NovelToon NovelToon
DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Poligami / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

---

📖 Deskripsi: “Di Ujung Ikhlas Ada Bahagia”

Widuri, perempuan lembut yang hidupnya tampak sempurna bersama Raka dan putra kecil mereka, Arkana. Namun di balik senyumnya yang tenang, tersimpan luka yang perlahan mengikis keteguhan hatinya.
Semuanya berubah ketika hadir seorang wanita kaya bernama Rianty — manja, cantik, dan tak tahu malu. Ia terang-terangan mengejar cinta Raka, suami orang, tanpa peduli siapa yang akan terluka.

Raka terjebak di antara dua dunia: cinta tulus yang telah ia bangun bersama Widuri, dan godaan mewah yang datang dari Rianty.
Sementara itu, keluarga besar ikut memperkeruh suasana — ibu yang memaksa, ayah yang diam, dan sahabat yang mencoba menasihati di tengah dilema moral yang makin menyesakkan.

Di antara air mata, pengkhianatan, dan keikhlasan yang diuji, Widuri belajar bahwa bahagia tidak selalu datang dari memiliki… kadang, bahagia justru lahir dari melepaskan dengan ikhlas.

“Karena di ujung ikhlas… selalu ada bahagia.”


---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 PESAN TANPA NAMA

Nada dering pesan singkat memecah kesunyian ruang jaga yang temaram.

Raka menatap layar ponselnya, kening berkerut.

Nomor tak dikenal mengirim satu pesan pendek:

“Aku ingin bertemu. Tolong datang besok sore di D’Serene Café Ini penting.”

Tidak ada nama, tidak ada identitas.

Pesannya sederhana — namun ada nada halus di antara kata-kata itu, sesuatu yang terasa… terlalu pribadi.

Raka mengetik cepat.

“Siapa ini?”

Centang biru muncul, tapi tak ada balasan.

Hening kembali menguasai ruangan.

Ia menatap ponselnya lama, dada terasa sesak.

Ada firasat aneh, seperti badai kecil yang sedang menunggu di balik langit tenang.

Malam itu, Raka gelisah.

Bayangan wajah ibunya, suara lembut Widuri, dan pesan misterius itu berputar silih berganti di kepalanya.

Ia menatap langit dari jendela rumah sakit tempatnya berjaga, lalu berbisik pelan:

“Semoga ini bukan hal buruk…”

Keesokan harinya, pukul lima sore.

Café D’Serene tampak lengang.

Lampu gantung berwarna tembaga berayun lembut, membiaskan cahaya keemasan yang menembus kaca jendela besar.

Suasana sore itu terasa tenang, tapi di dada Raka justru berdebar.

Ia melangkah masuk, langkahnya ragu tapi mantap.

Pandangan matanya menyapu seisi ruangan — kosong, hanya beberapa pengunjung yang sibuk dengan laptop atau secangkir kopi.

Sampai suara lembut itu memecah udara.

“Mas Raka…”

Raka menoleh.

Dunia seakan berhenti sesaat.

Rianty berdiri di sana.

Gaun cream sederhana membingkai sosoknya yang anggun. Rambutnya terurai halus, bibirnya tersenyum — bukan senyum ramah, tapi senyum yang penuh tekad.

“Rianty…?” suara Raka nyaris bergetar.

“Jadi kamu yang ngirim pesan itu?”

Rianty duduk perlahan, gerakannya tenang tapi penuh percaya diri.

“Aku tahu kalau aku bilang langsung, kamu nggak bakal datang. Tapi aku harus bicara, Mas. Sekali ini aja.”

Raka menarik kursi dan duduk di seberangnya, menjaga jarak.

Tatapannya tajam, dingin, tapi di matanya ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan.

“Kamu tahu ini salah, kan? Dari mana kamu dapat nomorku?”

Senyum Rianty sedikit melebar. “Mas… aku ini bukan orang sembarangan. Mau cari nomor, alamat, bahkan jadwal siapa pun — mudah bagiku.”

Nada congkaknya membuat udara di antara mereka menegang.

Raka menarik napas pelan, mencoba menahan emosi.

“Rianty, kamu sadar nggak kamu udah ganggu hidup orang lain?”

