女将军的命运之幕 ( Tirai Takdir Sang Jenderal Wanita )
Salju turun dengan lembut, menutupi jalan-jalan di Kota Mingyue dengan lapisan putih yang sunyi. Namun, kedamaian itu hanyalah ilusi. Malam itu akan menjadi sejarah kelam bagi warga Kota Mingyue. Para warga berhamburan keluar rumah, mencari perlindungan dari malapetaka yang tiba-tiba datang. Suara dentingan pedang beradu, jeritan yang memilukan hati, dan tangisan pilu memecah keheningan malam. Tubuh-tubuh tergeletak di mana-mana, menjadi saksi bisu dari kekejaman yang terjadi. Asap hitam mengepul di antara puing-puing bangunan yang hancur dan terbakar, menambah kengerian suasana.
Di tengah kekacauan itu, di kediaman Marquis Liu , seorang wanita tengah berjuang melahirkan. Peluh membasahi wajahnya, napasnya tersengal-sengal, namun matanya memancarkan tekad yang kuat. Di sisinya, berdiri seorang pria dengan aura berwibawa sembari membawa pedang.Marquis Liu Zhong, ayah dari wanita itu. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran dan kemarahan yang bercampur aduk.
Marquis Liu hanya bisa pasrah melihat putrinya melahirkan di tengah kekacauan. Hatinya hancur melihat penderitaan putrinya, Ia mencoba menghentikan proses persalinan itu, membujuk putrinya untuk menyerah, namun sang putri menolak dengan keras kepala.
"Ayah, ini adalah anakku," ucap Liu Mei dengan suara lemah namun tegas, "Anakku dan Pangeran Ketujuh."
Mendengar nama itu, amarah Marquis Liu semakin membuncah. "Liu Mei Lan! Kau masih memikirkan laki-laki durhaka itu!?" bentaknya, suaranya bergetar karena emosi. "Klan Feng nya telah mengkhianati kita, mengkhianati seluruh kota ini! Dia adalah penyebab dari semua penderitaan ini!"
Wanita bernama Liu Mei Lan itu terisak mendengar kata-kata ayahnya. Air mata mengalir di pipinya, namun ia tidak menyangkalnya. "Aku tahu, Ayah," jawabnya lirih, "Aku tahu dia telah melakukan kesalahan. Tapi aku tidak bisa membenci anak ini. Dia tidak bersalah."
Marquis Liu terdiam mendengar jawaban putrinya. Ia tahu bahwa Liu Mei Lan selalu memiliki hati yang lembut dan penuh kasih. Ia tidak bisa menyalahkannya karena mencintai Pangeran Ketujuh, meskipun pria itu telah mengkhianati mereka semua.
Marquis Liu menghela napas panjang. Ia tahu bahwa jalan yang dipilih putrinya tidak akan mudah. Namun, ia juga tahu bahwa Liu Mei adalah wanita yang kuat dan berani. Ia akan melakukan apa pun untuk melindungi anaknya, bahkan jika itu berarti melawan seluruh dunia.
"Baiklah," ucap Marquis Liu akhirnya, "Aku akan membantumu. Aku akan melindungi kalian berdua."
Liu Mei tersenyum mendengar kata-kata ayahnya. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki ayahnya, dan ia memiliki anaknya. Bersama-sama, mereka akan menghadapi semua kesulitan yang ada di depan mereka.
Tiba-tiba, suara tangisan bayi memecah keheningan. Liu Mei telah melahirkan seorang bayi Perempuan. Marquis Liu mendekat dan menatap cucunya dengan tatapan yang penuh haru. Ia tahu bahwa bayi ini adalah harapan baru bagi mereka, harapan untuk masa depan yang lebih baik.
" Liu Xin Lan akhirnya kita bertemu, sayang." ucap Liu Mei dengan suara yang bergetar karena bahagia. "Semoga dia akan menjadi bintang yang bersinar di tengah kegelapan ini."
sebelum kedatangan para pemberontak bayi kecil itu sudah berpindah buaian dari tangan sang ibu ke Kakek tua dengan raut wajah sedih.
