Ketika mimpi tidak sesuai dengan realita!
Kaira, seorang gadis sederhana, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis ketika dinikahi oleh pria kaya keturunan bangsawan terhormat, Kairo Archipelago Attar. Pria yang selama ini tampak ramah dan penuh pesona justru menunjukkan wajah aslinya setelah mereka menikah.
Bagi Kairo, Kaira bukanlah istri—melainkan pion. Tujuannya hanya satu: membuka kedok para pengkhianat dalam keluarga bangsawan Archipelago Attar, meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Namun, pernikahan itu menyeret Kaira ke dalam pusaran intrik, politik, dan dendam. Ia menerima penghinaan dan perlakuan kasar dari keluarga bangsawan yang membencinya. Di tengah kekacauan itu, hanya satu pertanyaan yang terus menghantui:
Apakah Kairo akhirnya akan membuka mata dan melindungi istrinya?
Atau tetap memilih mengorbankannya demi rencana yang sudah ia bangun?
“Aku menikahi mu untuk menghancurkan mereka… tapi justru aku yang hancur karena mencinta mu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Royals — BAB 11
KALINDI MENYEBALKAN
Selama menyibukkan diri di dapur, Kaira selalu menolak para pelayan yang ingin membantunya. Dengan senyuman ramah dia menolaknya lembut, sementara dari arah lain, Kalindi memperhatikannya bersama pelayan setianya bernama, Raka— seorang pria namun gayanya seperti wanita.
“Lihat! Dia berusaha mengambil hati keluarga Archipelago Attar. Astaga.... Dia akan menjadi boneka yang sangat baik!” kata Kalindi tersenyum menikmatinya.
“Bagaimana jika masakannya enak?” tanya Raka yang langsung ditoleh dan ditatap tajam oleh Kalindi.
Hingga dia kembali menatap ke arah dapur dengan senyuman licik.
...***...
Sementara di perusahaan milik Archipelago Attar. Nampak di dalam ruangan pribadi, Kairo tengah merenung usai menyelesaikan tugasnya, hingga dia menoleh ke belakang saat seseorang masuk dan menatap ke arahnya.
“Aku dengar kau menolak tanda tangan surat warisannya.” Kata Caesar yang tersenyum licik dan duduk santai di sofa tamu sampai Kairo berjalan menghampirinya.
“Ya, apa kau ingin menempati nya?!” tawar Kairo yang tersenyum kecil seolah mengejek, hingga Caesar menatapnya datar, lalu kembali tersenyum.
Keduanya terlihat santai-santai saja. “Ck, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tapi aku harap kau tidak terlalu gegabah soal surat wasiatnya!” ujar Caesar yang masih ditatap oleh Kairo yang juga ikut duduk di sofa.
Dengan penuh kecurigaan, dia berkerut alis saat Caesar mulai bangkit dari duduknya.
“Hanya itu yang kau bahas? Aku pikir kita akan membahas hal lainnya.” Kata Kairo yang kini membuat Caesar memasukkan kedua tangannya di saku celana, sekilas menunduk dan menoleh ke Kairo.
“Apa yang harus kita bahas lagi?”
Pria berkemeja putih itu mulus berdiri, menatap lekat kakaknya, datar dan terkesan santai. “Mungkin soal pembunuh yang membuat ayah kita tewas.” Kata Kairo yang seketika membuat Caesar langsung terdiam dengan tatapan tajam.
Kairo berjalan ringan ke arah meja kerjanya, sementara dia tak berhenti bicara serius. “Dokter mengatakan bahwa Sultan Wijaya meninggal karena serangan jantung, namun sebelum itu, aku sudah melihatnya lebih dulu. Ada sebuah bekas goresan pisau di tangannya. Apa menurutmu ayah bertengkar dengan seseorang saat itu?” Kairo menoleh ke arah Caesar yang masih diam.
“Kau yang paling pertama dan akhir, menemuinya. Kenapa tidak tanyakan dengan dirimu sendiri, Kairo.” Kata Caesar dengan nada dingin.
Kairo berbalik menatap kakaknya dengan senyuman kecil. “Ya... Kau benar! Tapi sayangnya bukan aku yang paling pertama menemuinya.”
Caesar semakin bungkam, mengepalkan tangannya saat dia menatap tajam ke Kairo. Karena baginya, Kairo lah yang harus bertanggung jawab atas kematian ayah mereka saat itu.
“Sebaiknya kita sudahi pembicaraan ini. Aku tidak tahu apa yang ingin kau cari sehingga menunda-nunda wasiat yang ayah serahkan kepada mu. Tapi cepatlah, jika tidak maka akan ada yang akan mengintainya.” Ical Caesar yang akhirnya melangkah keluar dari ruangan bersih nan luas itu.
Sementara Kairo masih menatap kepergian Caesar. Pria itu kembali ke meja kerjanya dan melihat ke arah komputernya yang terdapat sebuah cuplikan cctv di sana. Namun bukan Kairo yang ada di cctv, melainkan Kusuma, ibunya sendiri. Bukankah seharusnya Kalindi? Ya! Namun dengan kelicikannya, Kalindi sudah menghapus cuplikan tersebut.
Kini Kairo melipat kedua tangannya di depan bawah dadanya, tatapan matanya sangat serius kefokusan nya beralih ke arah koran yang tergeletak di meja kerjanya. Sebuah foto dirinya dan Kaira yang berdiri sejajar dengan senyuman ke arah kamera wartawan.
Pria itu terdiam menatap ke wajah Kaira sembari berkerut alis. “Gadis yang malang.” Decaknya yang kini beralih pergi tak peduli.
