Mengejar Cinta Tuan Leon.

...🔥🔥🔥...

...Keesokan harinya, Leticia kembali ke sekolah seperti biasa, akan tetapi ia tak terlihat ceria seperti biasa, ia nampak murung dan lebih banyak diam saat pelajaran berlangsung, membuat Jasmin yang ada di samping menatapnya penuh tanda tanya....

"Ada apa dengannya? Apakah Tuan Leon menolaknya? Perasaan kemarin dia tidak seperti itu?" batin Jasmin.

Kring!

...Bel sekolah berbunyi, dengan cepat para murid sekolah membereskan semua buku-buku mereka dan keluar dari dalam kelas, kini yang tertinggal Jasmin dan Leticia seorang diri....

"Ticia," panggil Jasmin melirik ke arah Leticia.

"Iya," sahut Leticia menoleh ke arah Jasmin dengan tatapan lesu penuh kesedihan.

"Kamu kenapa? Apakah Tuan Leon-"

"Jasmin, apakah bunuh diri itu baik?" potong Leticia diiringi air mata yang dalam sekejap mengalir dengan deras."Aku ingin menemui Mama... aku kangen... hiks, hiks, hiks."

"Hey... kenapa kamu bicara seperti itu?" ucap Jasmin mengusap air matanya Leticia dengan lembut."Tidak baik melakukan itu, karena kamu tidak akan bertemu dengannya," jelas Jasmin memeluk Leticia, karena ia tau, pasti sahabatnya itu sangat membutuhkan pelukan hangat untuk meringankan kesedihannya.

"Sekarang aku harus apa? Aku sangat tersiksa Min, aku ingin menemui Mama..." kelu Leticia menangis sesenggukan.

"Ssstttsss... tenanglah Leticia, ada aku disini," ujar Jasmin mengusap punggung Leticia dengan lembut.

"Wah! Ada apa ini?!" seru murid musuh bebuyutan Leticia berjalan masuk ke dalam kelas bersama komplotannya.

Jasmin pun melepaskan pelukannya menatap tajam ke arah mereka."Untuk apa kalian kemari, Anna?" tanya Jasmin.

...Anna tidak menjawabnya, ia terus berjalan masuk bersama komplotannya menuju ke arah Jasmin dan Leticia, lalu berdiri di samping Leticia....

"Dasar anak keras kepala, tumben hari ini kamu mewek? Apakah Papamu tidak membelikan kamu mainan lagi?" ejek Anna menatap Leticia.

"Anna, hentikan," sela Jasmin, bangkit.

"Diam kamu anak miskin!" bentak Anna menatap Jasmin."Ingat ya, kamu disini karena beasiswa, jadi kamu tidak perlu mengurus urusan orang-orang kaya seperti kami," lanjut Anna.

"Jasmin, ayo kita pergi," ucap Leticia menghapus air matanya dengan kasar, lalu bangkit meraih lengan Jasmin berjalan pergi meninggalkan kelas.

...Melihat reaksi yang Leticia, Anna pun ikut bertanya-tanya, apa yang sedang dialami oleh Leticia? Sehingga Leticia lebih memilih pergi tanpa membalasnya. Karena biasanya Leticia langsung membalasnya....

"Hhhmmm... menarik," batin Anna tersenyum penuh rencana menatap kepergian Leticia dan Jasmin hingga keduanya menghilang diambang pintu kelas.

...Leticia terus menarik Jasmin berjalan menelusuri lorong sekolah menuju taman yang nampak sepi. Sesampainya di sana, Leticia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku seragam sekolahnya, kemudian menghubungi seseorang....

"Halo Ma," ucap Leticia membuat Jasmin semakin bingung menatapnya.

"Iya sayang, apa kabarmu?" Suara Nyonya Silvia dari seberang ponsel menyapa Leticia dengan hangat.

"Aku ingin menikahi Leon, tolong bantu aku, aku akan melakukan apapun agar bisa menikahi Leon Ma," pinta Leticia to the poin, membuat kedua mata Jasmin membulat sempurna saat mendengar permintaannya.

"Apa kamu yakin sayang, karena-"

"Aku yakin Ma, 100% yakin," potong Leticia.

"Kamu pasti tau resikonya kan, Leticia?" tanya Nyonya Silvia memperingati Leticia dari seberang ponsel.

"Tau Ma, aku sudah siap menerima resikonya," putus Leticia tanpa berpikir dua kali.

"Baiklah. Besok akan ada acara penyambutan kepulangan putra kembarku dari luar negeri, Mama akan mengirim undangannya kepadamu," ucap Nyonya Silvia.

"Lalu Ma?" tanya Leticia kebingungan, karena ia ingin menikah, bukan menghadiri acara penyambutan.

"Datanglah... kamu akan tau setelahnya," jawab Nyonya Silvia, terselip rencana di setiap perkataannya.

"Oh, ok Ma, aku akan datang," ujar Leticia kebingungan, akan tetapi ia mencoba mengikuti perkataan Nyonya Silvia.

"Baiklah, Mama akan mengirim undangannya, bye."

"Bye.

...Panggilan telefon pun berakhir. Leticia nampak kebingungan menatap layar ponselnya, sambil mencoba mencerna setiap perkataan Nyonya Silvia yang tadi....

"Leticia," panggil Jasmin.

"Ah, iya," sahut Leticia sedikit tersentak melirik ke arah Jasmin.

"Kamu tidak akan melakukan hal aneh karena tergila-gila dengan Leon, kan?" tanya Jasmin menatap lekat kedua mata Leticia.

"Tidak kok, aku hanya ingin segera menikahi Leon. Takutnya nanti dia keburu tua dan jelek," elak Leticia berbohong.

"Tapi itu sangat beresiko Leticia, kamu pasti tau sendiri bagaimana sikapnya?" Jasmin mencoba menyadarkan Leticia, agar sahabatnya itu tidak tersiksa nantinya.

"Aku tau Jasmin," ucap Leticia dingin membalas tatapan Jasmin.

"Lalu?" ucap Jasmin tak percaya menatap Leticia.

"Aku hanya ingin menikahinya, apa masalahmu?" ujar Leticia.

"Leticia, aku hanya ingin-"

"Cukup Jasmin, aku bosan mendengar kata-katamu. Aku hanya ingin menikahi Leon, kenapa kamu terlihat tidak menyukainya?" potong Leticia mulai kesal.

"Maafkan aku Leticia, kalau aku sangat berisik. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu," lirih Jasmin menunduk sedih.

...Melihat reaksi Jasmin, Leticia pun merasa bersalah segera memeluk Jasmin....

"Maafkan aku Jasmin. Aku tidak berniat untuk memarahi kamu, tapi aku rasa menikahi Leon adalah jalan terbaik untuk menebus rasa bersalahku kepada Mama... maafkan aku," batin Leticia, kedua matanya berkaca-kaca memancarkan kesedihan yang amat dalam, kesedihan yang tak dapat ia curahkan kepada siapapun termasuk Jasmin, sahabat baiknya sendiri.

(Bersambung)