Di bawah rembulan yang dingin, seorang jenderal berdiri tegak, pedangnya berkilauan memantulkan cahaya. Bukan hanya musuh di medan perang yang harus ia hadapi, tetapi juga takdir yang telah digariskan untuknya. Terjebak antara kehormatan dan cinta, antara tugas dan keinginan, ia harus memilih jalan yang akan menentukan nasibnya—dan mungkin juga seluruh kerajaannya. Siapakah sebenarnya sosok jenderal ini, dan pengorbanan apa yang bersedia ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Fha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Yu Zhang terbangun di tengah malam karena bermimpi buruk dengan jantung berdebar kencang. Samar-samar, ia melihat sosok Xin Lan berdiri di samping tempat tidurnya.
"Xin Lan?" bisiknya, masih setengah sadar.
Tanpa menjawab, Xin Lan tiba-tiba naik ke ranjang dan merebahkan diri di atas tubuh Yu Zhang. Yu zhang Kaget bukan main, ia masih berusaha mencerna situasi yang membingungkan ini. Ia mencoba melepaskan Xin Lan, namun gadis itu menahannya dengan erat. Yu Zhang menghela napas pasrah.
"Xin Lan, Bangunlah! Kenapa kau tidur disini?" tanyanya lembut, mencoba tidak panik.
Xin Lan hanya diam, matanya terpejam. Yu Zhang merasakan napas Xin Lan yang hangat menerpa Lehernya. Ia bisa mencium aroma lavender samar dari rambut Xin Lan yang membuatnya menelan salivanya. Dalam hati, Yu Zhang bertanya-tanya Apakah ia sedang mengigau?
Perlahan, Yu Zhang mencoba membangunkan nya namun gadis itu tidur terlalu nyenyak,yu zhang akhirnya menggeser tubuh Xin Lan agar tidak sepenuhnya menindihnya. Ia khawatir Xin Lan akan merasa tidak nyaman jika terus berada dalam posisi seperti ini. Dengan hati-hati, ia memeluk Xin Lan dan membaringkannya di sampingnya. Xin Lan tidak menolak, ia justru semakin mendekat dan memeluk Yu Zhang dengan erat.
Tangan Yu Zhang tanpa sadar mengusap rambut Xin Lan dengan lembut. Entah mengapa Ia merasa kasihan pada gadis itu. Selama perjalanannya bersama gadis itu,Ia tahu bahwa Xin Lan adalah gadis yang kuat dan mandiri, tetapi di balik itu semua, yu zhang tahu,gadis itu memiliki sisi rapuh yang jarang ia tunjukkan. Perasaan ingin melindungi Xin Lan muncul di pikirannya.
"Astaga..," bisik Yu Zhang pasrah.
Tak lama kemudian, Yu Zhang merasakan napas Xin Lan mulai teratur. Ia tahu bahwa Xin Lan sudah tertidur lelap. Yu Zhang mempertahankan posisinya agar tidak membangunkan gadis itu.
Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah-celah jendela, membangunkan Xin Lan dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Saat ia membuka mata sepenuhnya, ia terkejut mendapati dirinya berada di dalam pelukan Yu Zhang.
"Yu Zhang?" gumamnya bingung.
Yu Zhang membuka matanya dan menyeringai jahil pada Xin Lan. "Selamat pagi, Putri Tidur," sapanya dengan suara serak khas bangun tidur. "Nyenyak sekali tidurnya, ya?"
Xin Lan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. wajahnya langsung merah. "Maafkan aku," ucapnya lirih. "Aku tidak tahu mengapa aku bisa berada di sini."
Yu Zhang membalikkan tubuh Xin Lan menjadi dibawahnya dan menatapnya dengan tatapan menggoda. "Tidak apa-apa," jawabnya. "Malahan aku senang ditemani bidadari cantik semalaman. Tapi, lain kali jangan tidur di atasku, ya? Berat tahu!" Yu Zhang tertawa kecil, membuat Xin Lan semakin salah tingkah.
" Hei ini sudah pagi! Jangan bercanda!" seru Xin Lan, berusaha menutupi kegugupannya. "Ke...kenapa kau tidak membangunkanku?!"Ucap Xin Lan .
"Membangunkanmu?" Yu Zhang pura-pura berpikir. "aku hanya merasa itu seperti Sayang sekali kalau dilewatkan. Lagipula, Wajahmu lucu sekali saat tidur."
"Yu Zhang!" Xin Lan mencubit lengan Yu Zhang, membuat pemuda itu berpura pura meringis kesakitan.
"Aduh, sakit!" keluh Yu Zhang.
"Sudah, jangan menggodaku terus!" Xin Lan mencoba mendorong yu zhang. "Hey! Cepat lepaskan aku! Kita harus pergi!"