"ayah..., bawa Xin Lan pergi dari sini,Aku akan menahan mereka, Tolong beritahu dan sampaikan salamku pada Kakak Tianming di ibu kota."Ucapnya dengan nafas yang lemah, Tangannya menggenggam erat sebilah pedang.
ia kemudian tersenyum sembari memandangi putrinya yang menangis di gendongan ayahnya.
" Xin'er, kau harus tetap hidup, Kau punya kakak laki laki yang hebat,Ayahmu adalah pangeran Kekaisaran Tiandou,Kakekmu adalah kaisar! ibu mohon padamu untuk menggantikan ibumu yang tidak berguna ini untuk berbakti kepada mereka!."Sembari mengalungkan sebuah giok lalu mencium bayi itu.
Dengan berat hati Kakek Liu membawa kabur Xin Lan kecil dari tempat itu, ia tidak berani menoleh kebelakang dengan menahan Isak tangis mendengar para pemberontak yang mulai menerobos masuk ke dalam kediaman keluarga Liu dan membantai seluruh penghuni kediaman keluarga Liu.
Liu Mei Lan, menggenggam pedangnya erat, kaki dan hanfu bawahnya masih bersimbah darah. Ia berdiri tegak di tengah ruangan, siap menghadapi para pemberontak yang datang. Matanya memancarkan tekad yang membara.
"Mata ungu ilusi aktif!" serunya dengan suara lantang.
Seketika, aura keunguan menyebar dari tubuh Liu Mei Lan, memenuhi seluruh ruangan. Matanya bersinar dengan cahaya ungu yang intens. Sebuah kekuatan misterius bangkit di dalam dirinya.
Para pemberontak yang menerobos masuk terkejut melihat Liu Mei Lan. Mereka melihat puluhan, bahkan ratusan bayangan Liu Mei Lan yang identik berdiri di hadapan mereka. Mereka tidak tahu mana yang asli dan mana yang palsu.
Tanpa menunggu lebih lama, Liu Mei Lan menerjang ke arah puluhan pemberontak itu. Dengan kecepatan yang luar biasa, ia menebaskan pedangnya, melumpuhkan dan menjatuhkan satu per satu pemberontak. Bayangan-bayangan ilusinya bergerak dengan lincah, mengecoh dan membingungkan para pemberontak.
Para pemberontak yang panik dan kebingungan tidak mampu melawan kekuatan Liu Mei Lan. Mereka jatuh bergelimpangan, tidak berdaya menghadapi serangan dahsyatnya. Namun, jumlah mereka terlalu banyak. Meskipun Liu Mei Lan berhasil melumpuhkan banyak dari mereka, para pemberontak terus berdatangan, menyerbu kediaman keluarga Liu.
Ia sempat menoleh kebelakang dan tersenyum saat melihat punggung ayahnya yang sudah menghilang di kegelapan malam.
...
Langkah kakek Liu terhenti, setelah berlari menuju perbukitan yang letaknya cukup jauh dari kediaman Marquis Liu, akhirnya, ia memberanikan diri untuk menoleh kearah Kediaman keluarga Liu dan kota Mingyue yang kini telah berubah menjadi lautan api didepan matanya akibat pemberontakan yang dilakukan oleh Feng yan pangeran tertua keluarga Feng sekaligus paman Xin Lan itu sendiri.
Kakek Liu akhirnya terduduk diatas tanah ia tak bisa menahan lagi kesedihannya.
"Liu Mei!!! Liu mei Lan!!!,"
ia menangis sejadi-jadinya dengan memeluk bayi kecil yang sedang tidur didalam buaiannya .
"Maafkan ayah nak!"
Xin Lan menangis karena suara tangis kakeknya.
Marquis Liu Zhong, Awalnya menatap Xin lan penuh kebencian karena ia mengira awal dari kehancuran klan Liu adalah dari bayi perempuan ini. Namun, saat bayi itu membuka matanya Mata ungu lavender mulai aktif dengan sendirinya yang membuat kakek Liu zhong kembali menangis.
"Maafkan kakekmu ini ya cucuku sayang, kakek sempat membencinmu karena kakek mengira kau adalah penyebab dari kehancuran keluarga kakek."Ucap Marquis Liu.
"Xin Lan, Kita harus segera pergi ke ibu Kota,Kau harus segera bertemu dengan ayah,kakak ,dan kakek Kaisar-mu! bantu Kakekmu ini untuk mencari keadilan ya ."Ucapnya haru,Ia bangkit lagi sembari menghapus sisa air matanya.
