Bayinya tak selamat, suaminya tega berkhianat, bahkan ia diusir dan dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertua.
Namun takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi Ibu Susu untuk bayi seorang mafia berhati dingin. Di sana, Sahira bertemu Zandereo Raymond, Bos Mafia beristri yang mulai tertarik kepadanya.
Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas sakit hatinya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 | HANYA UNTUK SAHIRA
Lengan Zander yang kokoh langsung ditarik Balchia, memaksa tubuh suaminya menjauh dari Sahira. Mata Balchia menyala, penuh kecemburuan yang membakar.
"Sayang, kenapa kau pulang bersama wanita ini?" Suara Balchia memelan, bergetar manja, namun tatapannya menajam ke arah Sahira. "Kau harus tahu, dia pasien rumah sakit jiwa. Usir dia, sebelum penyakitnya menular ke anak kita..."
Jari telunjuk Balchia yang ramping mengarah telak ke Sahira. Tubuh Sahira pun menegang. Ia meremas jemari tangannya yang saling bertautan, sementara kepalanya menunduk dalam, rasanya ingin menyembunyikan diri dari tatapan menghakimi itu.
Hansel yang berada di sana, menatap bingung. "Pasien rumah sakit jiwa? Bagaimana Anda tahu soal itu, Nona?" Tanyanya, nada suaranya penuh keraguan. Hansel sudah memeriksa latar belakang Sahira, dan tidak ada satu pun catatan tentang hal itu.
Pertanyaan Hansel melayang di udara, menusuk tepat pada intinya. Zander dan Sahira pun sama-sama menuntut jawaban. Terutama Sahira, ia yakin Rames tak pernah membeberkan aib keluarganya ke publik, jadi bagaimana mungkin Balchia tahu?
Jantung Balchia berdetak kencang. Ia tahu kebenaran itu berasal dari Juliana, tapi ia tidak bisa jujur. Mengakui sumbernya akan meruntuhkan seluruh rencananya. Wajahnya yang semula penuh percaya diri, kini menunjukkan jejak-jejak kepanikan.
"Aku... aku kenal suaminya!" Balchia mencoba mengendalikan diri, kata-katanya penuh akan kebohongan. "Dia pernah bercerita kalau istrinya gila, terus dikirim ke rumah sakit jiwa. Dia pasti ke sini mau menghancurkan rumah tangga kita, sayang. Atau... bisa jadi dia mau menculik anak kita!"
Zander mendengus, menatap Balchia dengan pandangan dingin yang membuat wanita itu bergidik. Dengan kasar, ia melepaskan tangan Balchia dari lengannya. "Kau kenal Rames dari Ra-Beauty? Kenal dari mana?" Suara Zander rendah dan tajam, penuh selidik.
Sahira, yang masih tertunduk, ia merasakan hatinya mencelos. Tangannya meremas lebih kuat. Pikirannya dipenuhi gambaran Rames yang dekat dengan banyak wanita. 'Apa dia juga salah satu mantan Rames?' Pikirnya. Rasa kecewa yang mendalam merayap di hatinya.
"Di-dia teman sekolahku dulu," ucap Balchia tergagap. "Kami tak sengaja bertemu di acara amal sebelum aku melahirkan, ingat, kan?"
"Tidak!" jawab Zander singkat. Ia tidak pernah datang ke acara itu. Yang datang hanya orang tuanya, dan Balchia.
Balchia mendengus kesal, menyilangkan tangannya di dada. "Cih, inilah kenapa aku sering marah, kamu selalu lupa apa yang terjadi kepadaku."
"Terserah, aku nggak peduli!" Zander menoleh ke Hansel. "Hans, bawa semua barang Sahira ke kamarnya."
"Eits... dia tidak boleh masuk!" Balchia merentangkan kedua tangannya, menghalangi pintu.
"Kenapa, Nyonya?" tanya Hansel.
"Dia sudah dipecat sama Kakek! Dia nggak boleh kerja lagi di sini!" sergah Balchia, melirik jijik ke arah Sahira yang sedang menimang bayinya.
Namun, sebelum Hansel sempat bereaksi, Zander mendorong tangan Balchia dan menarik pergelangan tangan Sahira.
"Zander!" teriak Balchia, namun Zander mengabaikannya. Pria itu terus melangkah, membawa Sahira bersamanya. Hansel bergegas mengikuti, takut kena amarah Balchia.
Balchia, diliputi amarah dan keputusasaan, berlari ke kamar Raymond, berharap pria tua itu bisa mengusir Sahira lagi. Tapi Raymond sedang tidur siang. "Arghh... lama-lama aku yang sinting di sini!" umpat Balchia.
Di sisi lain, Sahira yang gemetar berjalan di belakang Zander. "Tuan, apa tidak apa-apa saya kembali ke sini? Bagaimana jika Tuan Besar kembali mengusir saya?" bisiknya, matanya menunduk, ketakutan dibentak dan dihina lagi.
Zander berhenti, berbalik, dan berdiri di hadapan Sahira. "Nggak usah takut," katanya, suaranya melembut, "saya sendiri yang akan melindungimu."
Mendengar itu, Hansel bergidik geli. Zander tampak seperti pahlawan kesiangan yang menginginkan simpati Sahira.