"Lho, mau kemana?" tanya Yu Zhang, dengan nada kecewa yang dibuat-buat. "Aku kan masih ingin berduaan denganmu."
"Dalam mimpi mu!" jawab Xin Lan ketus.
Xin Lan tak menyangka pemuda yang biasa terlihat dingin dan tak peduli apapun kini terlihat berbeda di matanya. Yu Zhang yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang sulit didekati, Aneh ,dan lugu, kini justru menggodanya dengan nada jenaka. ia tidak tahu apa yang terjadi padanya semalam, meski memalukan, entah kenapa membuat jantungnya berdebar tak karuan.
"Sudah, jangan mengejekku terus!" seru Xin Lan, berusaha menutupi kegugupannya. Ia mencoba untuk berusaha melepaskan diri dari Yu Zhang, sambil mencari alasan untuk mengalihkan pembicaraan.
Yu Zhang tersenyum santai, menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. "Kenapa harus marah? Aku justru senang ada yang menemaniku tidur."
" senang?! aku yakin kamu pasti senang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan."Bantah Xin lan
"Hei, tuduhanmu itu tidak berdasar," balas Yu Zhang, pura-pura tersinggung. "Aku ini pria baik-baik, tahu."
"Baik-baik dari Hongkong!" sindir Xin Lan. "Kalau kamu pria baik-baik, kenapa semalam tidak mendorongku menjauh?"
Yu Zhang terkekeh. "Mendorongmu menjauh? aku tidak setega itu untuk membangunkanmu. Kamu semalam terlihat sangat pulas."
"Kau!" Xin Lan memutar bola matanya. "Pasti kamu diam-diam mengambil keuntungan, kan?"
"Keuntungan apa nona xin?" tanya Yu Zhang, dengan nada polos yang dibuat-buat. "Aku hanya memastikan kamu tidak jatuh dari ranjang."
"Jangan bohong!" Xin Lan mendekat ke arah Yu Zhang, menunjuk-nunjuk dadanya. "Aku tahu kamu pasti senang!"
Yu Zhang meraih tangan Xin Lan yang menunjuk dadanya, menggenggamnya erat. "Memang senang," bisiknya, matanya menatap Xin Lan dengan intens. "Siapa yang tidak senang ditemani gadis cantik seperti kamu?"
Xin Lan terdiam, jantungnya berdegup kencang. Ia berusaha menarik tangannya dari genggaman Yu Zhang, namun pemuda itu justru semakin mempereratnya.
"Tunggu? Apa selama ini kau tidak pernah pacaran?!"
Xin Lan Terdiam,Ia nampak menyangkal tapi wajahnya kembali memerah.
"Hey..., Ternyata benar! sang jenderal belum pernah pacaran ya!?" balas Yu Zhang, tertawa terbahak-bahak.
"Yu Zhang, Hentikan ! Cepat Lepaskan!," kata Xin Lan, berusaha menjaga jarak.
"Memang kenapa kalau aku macam-macam?" goda Yu Zhang. "Kamu takut?"
"Kau! Ten...tentu saja tidak!" sangkal Xin Lan, meski dalam hatinya ia mengakui bahwa ia sedikit takut. Yu Zhang yang sekarang terasa begitu berbeda, begitu menggoda, dan begitu sulit untuk ditolak.
"Kalau tidak takut, kenapa wajahmu merah begitu?,Hei jangan bergerak sembarangan!" Bisik Yu Zhang, semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Xin Lan.
Xin Lan menelan ludah. Ia tahu ia tidak bisa terus menghindar. Ia harus mengakhiri permainan ini sebelum semuanya menjadi semakin rumit.
"Sudah, hentikan," ucap Xin Lan tegas, menarik tangannya dengan paksa. "kita harus pergi."
yu zhang akhirnya melepaskannya,Xin Lan langsung berjalan cepat menuju pintu, meninggalkan Yu Zhang yang tersenyum penuh kemenangan. Dalam hati, Xin Lan mengakui bahwa Yu Zhang berhasil membuatnya kehilangan kendali. Ia tidak menyangka, pemuda dingin itu ternyata memiliki sisi yang begitu menggoda dan berbahaya.
...
Xin Lan meraba dadanya yang berdebar, tak bisa memungkiri perasaan senang karena bisa tidur di sisi Yu Zhang. Mungkin... hanya mungkin... benih cinta mulai tumbuh di hatinya.
Namun, kebahagiaan itu melunakan kewaspadaannya. Xin Lan tersentak dari lamunan saat Yu Zhang tiba-tiba mendorongnya.
"Awas!" serunya.
Desingan tajam! Sebuah anak panah melesat, nyaris mengenai bahu kiri Xin Lan.
Tiba-tiba, seorang kakek aneh muncul di hadapan mereka. Rambutnya awut-awutan, matanya liar, pakaiannya compang-camping. Dialah kakek Liu, si "gila" yang dikasihani penduduk desa.