...
Perjalanan panjang mereka lewati bersama dan sempat singgah sebentar di beberapa kota kecil untuk bersembunyi dari kejaran antek antek organisasi Mo Hui ,Karena para anggota Mo hui yang dipimpin oleh Feng yan,sudah mulai menyebar mencari keberadaan Xin Lan dan kakek liu.
ia dianggap sebagai orang gila karena penampilan lusuhnya, Marquis juga sempat dituduh sebagai penculik bayi.
...
Kakek Liu akhirnya bisa sedikit bernafas lega saat ia berhasil melewati perbatasan kota Mingyue, ia juga senang karena ia mengira dapat mengelabui para anggota Mo Hui dengan penyamarannya,Namun...,Kakek Liu salah, Ditengah perjalanannya menuju desa berikutnya tiba tiba sebuah pana melesat,Kakek Liu terkejut saat melihat sebuah anak panah dengan Tanda khas organisasi Mo Hui hampir mengenainya.
Tanpa basa basi ,Para anggota Organisasi Mo Hui langsung menerjang Kakek Liu , Walaupun kakek Liu adalah seorang jenderal Yang hebat namun Karena kalah jumlah dalam perkelahian
tubuhnya yang renta langsung ambruk bersimbah darah, namun ia tetap melindungi Xin lan dengan baik.
Seorang pria yang baru turun dari kudanya membuat Sorot mata pria tua itu menjadi penuh kebencian.
"wah...wah...wah...,Aku sungguh terharu dengan pengorbananmu saat melindungi keponakanku,Jenderal Liu."Ucapnya dengan tawa kemenangan.
"Kau monster! Pergilah! Jangan ganggu cucuku!"Bentak Kakek Liu.
"Astaga..., Jenderal,Aku hanya ingin membantumu merawat keponakanku,Ini juga sebuah kehormatan untukku karena bisa merawat Cucu seorang Jenderal terkenal di kekaisaran Tiandou.,ah. Ya...,Sudah cukup jalan jalan nya dengan kakek ya sayang ku, biarkan paman mu ini yang merawatmu,siapa tahu di masa depan dia akan menjadi tangan kananku. Bereskan dia."Ucap Feng yan.
"Feng yan! Dasar pengkhianat kotor! Kembalikan Xin Lan ku! Xin Lan!! LIU XIN LAN!!!! " Kakek Liu akhirnya ambruk tak sadarkan diri, dan Para organisasi langsung meninggalkan tubuh Kakek Liu, Sementara Feng yan berhasil membawa Xin lan ,Feng yan akhirnya tersenyum sinis melihat bayi Xin Lan yang menangis hebat dalam gendongannya.
"jadi nama si kecil jelek ini Xin Lan ya? Liu Xin Lan,Liu mei Lan,Sudah kuduga ,Liu Xin Lan kuharap kau tidak mengecewakan pamanmu ini seperti orang-orang di keluarga Liu dan keluarga Feng yang menentangku ." Ucapnya pada bayi itu.
Di markas organisasi Mo Hui.
"Ambil bayi jelek ini!"Ucapnya.
Ia lantas menyerahkan Xin Lan ke salah seorang pelayan untuk merawatnya.
"Kuperingat kan kalian, Jangan sentuh calon kaki tanganku ini ,Jika ada yang berani melakukannya ku pastikan kepalanya akan berpisah dari tubuhnya, Mulai besok Panggil dia Feng Xin Lan Camkan itu!"Ancam Feng yan.
"Baik ,Master."
7 tahun kemudian....
Xin Lan tumbuh dalam dunia yang keras, jauh dari keceriaan masa kanak-kanak. Setiap hari diisi dengan latihan berat yang memeras tenaga dan air mata, tanpa pernah mengerti mengapa ia harus menjalaninya.
"Sudah kubilang berapa kali?! Jangan bersuara! Bodoh!" bentak Feng Yan, suaranya menggema di ruangan dingin itu. Cambuk di tangannya tanpa ampun menghantam telapak kaki Xin Lan yang baru berusia 7 tahun.
Gadis kecil itu hanya bisa menggigit bibirnya, menahan sakit yang membakar setiap sarafnya. Cambuk itu meninggalkan jejak merah yang perih di kulitnya yang pucat.
