Alana, Rekha, Chyntia, Aurora, Tiara, Salsa, Shea, 7 orang gadis cantik yang harus berhadapan dengan 7 orang kating mereka yang sangat terkenal di kampus.
Jay, Jake, Owen, Gerry, Niko, Satria, Dewa, kating yang paling terkenal di semua kalangan mahasiswa, hingga membuat mereka menjadi wajah kampus untuk mewakili kampus dalam beberapa kegiatan terpaksa berhadapan dengan 7 orang mahasiswi baru yang ternyata cukup membuat mereka kewalahan dengan segala jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11
"Nanti malam kemana? Main yuk?" ajak Tiara yang mulai bosan di rumahnya.
"Gak bisa, soalnya mami sama papi lagi ke LA, jadi gue gak bisa keluar rumah. Apalagi ada sepupu gue sih Rico, mana bisa gue keluar rumah," jawab Alana.
"Yaudah, kalau gitu kita main ke rumah Lo aja deh. Sekalian barbeque." sahut Rora yang memang suka sekali bermain.
Dia lebih suka bermain di luar, karena ketika di rumah dia tidak cocok dengan kakak tirinya. Jadi dia lebih memilih bermain di luar.
"Kakak Lo baru balik ya dari UK?" tebak Salsa karena memang mereka tau seperti apa kehidupan Rora jika dia tidak betah di rumah.
"Hem." jawabnya singkat.
"Yaudah, ke rumah gue aja. Sore nanti kita belanja ya. Gue juga mau beli mie, mumpung gak ada papi, jadi gue bisa makan mie deh." akhirnya mereka sudah memutuskan untuk pergi ke rumah Alana.
Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya ruang organisasi kampus, ada Jake yang terus saja memegang ponselnya sejak tadi. Entah apa yang di lakukan anak muda itu dengan ponselnya. Yang jelas, mereka tau jika itu pasti berhubungan dengan seorang wanita cantik. Jelas cantik, karena tidak mungkin Jake suka dengan mode cewek yang you know lah ya.
"Sibuk banget, njir? Cewek mana lagi yang lagi Lo kejar?" tanya Jay panasaran.
"Sttt...gue bukan buaya kayak Lo ya!" jawabnya santai.
"Dih, gue buaya? Kalau gue buaya Niki apaan? Aligator?"
"Lah, kok bawa-bawa gue? Salah gue apa anjir?" tanya Niki tidak terima di katakan buaya oleh Jay.
"Bisa diam gak? Berisik banget tau gak!" sahut Satria.
Semua orang terkejut mendengarnya. Satria? What, satria? Ya, selalu lagi Satria? Oh my God! Ini benar-benar sebuah keajaiban.
"Lah, gaya banget sih Lo! Biasanya juga elo yang bikin ribut. Iya gak gaes?" tanya Dewa yang ikut menimpali.
"Nah, setuju gue." timpal Owen yang menambah kegaduhan di sana.
"Eh, mau kemana Ger?" tanya Owen melihat Gerry hendak pergi.
"Kantin!" jawabnya datar.
Dia langsung berlalu begitu saja meninggalkan teman-temannya karena bosan mendengarkan obrolan mereka. Jadi lebih baik dia pergi dari sana.
Teman-temannya hanya bisa melihat kepergian Gerry. Mereka membiarkan Gerry keluar dari ruangan, karena memang mereka tau Gerry tidak suka keributan.
Saat Gerry berjalan ke arah kantin, tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dan itu Alana.
"Kak," panggil Alana yang melihat Gerry.
Gerry berbalik arah dan melihat Alana yang sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini, aku mau balikin sendal kakak," ucapnya sambil mengeluarkan paper bag dari dalam tas miliknya.
"Kenapa di kembalikan?" tanya Gerry masih dengan wajah datarnya.
"Lah, ya memang harus di balikin dong. Lagian ini sendal kakak kok, masak iya gak di balikin. Oh iya, btw makasih banget ya udah mau kasih aku pinjem sendal kakak malam itu," ucap Alana sambil tersenyum menyerahkan paper bag tadi pada Gerry.
"Kamu tidak harus repot-repot balikan sendal itu."
"Oh tidak bisa begitu. Yaudah, sekali lagi makasih ya kak. Aku balik kelas dulu," pamit Alana pada Gerry.
Sedangkan Gerry masih menatap kepergian Alana setelah mengembalikan sendalnya.
Saat dia berbalik arah, Gerry kaget saat dia hampir saja menabrak seseorang di sana.
"Kamu, lagi?" ujar Gerry ketika dia bertemu dengan Rekha.
"Iya, ini aku emangnya kenapa?" tanya Rekha.
Dia tidak merasa takut sedikitpun dengan laki-laki yang ada di depannya saat ini.
Lihat betapa dinginnya wajah laki-laki ini. Rasanya Rekha ingin sekali merusak wajahnya itu, agar tidak terlihat sombong.
"Kalau jalan itu bukan hanya menggunakan kaki saja, tapi mata kamu juga harus di gunakan agar tidak menabrak orang lain." ucap Gerry dengan nada ketusnya.
Rekha hanya tersenyum mendengar hal itu. Dia merapikan rambutnya yang entah itu berantakan atau tidak.
"Sorry nih ya kak, tolong di garis bawahi bahwa aku tidak menabrak siapapun disini. Posisi kita baru hampir bertabrakan, dan itu belum terjadi. Oh iya, dan satu lagi. Kalau kakak tadi bilang kalau jalan bukan hanya pakai kaki, tapi mata juga harus di pakai, tolong terapkan itu juga pada diri kakak!" ucap Rekha yang langsung berlalu begitu saja dari hadapan Gerry.
****
np ft gk bs di bk
next my