"Xiao mei?... Liu Mei Lan?!" Kakek liu menatap Xin Lan dengan tatapan kosong. "Kau... putriku?"
Xin Lan mengerutkan kening. Kakek ini benar-benar aneh.
Tanpa diduga, Kakek Liu meraih tangan Xin Lan. "...Xiao mei, putriku~ Maafkan ayahmu yang payah ini..." Matanya berkaca-kaca, seolah dihantui masa lalu yang kelam. "Aku... aku tidak bisa menyelamatkannya..."
Seorang wanita berlari menghampiri mereka, yang merupakan salah seorang warga desa yang mungkin mengenal kakek Liu.
"Kakek Liu, Anda salah mengenali orang lagi! Ah, maafkan Kakek ini, Tuan dan Nona Muda, dia sedang kambuh," ucapnya panik.
"Tidak perlu minta maaf, kami tidak apa apa," jawab Yu Zhang, membantu Xin Lan berdiri.
Kakek Liu tiba-tiba menggeleng keras, kembali bertingkah aneh. "... terlalu lemah! Kau tidak akan bisa bertahan!" teriaknya sambil menunjuk Xin Lan.
Ia menerjang Xin Lan dengan kecepatan tak terduga. Bahkan Yu Zhang tak sempat menghalangi. Kakek Liu menyentuh titik tertentu di tubuh Xin Lan, membuatnya pingsan seketika.
Meski renta, Kakek Liu sangat kuat. Ia menggendong Xin Lan dan membawanya pergi. Yu Zhang mengejar, ia dibuat tercengang oleh kecepatan Kakek Liu yang melampaui Langkah Hantu miliknya.
Mereka berhenti di sebuah pekarangan rumah sederhana. Yu Zhang hendak menyerang, namun Kakek Liu menghentikannya.
"Apa kau ingin lukanya semakin parah?"
Yu Zhang menoleh, melihat luka gores akibat panah di bahu Xin Lan menghitam dengan cepat.
"Kau! apa yang sudah kau lakukan padanya ?!" geram Yu Zhang.
"Daripada bertingkah tak jelas, lebih baik kau obati dia," balas Kakek Liu tenang.
Yu Zhang bingung.
"Aku tahu kau berasal dari Sekte Teratai?. Bukankah Sekte Teratai ahli dalam racun? Cepat selamatkan putriku!" Ucapan Kakek Liu membuat Yu Zhang tersentak, namun entah kenapa ia menuruti perintahnya.
Dengan cekatan, Yu Zhang membersihkan dan mengobati luka gores yang menghitam. Namun, ia merasa risih karena Kakek Liu terus mengawasinya dengan tatapan intens.
"Bukankah menantuku seorang pangeran? Kenapa malah jadi anak ingusan begini? Apa aku sudah mengalami perjalanan waktu?"
"Hei, bocah... Apa kau..." Kakek Liu hendak bertanya, namun Yu Zhang menyela.
"Tuan Liu, saya sedang berkonsentrasi, mohon jangan bertanya dulu," ucap Yu Zhang tanpa mengalihkan pandangan dari luka Xin Lan.
"Hmm? Bagaimana dengan putriku?" tanya Kakek Liu cemas.
Yu Zhang masih merasa aneh dengan ucapan Kakek Liu yang terus menganggap Xin Lan sebagai putrinya. "Dia akan baik-baik saja, syukurlah racunnya belum menyebar luas," jelas Yu Zhang. Namun, saat menoleh, Kakek Liu sudah menghilang entah ke mana. Setelah kondisi Xin Lan dirasa cukup stabil,Yu Zhang memutuskan untuk pergi ke hutan untuk mencari bahan obat tambahan dan sayuran liar untuk dimakan, mengingat perbekalan mereka semakin menipis.
Matahari sudah naik, Xin Lan akhirnya tersadar. Ia berjalan gontai keluar dari kamar tidur asing itu.
Belum sampai di pekarangan, Kakek Liu yang duduk di kursi goyang dengan kipasnya menyadari keberadaan Xin Lan.
"Jangan berkeliaran," ucapnya tanpa menoleh. Xin Lan mengabaikannya dan tetap berjalan keluar. Kakek Liu berjalan cepat dan menghadang Xin Lan.
"Tuan Liu, terima kasih sudah merawatku. Aku harus segera pergi. Suatu saat aku akan membalas kebaikan Anda," ucap Xin Lan tulus. Namun, ke mana pun Xin Lan melangkah, Kakek Liu selalu menghadang.
"Kakek Liu, saya minta maaf jika selama saya dan rekan saya tinggal di sini mengganggu Anda," ucap Xin Lan lagi, mencoba sabar.
Kakek Liu tetap membisu.