Sementara di Mansion Archipelago Attar. Kaira baru saja menyajikan masakannya di atas meja makan. “Aku harap Anda menyukainya!” kata Kaira tersenyum lebar menatap ke Kalindi yang duduk dengan tatapan sinis serta sombongnya.
Wanita berkebaya ungu itu mulai menatap ke sepiring makanan di sana. Kedua matanya membulat kaget melihat masakan sederhana itu. “Apa kau ingin menghinaku hah? Kau menyajikan makanan yang tidak pernah dan tidak akan bisa dimakan oleh keluarga bangsawan. Apa kau tidak punya malu, haiisss!!!” kesal Kalindi dengan tak suka dan bahkan makanan tersebut ia orak-arik sembari mencacinya.
Melihat itu, Kaira mencoba menahan dirinya dengan senyuman polos. “Ji-jika Anda tidak suka, aku akan membuat makanan yang Anda sukai— ”
“SUDAH! Selera makan ku sudah hilang. Entah apa yang Kairo lihat dalam dirimu, CK.”
Kalindi mulai bangkit dan menatap sekilas ke arah Kaira yang terdiam saat dia mendengar nama Kairo. Sungguh, dia sendiri tak percaya jika Kairo akan melakukan sandiwara seperti itu.
“Bersihkan kerusuhan ini, kau yang membuatnya, jadi kau yang bertanggung jawab membersihkannya sendirian. MENGERTI, SENDIRIAN!!!” tegas Kalindi di dua kalimat terakhirnya yang memberi kode untuk pelayan-pelayan di sana agar tidak ada yang boleh membantu Kaira.
“Jangan ada yang membantunya.” Lanjutnya yang setelah itu pergi meninggalkan tempat tersebut bersama Raka si pembantu setia.
Kairo tak percaya kalau dia akan diperlakukan sedikit tidak ramah oleh keluarga Archipelago Attar yang selalu ia idolakan karena keramahan hati dan kesederhanaan hati mereka di depan publik.
Kaira menatap ke hidangan yang dia masak. “Sangat berantakan!” gumam nya pasrah dan mulai membersihkan nya.
Jbrett! Dengan langkah tanpa henti, Kalindi sampai di ruangan Raziq, dimana pria itu sedang duduk di meja kerjanya dan sibuk.
“Apa Kairo sudah menandatangani nya?” tanya Kalindi menatap tegas ke Raziq.
“Belum. Dia menundanya.”
“Ck, sialan! kenapa anak itu tidak menolaknya saja, kenapa harus ditunda. Seharusnya kau lebih tegas— ”
“Tegas yang hanya akan memakan kecurigaan lebih jelas, Kalindi.” Tegas balik Raziq yang kini menatap ke arah Kalindi yang nampak berkernyit kening heran.
“Aku rasa Kairo memiliki rencananya sendiri. Jika kau sering kemari, itu hanya akan menimbulkan kecurigaan saja.” Jelas Raziq yang semakin membuat Kalindi terdiam dengan tatapan tak percaya.
“Jadi maksudmu... Kairo sudah mengetahui sesuatu?”
“Aku tidak yakin, tapi aku sangat yakin.... Dia akan segera bertindak, berhati-hatilah dengan rencana jebakan yang mungkin tidak kita ketahui, katakan juga kepada Caesar agar dia bisa mengontrol emosinya.” Tegas Raziq yang kini kembali menyibukkan dirinya, namun dia juga tidak lupa mengusir Kalindi dari ruangannya agar tidak dicurigai oleh siapapun di sana, termasuk para pelayan.
“Sialan!” gerutu Kalindi yang menatap sinis ke arah Raziq, lalu pergi.
Sementara di dapur, Kaira menyelesaikan tugasnya saat dia harus kembali ke kamar karena tak ada lagi yang perlu ia kerjakan di sana. Namun, ia berpapasan dengan seorang pelayan cantik yang membawa nampan berisi segelas jamu.
“Maaf, kau akan mengantarnya untuk siapa?” tanya Kaira yang akhirnya memberanikan diri untuk berbicara di sana.
“Ini untuk nyonya Kusuma.” Jawab pelayan tadi yang menundukkan kepalanya penuh hormat.
“Biarkan aku yang membawanya, aku akan memberikannya kepada nyonya Kusuma.” Ucap Kaira dengan tulus. Karena semalam dia tidak sempat menemui ibu mertuanya itu. Dan Kairo juga tak setuju bila istrinya bertemu dengan ibunya.
...°°°...
Hai Guyssss!!!!! Gimana ceritanya, bagus atau jelek. Semoga kalian masih suka ya dengan ceritanya, dan iya.... Mohon dukungannya agar aku tetap semangat menulis walaupun banyak sekali kendala yang tidak membuatku semangat huhuhu 🤧
Ya, itu saja untuk hari ini. Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!
Thanks and See Ya ^•^
Trus u Kaira jg dibiat menye2 lah karakternya. Calon istri sultan harus badas dan cerdik bukan malah senyum2 sendiri blm2 bayangin anak sultan
apakah kalindi memenjarakan seseorang..
jd musuh yg sebenarnya kalindi & raziq anggota keraja,an sendirikah???
kaira mencari tahu krn merasa di sudutkan oleh kelg suaminya & bahkan suami nya jg menyuruh nya mencari dalang kematian ibu nya ..
kaira itu sebenarnya tegas & pemberani..
cuman dia kesal karena merasa kairo memanfa,atkan nya 🙂🤣😂😍🫢🤭