NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:598
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Ambal Warsa

"Raden Mas belum pulang, Mbak?." Tanya Anaya pada salah satu pekerja yang ada di rumahnya.

"Dereng, Raden Ayu. (Belum, Raden Ayu.)" Jawabnya.

Anaya kembali masuk ke kamarnya. Tentu saja ia kini sudah tidur di kamar utama bersama Raden Mas Mahesa.

Pukul sebelas malam, Anaya masih saja menunggu suaminya pulang. Ia mencoba menelfon ponsel suaminya tetapi tak juga aktif.

"Raden Mas kemana? Kenapa gak kasih kabar kalau pulang terlambat? Gak biasanya kayak gini. Biasanya juga selalu bilang kalo pulangnya malam." Gerutu Anaya yang merasa resah namun juga kesal pada suaminya.

Ia kemudian mencari kontak Jaka dan Raka di ponselnya. Anaya mencoba menghubungi dua asisten setia Raden Mas Mahesa, namun tak kunjung di jawab.

"Aaarrgh! Awas ya kamu Raden Mas!." Kesal Anaya yang kemudian menyembunyikan diri dalam selimut sambil mencoba menghubungi dua asisten suaminya.

Sementara itu...

"Aduh, Raden Mas. Raden Ayu nelfon terus ini, gimana?." Resah Raka yang bimbang.

"Biarin saja, gak usah di angkat." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Nanti kalau Raden Ayu marah denganku, gimana?." Tanya Raka lagi.

"Tenang aja, Raden Ayu gak akan marah. Nanti saja kamu telfon Raden Ayu kalau kita sudah dekat rumah." Jawab Raden Mas Mahesa dengan gampangnya.

"Pokoknya kalau Raden Ayu sampai marah, Raden Mas harus tanggung jawab." Kata Jaka yang meminta perlindungan.

"Iya sudah, tenang saja." Jawab Raden Mas Mahesa yang malah cengar - cengir.

Raka dan Jaka yang resah pun hanya bisa pasrah menuruti keinginan tuannya. Saat sudah berada di dekat rumah, Raden Mas Mahesa meminta Raka untuk menelfon istrinya.

"Assalamualaikum, Raden Ayu." Ujar Raka dengan sopan.

[Waalaikumsalam!] Jawab Raden Ayu dengan ketus.

"Ngapunten, Raden Ayu. Wonten nopo, njih? (Maaf, Raden Ayu. Ada apa, ya?)" Tanya Raka.

[Dimana Raden Mas? Masih hidup dia?] Tanya Anaya yang sudah terlanjur kesal.

"T-tasih to, Raden Ayu. Nopo Raden Ayu bade ngendiko kalih Raden Mas? (Masih to, Raden Ayu. Apa Raden Ayu mau berbicara sama Raden Mas?)." Tanya Raka yang sampai tergagap karna takut saat mendengar ucapan ketus Anaya.

[Gak perlu!] Jawab Anaya yang kemudian memutuskan panggilan telfon itu.

"Bahaya ini, Raden Mas. Raden Ayu ngamuk." Ujar Raka dengan wajah panik sambil melihat ke arah Raden Mas Mahesa yang duduk di belakangnya.

"Beneran kamu, Ka?." Tanya Raden Mas Mahesa.

"Raden Mas, sih! Coba telfon dari Raden Ayu boleh di angkat dari tadi, kan kami bisa alasan apa gitu ke Raden Ayu." Omel Jaka yang menyalahkan tuannya.

"Ya bagus dong! Kenapa kalian takut? Aku kan memang ingin memberi kejutan untuk Raden Ayu." Jawab Raden Mas Mahesa.

Raden Mas Mahesa segera turun dari mobil ketika sampai di rumahnya. Ia segera memerintahkan Jaka dan Raka menyiapkan kejutan untuk Anaya selagi ia masuk untuk mencari keberadaan istrinya.

Tok.. Took.. Took..

"Raden Ayu.." Raden Mas Mahesa mengetuk pintu kamar yang terkunci.

"Raden Ayuu..." Raden Mas Mahesa kembali memanggil istrinya.

"Aku dobrak pintunya ya, Raden Ayu!." Seru Raden Mas Mahesa yang mengancam.

Tak berselang lama, terdengar suara kunci yang terbuka. Anaya kemudian membuka pintu kamar dengan wajah yang di lipat - lipat.

"Kamu kenapa, Raden Ayu?." Tanya Raden Mas Mahesa pura - pura bodoh.

Namun, Anaya tak menjawab pertanyaan suaminya. Ia justru meninggalkan Raden Mas Mahesa yang masih berdiri di depan pintu.

"Maaf ya, hari ini aku pulang telat lagi." Bujuk Raden Mas Mahesa sambil memeluk istrinya dari belakang.

"Kenapa masih mencariku? Bukannya aku gak penting buat Raden Mas?." Tanya Anaya dengan ketus.

"Siapa bilang, Raden Ayu? Justru kamu itu yang terpenting untukku sekarang." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Bohong! Kalau memang aku penting, kenapa gak mengabariku kalau pulang terlambat? Raden Mas gak tau, gimana khawatirnya aku nunggu kabar dari Raden Mas?." Omel Anaya pada akhirnya.