Musim dingin mencengkeram dengan dingin yang menusuk tulang. Di kamp pelatihan Organisasi Mo Hui, anak-anak lainnya meringkuk bersama, mencari sedikit kehangatan untuk melawan dingin yang menyiksa. Namun, Xin Lan terasing. Ia meringkuk sendirian di sudut ruangan, menahan perpaduan sakit dan dingin yang menusuk. Ia tidak diterima oleh teman-temannya. Mereka iri padanya, merasa bahwa ia diperlakukan berbeda, seolah diistimewakan oleh anggota inti Mo Hui.
Selain itu, Xin Lan dikenal sebagai sosok yang dingin dan acuh tak acuh. Ia tidak pernah terlihat peduli pada teman-temannya, yang membuat mereka semakin menjauhinya, Xin Lan juga sering memenangkan perkelahian melawan rekan-rekan seniornya, yang hal itu semakin membuat mereka takut untuk berhadapan langsung dengannya. Meski begitu, mereka tidak pernah berhenti menggunjingkannya di belakang.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan kasar. Seorang pria berdiri di ambang pintu, wajahnya gelap dan mengancam. Matanya menyapu seluruh ruangan, mencari seseorang.
"Nona Xin, Anda diminta menghadap Master," ucapnya dengan suara berat.
Xin Lan tidak menjawab. Dengan langkah gontai, ia bangkit dan berjalan menuju pintu. Rasa sakit di kakinya sudah mati rasa, seolah bukan lagi bagian dari dirinya. Ia tidak peduli lagi pada kotoran tikus yang mengotori lantai yang ia injak, atau dinginnya angin yang menusuk kulitnya.
Xin Lan pernah mendengar bahwa , Organisasi Mo Hui ini terbentuk karena Feng yan. Masternya, merasakan ketidakadilan oleh aturan keluarganya yang menurutnya aneh,
Masternya juga pernah berkata bahwa Xin Lan dulu nya ditemukan di reruntuhan saat terjadinya pembantaian, begitulah yang Feng yan ceritakan saat Xin Lan menanyakan kenapa ia bisa disini,Feng yan juga mengatakan bahwa saat menemukannya ia merasa tertarik dengan Xin lan karena merasa nasib mereka sama dibuang oleh keluarga , itulah sebabnya ia dilatih begitu keras oleh Anggota inti Mo Hui.
Namun jauh di lubuk hatinya,Ia merasakan hal yang sangat bertentangan dengan semua yang pernah diberitahukan kepadanya.
Ia tidak pernah merasa memiliki tujuan yang sama dengan mereka. Ia hanya ingin tahu mengapa ia harus berada di sini, mengapa ia harus menjalani semua ini.
Akhirnya, Xin Lan tiba di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu solid. Di pintu itu terdapat ukiran naga yang tampak hidup dan mengancam. Inilah pintu menuju ruangan Master.
Xin Lan mengangkat tangannya dan mengetuk pintu itu.
"Masuk," terdengar suara berat dari dalam ruangan.
Xin Lan melangkah masuk ke dalam ruangan yang remang-remang, dan di sana, di balik meja besar yang terbuat dari kayu mahoni, duduklah seorang pria tua dengan wajah yang penuh dengan kerutan. Pria itu adalah Feng yan,Master Mo Hui, pemimpin tertinggi organisasi yang telah melatih Xin Lan Menjadi seorang pembunuh.
Xin Lan berlutut di hadapan Master, kepalanya tertunduk. "Murid di sini untuk menghadap Anda, Master."
"Xin Lan,Aku punya tugas penting untukmu," lanjut Master.
Xin Lan mengangkat kepalanya, matanya yang dingin menatap langsung ke mata Master.
"Ambil ini ," kata Master dengan nada datar sambil melemparkan sebuah kertas berisi informasi. "Adipati Han ingin kita membereskannya malam ini juga ."
Xin Lan mengangguk."Murid mengerti."
Master tersenyum. "Pergilah."
Xin Lan hanya membungkuk dan mundur dari ruangan itu.
Matanya langsung memancarkan berwarna Ungu tatkala topeng terpasang.
Tubuh gadis kecil itu kemudian menghilang di kegelapan.
.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments