NovelToon NovelToon
Istri Rasa Selingkuhan

Istri Rasa Selingkuhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Cinta Seiring Waktu / Tunangan Sejak Bayi / Nikah Kontrak
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Desau

Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.

Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.

"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.

"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11 - Memikirkan Juga

Trista berulang kali menarik napas dalam-dalam sambil menata gaun yang baru selesai dijahit. Tangannya bergerak, tapi pikirannya tidak. Setiap kali jarum mesin turun, bayangan Andra seperti ikut menekan ingatannya. Kesalahan kemarin malam yang tak seharusnya terjadi, terus memutar di benaknya seperti film yang tidak bisa dihentikan. Dan yang paling membuatnya gelisah adalah, betapa dirinya tidak bisa marah sepenuhnya.

Astaga, "Tris… hentikan", gumamnya pada diri sendiri. Dia mencoba sibuk. Mengukur kain. Membantu pelanggan. Mengatur rak. Apa pun. Namun setiap kali dirinya berhenti sejenak, jantungnya mendadak memukul-mukul dada, dan bayangan wajah Andra, cara pria itu menatapnya dengan keterkejutan bercampur sesuatu yang tak terdefinisi, kembali menghampiri.

'Itu cuma kecelakaan. Hanya kecelakaan. Dan aku tidak boleh mengingatnya. Tidak boleh,' katanya dalam hati. Tapi larangan itu justru membuat pikirannya semakin intens.

Trista meremas kedua tangannya. “Ya Tuhan… kenapa jadi begini?”

Belum sempat dia mencari jawaban, bel berbunyi. Pintu butik terbuka. Trista mengangkat kepala, dan tubuhnya langsung menegang.

Regan masuk dengan langkah mantap, aura berbahaya yang kali ini dia bawa seolah memenuhi ruangan. Kemeja hitamnya rapi, jam tangan mahal melingkar di pergelangan tangan, dan tatapan matanya langsung terkunci pada Trista seperti radar.

“Sayang,” ucapnya sambil berjalan mendekat.

Trista mencoba tersenyum. “Regan?" dia menoleh ke kiri dan kanan karena tidak biasanya Regan berani masuk ke butik begini. Trista bergegas membawa Regan keluar butik untuk bicara.

“Aku lewat,” jawab Regan, meski Trista tahu pria itu tidak pernah sekadar lewat di mana pun. “Kupikir kita bisa makan siang bersama.”

“Ehm… boleh,” kata Trista. Suaranya sedikit goyah, dan dia tahu Regan mengetahuinya.

Pria itu mendekat dan mengecup keningnya. Gerakan sederhana, namun cukup membuat jantung Trista tak nyaman, bukan karena romantis, tapi karena rasa bersalah yang menekan dadanya.

“Bagaimana butik?” tanya Regan sambil menyapukan pandangan menyeluruh ke butik.

“Lancar saja,” jawab Trista. “Aku baru selesai beberapa pesanan.”

“Hm.” Regan tersenyum tipis, tapi matanya tajam. “Kamu terlihat… tidak fokus.”

Trista merasa kakinya melemah. 'Tolong jangan peka hari ini, Regan. Tidak hari ini.'

“Cuma kurang tidur,” katanya cepat. “Semalam… eh, ya begitulah.”

Regan memperhatikan wajahnya lama, terlalu lama. “Kau terlihat memikirkan sesuatu.”

Trista tertawa kecil, padahal jantungnya tersentak. “Enggak kok. Ayo makan?”

Regan mengangguk, meski tatapannya belum sepenuhnya percaya.

...***...

Di restoran, mereka duduk berhadapan di sebuah restoran kecil tak jauh dari butik. Regan memilih tempat yang agak tersembunyi, seperti biasa, ia selalu ingin menjaga privasi. Atau mengawasi. Atau keduanya.

Trista mencoba fokus pada menu, tapi huruf-hurufnya berubah menjadi blur setiap kali pikiran Andra kembali mengintrupsi kesadarannya. Cara pria itu terkejut, cara dia buru-buru memalingkan wajah, dan bagaimana tatapan mereka sempat bertaut hanya sepersekian detik.

Sepersekian detik yang terus terulang dalam ingatan Trista.

“Trista,” suara Regan memotong lamunannya.

Trista tersentak, hampir menjatuhkan garpu. “Ya?”

Regan mengangkat alis. “Aku bicara, tapi kamu tidak dengar.”

“Oh… maaf. Aku lagi kepikiran stok kain.”

“Kain,” ulang Regan dengan senyum tipis. “Kain sampai bisa membuatmu tak merespons sama sekali?”

Trista menelan ludah. “Ya. Banyak pesanan.”

Regan bersandar, wajahnya tetap tenang tapi matanya mengamati, membaca, menguliti. Ada yang salah. Dan Regan tahu itu.

“Aku tidak suka melihatmu gelisah,” ujar Regan pelan. “Ada yang membuatmu tertekan?”

“Tidak,” jawab Trista cepat.

“Tadi kamu berkali-kali melamun,” lanjut Regan. “Sekarang juga begitu. Kau bahkan tidak melihat aku sejak tadi.”

Trista berkedip, panik. “Bukan begitu. Aku cuma capek.”

Regan mengamati lagi, dan Trista merasa napasnya tercekik. Ia benci betapa mudahnya pria itu membaca perubahan kecil padanya.

“Apa ada seseorang yang membuatmu tidak nyaman?” tanya Regan dengan nada halus halus. Nada yang biasanya jatuh sebelum badai besar.

Trista menegakkan punggung. “Tidak ada. Regan… kamu terlalu khawatir.”

“Karena aku tahu kamu,” jawab Regan. “Dan saat kamu berbohong, matamu bergerak ke kiri.”

Trista membeku. Ia merasakan darahnya turun ke kaki.

Regan tersenyum kecil, bukan senyum lembut, tapi senyum seseorang yang sedang menghitung pola.

“Jadi, Trista… apa yang membuatmu tidak fokus hari ini?”

Trista menarik napas, mencoba menenangkan diri. Namun wajah Andra tiba-tiba muncul di benaknya lagi, senyum rapi pria itu, ketegangan di matanya, dan bagaimana tubuhnya terlihat saat handuk itu jatuh. Panas menyelinap ke leher Trista.nIa membuang pandang ke arah jendela, berusaha keras menjaga ekspresi agar tak terbaca.

“Aku cuma… banyak pikiran soal butik,” katanya akhirnya.

Regan tidak menimpali. Tidak mengangguk. Tidak percaya.nIa hanya menatap Trista lama, seolah sedang menilai apakah ia perlu mengorek lebih dalam.

Trista berpura-pura merapikan rambut, berharap Regan beralih topik. Namun tatapan pria itu tak berpindah sedikit pun.

'Astaga… kalau dia tahu... Tidak boleh. Tidak akan.' Trista memaksakan senyum, berharap cukup untuk meredakan kecurigaan.

Tapi tatapan Regan hanya semakin menggelap. "Jangan bilang, suamimu yang sekarang membuatmu begini?"

1
Tiara Bella
ternyata andra sm trista bersandiwara didpn Regan....tp Regan gk percaya
Rommy Wasini Khumaidi
Andra kan merasa dia pemenangnya...oh jelas dong,dia sah dimata hukum & agama,trs Andra juga sudah mendapatkan hatinya Trista
Cindy
lanjut
kalea rizuky
regan tulus bgt lo
Cindy
lanjut
Rommy Wasini Khumaidi
terserah kamu lah thor,aku hanya berharap takdir yang baik untuk mereka.
Tiara Bella
tuh kan langsung ketemu....mafia apa sh gk bisa ditemukan ..Andra sm trista gimana itu nasibnya
Ass Yfa
bener bngt mereka suami istri tapi kayak selingkuh...huh...🤣🤣
Rommy Wasini Khumaidi
mafianya beda,mungkin ini mafia tipe kadal yang bisa dibuayaain🤣
Cindy
lanjut
Tiara Bella
nikmatin dl aja bulan madu kalian....masalah mah tunggu nanti
Cindy
lanjut
Tiara Bella
skrng senang² dl gk tw entar
Cindy
lanjut
Tiara Bella
aduh Andra santai bngt gk tw apa yg dihadapi itu mafia.....
Vike Kusumaningrum 💜
Nginap aja, biar Regan kalang kabut 🤭
Rommy Wasini Khumaidi
nggak nginep aja nih dirumah orang tua biar gk kucing²an lagi
Rommy Wasini Khumaidi
lebih pintar malingnya dong,malingnya halal untuk menyentuh dan disentuh😁
Cindy
lanjut
Tiara Bella
makan malam yg hangat dan kekeluargaan ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!