"Sepurane Njih, Raden Ayu." Ujar Raden Mas Mahesa sambil mengecup puncak kepala istrinya.

"Sekarang ayo ikut aku." Ajak Raden Mas Mahesa.

"Gak!."

"Ayolah, Raden Ayu." Bujuk Raden Mas Mahesa.

"Gak mau!. Awas, aku mau tidur." Ujar Anaya sembaru menyingkirkan tangan Raden Mas Mahesa yang melingkar di pinggangnya.

"Raden Ayuu..." Kembali Raden Mas Mahesa membujuk istrinya dengan wajah memelas, namun Anaya bergeming.

Pada Akhirnya, Raden Mas Mahesa memaksa istrinya dengan membopong tubuh istrinya walaupun Anaya meronta - ronta.

Raden Mas membawa Anaya ke dalam kamar yang sebelumnya di tempati oleh Anaya di rumah mereka. Raden Mas Mahesa mendudukkan Anaya di pangkuannya di kamar gelap gulita itu.

Ia lalu menekan tombol lampu yang terhubung dengan ponselnya untuk menyalakan lampu di ruangan itu.

"Selamat ulang tahun istriku, Raden Ayu Anaya Tunggadewi. Sugeng ambal warsa, mugi-mugi tansah pinaringan berkah lan rahmat saking Gusti Allah. Di paringi umur kang panjang lan sehat, rezeki ingkang kathah, kamulyan lan kabagyan dunyo akhirat, Aamiin. (Selamat ulang tahun, semoga selaku diberikan berkah dan rahmat oleh Allah. Di berikan usia yang panjang dan sehat, rezeki yang banyak, kemulyaan dan kebahagiaan dunia akhirat). " Ujar Raden Mas Mahesa dengan tulus untuk istrinya.

Kamar itu sudah di hias sedemikian rupa oleh pekerjanya tanpa sepengetahuan Anaya. Anaya hanya bisa terdiam. Perasaannya bercampur aduk antara bahagia juga kesal.

Ia kemudian menatap wajah suaminya dengan mata yang berkaca - kaca. Meluapkan rasa kesal, sesak, khawatir dan bahagia yang bertumpuk di hatinya.

"Kok malah nangis?" Tanya Raden Mas Mahesa sambil mengusap air mata istrinya.

"Aku kira Raden Mas lupa, makanya sengaja lembur hingga larut malam." Kata Anaya yang terisak.

"Mana mungkin aku lupa dengan hari ulang tahunmu, Raden Ayu. Aku sengaja ingin memberikan kejutan untukmu dengan menjadi orang terakhir yang mengucapkan selamat ulang tahun untukmu dan menyempurnakan kebahagiaanmu di hari ulang tahunmu." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Terima kasih, Raden Mas. Maaf karna tadi aku sempat suudzon pada Raden Mas. Aku kira Raden Mas sedang menemui kekasih Raden Mas sampai tak bisa di hubungi." Ujar Anaya.

"Jadi kamu suudzon seperti itu sama suamimu sendiri? Mana mungkin aku menduakanmu, Raden Ayu. Aku saja merasa waktu dengan mu masih kurang setiap hari, mana mungkin aku membagi waktu dengan wanita lain." Sergah Raden Mas sambil menyentil dahi istrinya.

"Ya mau bagaimana lagi? Kan semua gara - gara Raden Mas juga." Jawab Anaya sambil mengusap dahinya.

Raden Mas Mahesa lalu memeluk erat istrinya dan menghujani puncak kepala Anaya dengan kecupan.

"Jangan pernah berfikir seperti itu lagi ya, Raden Ayu. memilikimu di sisiku saja sudah lebih dari cukup." Kata Raden Mas Mahesa.

Raden Mas Mahesa kemudian mengajak istrinya berpindah untuk duduk di kursi dan meniup lilin ulang tahun. Setelah meniup lilin, Anaya memberikan suapan kue untuk suaminya.

"Terima kasih banyak, suamiku. Aku pun berdoa semoga suamiku ini panjang umurnya, sehat, banyak rezeki juga hidup bahagia agar selalu bisa membahagiakanku." Ujar Anaya yang di aminkan oleh Raden Mas Mahesa.

"Ini hadiah untukmu." Raden Mas Mahesa memberikan sebuah kotak untuk sang istri.

Anaya kemudian membuka kotak yang berisikan sebuah kalung emas dengan liontin angsa yang begitu cantik. Raden Mas Mahesa kemudian memakaikan kalung itu pada istrinya.

"Cantik, Maa Syaa Allah." Puji Raden Mas Mahesa.

"Terima kasih Raden Mas, aku suka hadiahnya." Jawab Anaya yang kemudian mengecup pipi suaminya.

"Giliran aku yang minta 'upah' sekarang." Ujar Raden Mas Mahesa sambil menaik turunkan alisnya.

"Ternyata Raden Mas pamrih." Gurau Anaya sambil tertawa.

"Nyatanya di dunia ini gak ada yang gratis jika di lakukan oleh manusia, Raden Ayu." Jawab Raden Mas Mahesa yang kemudian melumat bibir istrinya dan membawa sang istri ke atas ranjang.

1
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!