelap, tidak menunggu waktu lama, hanya sepuluh menit ia pun sudah terlelap dan bermimpi indah,.
**
Hari ini Nayla tidak bangun terlambat, ia sudah terjaga sebelum matahari terbit. Rasa kantuk yang biasanya selalu menyerang bila bangun terlalu pagi, kini tidak ada lagi. Sembari menunggu terang, Nayla membantu bunda Nilla di dapur mengurusi keperluan toko roti.
Dua jam berlalu kini Nayla sudah bersiap dan menunggu Rayden datang menjemputnya. Seusai mandi, ia menerima panggilan telepon dari Mama Anggi bahwa Rayden sudah berangkat dan menuju ke rumahnya sekitar lima belas menit yang lalu.
Lima belas menit sudah gadis sipit nan cantik menunggu di pekarangan rumahnya, terdengar suara mesin sebuah kendaraan. Namun suara itu nampak tidak asing, Nayla menatap pagar rumahnya, rupanya Rayden menjemput dengan sepeda motor matic hitam milik Nayla. Gadis itu terperangah mendapati motor kesayangannya dikendarai Rayden.
“Motor gue kenapa bisa sama dia?” ucap Nayla lirih.
Rayden turun dari motor matic hitam, penampilannya sangat tampan menggunakan celana jeans dengan atasan berwarna putih, terdiri dari t-shirt polos putih dan kemeja lengan panjang berwarna putih, tidak lupa sneaker putih bercorak biru semakin membuatnya kharismatik dan tampan. Sungguh kagum Nayla pada Rayden, melihat pria itu tanpa berkedip sedetik pun, “Duh jantung lo kenapa sih, Ray kan sering penampilan kaya gini, udah ah” ucapnya dalam hati.
Sementara penampilan Nayla sangat manis menggunakan celana jeans, dengan atasan tie front shirt (kemeja dengan model ikat di pinggang) juga flat shoes coklat membingkai kakinya dengan indah.
Sama dengan Nayla, Rayden pun terkesima dengan penampilan Nayla saat ini sungguh menarik perhatian Rayden, “Manis” gumamnya seraya berjalan menghampiri Nayla di teras rumah.