“Aku nggak ganggu,” potong Rianty cepat, matanya menatap lurus.

“Aku cuma memperjuangkan apa yang aku rasa benar. Aku mencintai kamu.”

Kata-kata itu jatuh perlahan, tapi menghantam keras.

Raka menunduk sejenak, lalu menggeleng.

“Cinta kamu itu salah arah, Rianty. Aku punya istri. Dan aku mencintainya.”

Rianty terdiam. Matanya menunduk, tapi hanya sebentar.

Ketika ia menatap kembali, sorot matanya bukan lagi sedih — melainkan yakin.

“Mas pikir aku nggak tahu? Tapi cinta nggak butuh izin, kan? Aku tahu ini berisiko. Aku tahu mungkin aku akan terluka. Tapi aku siap.”

Raka terdiam, kedua tangannya saling menggenggam erat di atas meja.

“Rianty… tolong hentikan. Jangan cari aku lagi.”

Rianty menarik napas panjang.

Ia berdiri, merapikan gaunnya dengan elegan.

Tatapannya dingin, tapi suaranya lembut saat berkata:

“Kalau begitu, anggap saja ini pertemuan pertama sekaligus… awal dari perjuanganku.”

Ia melangkah pergi, meninggalkan aroma parfum lembut yang menggantung lama di udara.

Raka hanya bisa menatap punggungnya, dengan dada yang semakin sesak.

“Tuhan… kenapa harus begini?”

Ia bersandar di kursi, menutup wajah dengan telapak tangan.

Malam perlahan menelan kota.

Lampu jalan berkelip samar, cahaya oranye memantul di genangan air hujan sore tadi.

Raka berjalan pulang dengan langkah berat.

Bayangan Rianty terus menempel di pikirannya — tatapan itu, keyakinan itu, kata-kata yang terus bergema:

“Aku akan membuatmu menoleh…”

Ketika sampai di rumah, pintu sudah terbuka.

Dari ruang tamu terdengar suara lembut Widuri sedang menidurkan Arkana.

Biasanya, suara itu menenangkan. Tapi malam ini, justru menimbulkan rasa bersalah yang menghujam.

“Mas baru pulang?” tanya Widuri lembut, menatapnya dari sofa.

“Katanya hari ini nggak lembur?”

Raka berdeham, meletakkan tas di meja.

“Tadi… ada yang ngajak ketemu. Masalah kerjaan sedikit.”

Widuri hanya menatap, lama.

Ada sesuatu dalam cara Raka bicara — nada suaranya kaku, matanya tak berani menatap langsung.

Ia tersenyum kecil, tapi senyum itu kaku.

“Oh begitu… Mas makan dulu ya. Aku udah siapin di meja.”

“Ya,” jawab Raka pendek.

Ketika Widuri berbalik ke dapur, langkahnya sempat terhenti.

Ia menatap punggung suaminya yang duduk diam di ruang tamu, wajahnya tenggelam dalam bayangan lampu.

Dan dalam hati kecilnya, bisikan halus muncul:

“Kenapa rasanya seperti… ada sesuatu yang berubah?”

Malam semakin larut,,tapi widuri belum bisa memejamkan mata.

Baru mata akan terpejam nada pesan ponsel raka ber bunyi

Ponsel raka ti.dak ada sandi jadi widuri dapat melihat sekilas

Dari nomor tidak di kenal "selamat malam mas mimpi indah..."

Dahi widuri mengkerut dari siapa ya..

Apa mungkin dari ?....

#tbc

jangan lupa like vote komen and kirsan nya ya readers!!

Sorry kemarin ga up 3 bab soal nya author sibuk di dunia nyata

1
Intan Pandini
Ohh jadi sebelumnya pernah di suruh poligami ya sama keluarganya
Intan Pandini
Hmm jadi penasaran sama rianty ini, kira kira siapa ya
Intan Pandini
Shock banget tiba tiba di tanya boleh berbagi suami 😭 aku reflek bakalan ngamok kayak nya 🙏
Delwyn
Ngakak sampe geleng-geleng!
zanita nuraini: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Kovács Natália
Makin penasaran dengan twist ceritanya.
zanita nuraini: terimakasih sudah mampir cerita author
ditunggu kelanjutan nya ya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!