NovelToon NovelToon
Terjebak Pernikahan Kontrak

Terjebak Pernikahan Kontrak

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati / Duda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:27.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Clarissa icha

Harap bijak memilih bacaan.
riview bintang ⭐ - ⭐⭐⭐ = langsung BLOK.!


Barra D. Bagaskara, laki-laki berusia 31 tahun itu terpaksa menikah lagi untuk kedua kalinya.
Karena ingin mempertahankan istri pertamanya yang tidak bisa memliki seorang anak, Barra membuat kontrak pernikahan dengan Yuna.
Barra menjadikan Yuna sebagai istri kedua untuk mengandung darah dagingnya.

Akibat kecerobohan Yuna yang tidak membaca keseluruhan poin perjanjian itu, Yuna tidak tau bahwa tujuan Barra menikahinya hanya untuk mendapatkan anak, setelah itu akan menceraikannya dan membawa pergi anak mereka.

Namun karena hadirnya baby twins di dalam rahim Yuna, Barra terjebak dengan permainannya sendiri. Dia mengurungkan niatnya untuk menceraikan Yuna. Tapi disisi lain Yuna yang telah mengetahui niat jahat Barra, bersikeras untuk bercerai setelah melahirkan dan masing-masing akan membawa 1 anak untuk dirawat.

Mampukah Barra menyakinkan Yuna untuk tetap berada di sampingnya.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Yuna mengetuk pintu. Memanggil Barra beberapa kali sampai akhirnya Barra membukakan pintu dengan keadaan kemeja yang kancingnya sudah di buka hingga dada.

Yuna langsung menundukkan pandangan, tidak biasa melihat bagian dada laki-laki dengan jarak sedekat itu.

"Ada apa.?" Tanya Barra sembari merapatkan kemejanya agar bagian dadanya tertutup. Rupanya dia sadar kalau Yuna tidak nyaman melihat bagian dalam. tubuhnya.

"Ini tehnya,," Yuna menyodorkan nampan pada Barra. Jika bukan karna Mama Rena, tidak mungkin Yuna akan menyusul Barra ke kamar.

Berhadapan dengan Barra seperti ini saja sudah membuatnya sangat canggung.

Sayangnya harus bersikap normal di depan Mama Rena agar pernikahan kontrak mereka tidak di curiga.

"Aku mau mandi dulu. Kenapa nggak taruh di bawah saja. Nanti setelah mandi aku turun lagi ke bawah." Tolak Barra. Dia enggan mengambil tehnya. Saat ini yang dia butuhkan hanya berendam di dalam bathtub untuk mendinginkan tubuh dan isi kepalanya yang mulai panas.

Pernikahannya dengan Yuna hanya menambah beban pikiran hingga terasa menguras tenaga.

"Tapi,,,,"

Ucapan Yuna langsung dipotong oleh Barra.

"Bawa turun saja Yuna, aku mau mandi sekarang." Perintahnya dan sedikit mengusir Yuna meski tidak mengatakan langsung.

Barra hendak menutup pintu, namun Yuna langsung mencegahnya.

"Tapi Mas, Mama yang nyuruh aku anterin teh ini ke kamar." Tutur Yuna lirih. Matanya langsung melirik ke arah tangga, takut tiba-tiba Mama Rena muncul disana dan mendengarkan obrolan mereka.

"Mama.?" Barra mengulangi ucapan Yuna. Saat itu juga Yuna mengangguk cepat.

"Aku nggak mau sampai Mama curiga kalau sebenarnya pernikahan kita,,,,

"Euummm,,," Mata Yuna melotot sempurna. Tiba-tiba Barra menutup mulutnya dengan telapak tangannya yang lebar.

"Diam." Pinta Barra. Dia menyingkirkan tangannya dari mulut Yuna, lalu menarik pelan lengan Yuna untuk di ajak masuk ke dalam kamar.

Barra langsung menutup pintu dan menguncinya.

"Ke,,kenapa di kunci.?" Tanya Yuna gugup. Dia menatap pintu yang terkunci dengan ekspresi panik. Pikiran negatif seketika bersarang di kepalanya.