Xin Lan mencoba melewatinya lagi, namun Kakek Liu tetap menghadang, membuat Xin Lan geram.
"Tuan Liu, maafkan aku, aku tidak punya pilihan lain."
Xin Lan mencoba melewatinya dengan Langkah Angin, namun terkejut. Secepat apa pun ia bergerak, Kakek Liu selalu bisa menghadangnya. Xin Lan tak punya pilihan selain melawannya.
Xin Lan meraih sapu dan melancarkan serangan Tarian Naga. Kakek Liu hanya tersenyum tipis. Bahkan teknik Tarian Naga yang ia kuasai dengan sempurna, kalah di hadapan Kakek Liu dengan mudah. Namun, Xin Lan justru tersenyum. Baru kali ini ia mendapatkan lawan yang sekuat ini. Bahkan gurunya, Feng Yan, pernah kalah darinya dengan teknik ini.
Xin Lan terus melancarkan serangan. Kakek Liu juga tersenyum melihatnya.
"Kau memang berbakat, tapi kau masih belum kuat," ucapnya meremehkan, membuat Xin Lan jengkel.
Yu Zhang yang baru pulang terdiam melihat Xin Lan dan Kakek Liu bertarung. Sebagai seorang jenderal pembunuh, Yu Zhang mengakui kehebatan Xin Lan. Namun, yang membuatnya terpana adalah Kakek Liu tampak santai menghadapi serangan-serangan Xin Lan.
Yu Zhang terkejut. Memorinya seolah kembali ke kejadian saat pembantaian keluarganya. Xin Lan menggunakan gerakan yang pernah dilakukan oleh salah seorang pembunuh yang membunuh orang tuanya. Hal itu membuatnya gemetar.
Kakek Liu terkejut saat melihat giok yang mengalungi leher jenjang gadis itu keluar dari balik hanfu-nya. Ia langsung merebut kalung itu dan menghentikan pertarungan.
"Darimana kau mendapatkan kalung giok ini?!" ucapnya dengan nada mendesak.
Xin Lan terdiam kebingungan, menatap giok usang itu.
"Ini sudah ada sejak aku lahir."
Kakek Liu mendekat, matanya meneliti giok itu dengan seksama. "Giok ini... Giok ini milik keluarga Liu! Siapa namamu?"
Xin Lan menatap Kakek Liu dengan curiga. "Namaku Xin Lan. Kenapa Anda begitu tertarik dengan kalung ini? Ini hanya giok pasaran,Kakek tua tolong kembalikan padaku."
"Xin Lan... giok Keluarga Liu... Ini tidak mungkin..." Kakek Liu menggelengkan kepalanya, tampak linglung. "Siapa orang tuamu? Ceritakan padaku!"
Xin Lan mengerutkan kening. "Aku bahkan tidak tahu siapa orang tuaku. Yang aku tahu, aku dibesarkan di panti asuhan,dan kalung giok itu sudah ada padaku sejak aku lahir."
Kakek Liu meraih tangan Xin Lan, air mata mulai mengalir di pipinya. "Panti asuhan? gadis muda kau jelas jelas berbohong padaku,Aku mengamati keterampilan yang kau gunakan tadi bukanlah teknik biasa itu adalah teknik tarian naga ,teknik itu hanya di wariskan oleh Klan Feng,Kenapa kau bisa melakukannya? Siapa yang mengajarimu?... "
Sederetan pertanyaan dari kakek Liu membuat Xin Lan tertegun,Ia bertanya tanya kenapa kakek ini tahu banyak tentangnya terutama tentang masternya.
Yu zhang tidak terkejut mendengarnya karena ia sudah mengetahui identitas asli Xin Lan,Akan tetapi Nama kakek Liu yang terdengar familiar membuatnya berusaha mengingat sesuatu.
Kakek Liu menggenggam tangan Xin Lan,air matanya mulai mengalir."Tapi....,Soal giok ini...,ini tidak mungkin bohong!"Ucapnya dengan mata berbinar-binar.
"Tch! kenapa anda terus membicarakan omong kosong? aku harus pergi."Ucap Xin Lan.
Yu zhang langsung menghampiri mereka berdua.
"Ah..,Tu..tuan Liu, ma.. maafkan rekan saya,dia tidak bermaksud untuk berniat seperti itu,Kami memang harus pergi."Namun sepertinya ucapan Yu zhang tidak dipedulikan oleh Kakek Liu yang terus melihat Xin Lan.
"Liu Mei Lan ....Liu Xin Lan? Kau juga punya Giok klan Liu..., Berarti kau adalah cucuku!"
Xin Lan dan yu zhang saling memandang kebingungan mendengarnya.
Namun tiba tiba darah keluar dari mulutnya,Xin Lan langsung ambruk.
"Xin Lan!? Hey Xin Lan?!"Guncang yu Zhang.