Sahira mendongak, mata mereka bertemu. Jantungnya berdebar, rasa malu menjalar di wajahnya. Cepat-cepat, ia menunduk kembali.
"Terima kasih, saya akan bekerja dengan baik, Tuan!" ucap Sahira sambil membungkuk lalu melirik bayi perempuannya yang sudah pulas di kasur.
"Oh ya, nama anak Mbak Sahira siapa?" tanya Hansel.
"Beby Zaena! Itu, namanya!" seru Zander, sebelum Sahira bicara.
"Hm, nama yang bagus, Mbak!" puji Hansel. Namun, ia langsung terdiam saat Zander menatapnya tajam.
"Cih, nama dariku tidak pernah jelek!" kata Zander, membuat Hansel mengerutkan dahi.
"Ha? Maksudnya, Tuan Bos yang kasih nama bayi ini? Kenapa begitu?" Hansel menunjuk ke Beby Zaena yang tiba-tiba tersenyum dalam tidurnya, seolah mengerti percakapan mereka.
"Suaminya tak sudi beri nama untuk anaknya. Jadi, biar saya saja yang kasih nama. Tidak apa-apa kan, Sahira?" Zander menatap Sahira, yang mengangguk pelan. Senyum tipis terukir di bibir Zander, ekspresi yang sangat langka.
Hansel terkejut. Bos mafia berhati es itu bisa tersenyum. Dan senyum itu hanya untuk Sahira.
"Kalau ada orang yang mengganggumu, lapor kepadaku langsung." Zander menyerahkan sebuah iPhone keluaran baru membuat Sahira terperangah. Ponsel mahal itu, bahkan Rames tak sudi membelikannya. Baru sehari bekerja, ia sudah mendapatkan hadiah. Hansel pun terheran-heran, Bosnya lebih perhatian pada Sahira daripada Balchia.
Setelah itu, Zander mengajak Hansel pergi ke markasnya. Kata "markas" membuat Sahira bertanya-tanya. Apakah dia polisi? Tentara? Atau penguasa? Keluarga Raymond terkenal sebagai pebisnis ulung, tapi kenapa ke markas, bukan kantor?
"Ah, sudahlah. Lebih baik aku istirahat di samping Beby Zaena-ku." Sahira mengecup pipi bayinya, memeluknya dengan lembut.
"Oaak... Oaakk..."
Belum sempat Sahira terpejam, suara tangis bayi terdengar. Ia menengok bayinya, tapi Beby Zaena masih tidur. Tangisan itu semakin dekat, dan ternyata suara itu berasal dari Beby Zee yang dibawa Mauren.
"Sahira, saya senang sekali kau kembali," Mauren tersenyum tulus. "Apa kau bisa menenangkan Beby Zee? Dari tadi dia menangis terus."
Sahira menerima Beby Zee ke dalam dekapannya. Ajaib, tangis bayi itu langsung reda. Mauren menghela napas lega, tapi saat itu juga, Beby Zaena membuka matanya dan mulai rewel.
"Sahira, kau susui dulu Beby Zee, biar saya yang urus bayimu." Mauren mengambil Beby Zaena. Seketika, bayi itu tenang dalam pelukan Mauren.
"Oh, sepertinya dia menyukaiku, Sahira, haha," tawa Mauren. Ia merasa senang menggendong bayi perempuan yang menggemaskan, sebuah pengalaman pertama baginya.
Tawa itu seketika sirna saat ia mendengar isakan Sahira. Mauren terkejut melihat wanita itu menangis.
"Ada apa denganmu, Sahira? Apa cucuku menggigitmu?" tanya Mauren, duduk di sebelahnya.
Sahira menggeleng. Hatinya bergejolak, ingin meluapkan semua kesedihan yang ia pendam. Ia teringat Marisa, ibu mertuanya, yang menolak menggendong Beby Zaena dan mengatakan bayi itu adalah aib bagi keluarga mereka. Melihat Mauren menggendong bayinya dengan penuh kasih, air mata Sahira tak bisa dibendung lagi.
Mengetahui penderitaan Sahira, mata Mauren berkaca-kaca. Dengan lembut, ia memeluk Sahira. "Tidak apa-apa, Nak. Di sini kau akan dihargai. Tante yang akan melindungimu dari mereka."
Di luar kamar, Balchia menguping. Cih! Aku harus menyingkirkan dia segera mungkin! batinnya, api amarah kembali berkobar. Tapi bagaimana caranya kalau dia ada di sini?
Balchia mondar-mandir, memutar otak. Keamanan rumah itu sangat ketat, CCTV dan mata-mata Zander tersebar di mana-mana. Ia menjambak rambutnya, frustrasi. "Argghh... kenapa sesulit ini!"
Seorang pembantu yang melihatnya, berbisik pada temannya, "Kasihan Nyonya Chia. Gara-gara nggak punya ASI, dia mulai gila."
"Suka bicara dan marah-marah sendirian," sambung yang lain, menatap Balchia yang kini berputar-putar seperti baling-baling helikopter.
Tbc… 🌹
nanti tuh cebong berenang ria di rahim istri mu kamu ga percaya zan
Duda di t inggal mati rupa ny... 😁😁😁
makaberhati2 lah Sahira
fasar hokang jaya