Bagaimana tidak, sejak hari pertama mereka menikah, Barra belum pernah menyentuhnya layaknya pasangan suami istri.

"Jangan mikir macem-macem, aku juga tau kamu belum siap. Lagipula ini masih sore." Ucap Barra datar. Wajah Yuna langsung merona. Dia sangat malu pada Barra karna memang memikirkan hal itu.

Seharusnya Yuna juga bisa melihat kalau Barra terkesan tidak tertarik untuk menyentuhnya meski dalam surat perjanjian tertulis bahwa Barra akan menyentuhnya.

"Untuk jaga-jaga saja, takut Mama kamu tiba-tiba datang kesini." Lanjutnya sembari berlaku dari hadapan Yuna. Dia masuk ke dalam kamar mandi.

Yuna meletakkan nampan di atas meja, kemudian duduk tenang di sofa menunggu Barra sampai selesai mandi.

Yuna enggan keluar lebih dulu atau keluar sendirian tanpa di dampingi Barra, takut Mama Rena akan banyak bertanya dan kembali menasehatinya.

Barra keluar dari kamar mandi dengan memakai baju santai. Penampilan yang sangat berbeda dari yang sering Yuna lihat sebelumnya. Jika biasanya Yuna melihat sosok Barra yang berwibawa dengan setelah jas lengkap atau hanya dengan kemeja, saat ini Barra terlihat jauh lebih muda.

Yuna memalingkan wajah saat pandangan matanya bertemu dengan Barra. Meski sudah tertangkap basah oleh Barra, Yuna berlagak santai dengan meneguk teh miliknya.

"Sudah selesai kan.? Aku mau keluar Mas,," Yuna bangkit dari duduknya. Membawa nampan dan cangkir miliknya yang sudah kosong.

"Ini tehnya sudah nggak hangat lagi, Mas Barra mandinya kelamaan." Tuturnya sembari menatap teh yang dia tinggal di atas meja.

"Mau dibuatin lagi atau,,,

"Itu saja." Potong Barra. Dia berjalan mendekat, sedangkan Yuna justru menjauh karna memilih untuk cepat-cepat keluar dari kamar.

"Ya sudah. Aku ke bawah dulu." Pamitnya. Barra hanya memberikan anggukan, lalu duduk di sofa dan meraih cangkir di atas meja. Yuna masih sempat melihat Barra meneguk teh sebelum keluar dari kamar.

Terlepas dari status pernikahan yang hanya di atas kertas, Yuna masih bisa merasa bersyukur. Setidaknya dia tidak mendapat perlakuan buruk dari Barra.

"Mama mau pindah ke kamar.?" Tawar Yuna. Dia berjalan menghampiri Mama Rena yang masih berada di ruang tamu.

"Boleh, sepertinya Mama harus istirahat dulu sebentar." Balasnya dengan wajah yang terlihat mengantuk. Sehari sebelum diperbolehkan pulang, memang Mama Rena kurang tidur.

"Sini biar Yuna anterin." Yuna langsung membantu Mama Rena berdiri. Menuntun dan membawanya ke kamar.

"Sementara kamar Mama di bawah dulu ya, biar nggak capek naik turunnya. Nanti kalau Mama sudah sehat, boleh pindah ke kamar atas. Di sana kamarnya lebih luas." Tutur Yuna antusias.

Dia sengaja menjelaskan semua itu agar Mama Rena tidak berfikir macam-macam karna di tempatkan di kamar bawah yang seharusnya di peruntukan sebagai kamar tamu. Meski Yuna yakin Mama Rena tidak akan mempermasalahkan hal itu.

Tapi setidaknya dia sudah menjelaskan pada sang Mama.

"Mama malah lebih nyaman kalau disini. Kalaupun Mama sudah sehat, tetap saja capek kalau harus naik turun tangga. Beda sama kamu yang masih muda." Mama Rena mengulas senyum tipis.

Alasan yang di berikan Mama Rena memang benar adanya, tapi sebenarnya dia juga punya maksud lain. Mama Rena tidak mau mengganggu atau membuat Yuna dan Barra merasa canggung jika kamarnya harus bersebelahan. Sebagai orang yang pernah mengalami masa-masa pengantin baru, Mama Rena paham betul kalau keduanya membutuhkan privasi.

"Yasudah, gimana baiknya aja." Yuna menyerahkan semua itu Mama Rena. Dia juga enggan memaksa, asal Mama Rena nyaman menempati kamar itu.

"Yuna ke dapur dulu Mah, mau masak buat makan malam." Yuna beranjak dari kamar Mama Rena.

Dia langsung tempur dengan peralatan dapur.

Sementara itu, Barra yang sudah meneguk habis teh buatan Yuna, beranjak mengunci pintu kamar.

Dia mengambil ponselnya di dalam laci, lalu menghubungi Cindy sembari berjalan ke balkon.

Barra memikirkan Cindy yang malam ini akan tidur sendiri tanpa dirinya. Entah bagaimana Cindy akan melewati malamnya saat suami yang sangat dia cintai bermalam di rumah madunya.

"Sayang,,," Panggil Barra begitu panggilannya terhubung.

Rona bahagia seketika terpancar dari wajah Barra setelah melihat wajah cantik Cindy diseberang sana. Sorot matanya berbinar, penuh dengan cinta yang mendalam.

Cindy tersenyum lebar, meski senyumnya tidak secerah biasanya.

"Ada apa.?" Ujarnya lembut.

"Aku mencintaimu." Ucap Barra.

Cindy kembali tersenyum. Hampir setiap hari Barra mengatakan itu padanya, tapi rasanya masih sama saat pertama kali Barra mengatakan itu padanya 8 tahun silam.

"Aku juga mencintaimu." Balas Cindy.

"Cintai juga istri baru kamu, karna dia yang akan menjadi ibu dari kamu kelak." Pintanya.

"Jangan membahas hal itu." Tegas Barra. Raut wajahnya seketika berubah.

Entah sudan berapa kali Cindy memaksanya untuk membagi cinta dengan Yuna.

"Aku minta maaf." Cindy terlihat merasa bersalah telah membuat Barra kesal.

"Apa dia ada disitu.? Aku boleh melihatnya.?" Tanyanya dengan raut wajah penasaran. Manik matanya terlihat sedang mencari - cari sosok orang lain di layar ponselnya. Padahal jelas-jelas tau kalau Barra mengarahkan ponselnya pada wajahnya saja.

"Dia tidak disini. Apa kamu ingat perjanjian kita.? Aku nggak akan mengijinkan kamu melihatnya sebelum waktunya tiba." Ucap Barra tegas. Dia masih bersikeras tidak mengijinkan Cindy melihat Yuna.

1
Sriza Juniarti
kocak..kayaknya🤣🤣
roza prasinta
oon yuna, mau pula kd madu
Etha Margaretha
goblooookkkkk..gamau dket ama papanya anak² dngn maksd gamau dihina...tp masuk ke apartemen lelaki lainnnnn...TOLOL !!!!
Etha Margaretha
cewek anjeng
Etha Margaretha
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
barra, serakah harusnya dia milih Yuna dan anaknya
Heldina Togatorop Dina
harusnya barra milih Yuna, karena ada anak"
Leha Valenia
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
yuna bodoh bgt, kog mau sih ngasih anaknya, tetap aj cerai, karena bara ngak ada cinta SM km yuna,sadar dong
moemoet
Luar biasa
Inggrianie Sikumbang
ceritanya bagus
elluph
iklannya lama bgt
Quieenarra Nathaniella Kayleen
Luar biasa
Muki Roh
Kecewa
Muki Roh
Buruk
Annisa Rizki
Luar biasa
Muki Roh
bara jahat banget yaaa😭😭
Muki Roh
dasar si boro... licik
Susana Sari Sari
ceritanya biarpun panjang tp tidak sama sekali jd bosan thor...karyamu keren....
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺nada Mυɳҽҽყ☪️
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!