Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 9.
"Tuan Kayson lah yang Nona Sena lihat, Tuan."
Langkah Elvano langsung terhenti saat mendengar laporan Tracker. Ia menatap Tracker dengan begitu tajam. Bagaimana bisa Sena mengenal orang dengan latar belakang ketua mafia seperti Kayson?
Setelah kejadian Sena tidak sengaja menabrak pelayan pembawa minuman, saat itu jua Elvano memerintahkan agar Tracker mencari tahu apa penyebab Sena kehilangan fokusnya.
"Tuan Kayson juga pengusaha. Kemungkinan mereka saling mengenal dari sana," lanjut Tracker saat menyadari tatapan ketidak puasan dari Elvano.
"Kemungkinan? Ck! Sejak kapan kau memberikan informasi yang ragu-ragu padaku, Tracker?!" geram Elvano.
"Maaf, Tuan. Saya masih membutuhkan waktu lebih lama untuk meretas data diri dan perusahaan apa yang dia pimpin." Tracker terpaksa menunduk dalam. Kali ini ia akui, ia kesulitan untuk melacak lebih jauh data diri seseorang. Bukan tidak bisa, hanya saja Tracker membutuhkan waktu lebih banyak dari biasanya.
Elvano kembali berdecak, dengan lekas ia memutar tubuhnya yang membuat Tracker tercengang.
"Tuan! Tuan, Anda mau ke mana? Pertemuannya sudah dimulai."
Elvano tak menjawab pertanyaan Tracker. Langkahnya terayun lebih cepat untuk kembali ke area tengah kastil, meninggalkan pertemuan penting kepala mafia yang sedang berlangsung.
*
*
*
"Emppp..."
Sena tersentak saat mulutnya dibekap oleh seseorang dari belakang.
"Heroin," bisik suara pria itu yang membuat tubuh Sena seketika merinding sekaligus gemetar. Sena berusaha melawan, membebaskan diri dari cengkraman pria yang sama sekali tidak ia kenali.
Namun, tenaga Sena kalah, seiring penglihatannya yang berputar dan tidak jelas. Sena juga merasakan kepalanya mulai pusing, ia bahkan kesulitan untuk berdiri tegak.
"Emppp...emppp..." Sena ingin berteriak meminta tolong, tapi suaranya tenggelam dalam genggaman tangan lebar yang menutup mulutnya dan kini mulai menyeret tubuhnya.
"Kau tidak bisa melawan, Honey. Kau sudah tidak berdaya," bisik pria itu dengan senyum kepuasan, ia bahkan menjilat telinga Sena dan semakin tertawa saat melihat reaksi Sena yang menggeliat. "Haha... Apa obatnya sudah bereaksi? Hm...ini barang baru, kita akan rasakan bagaimana sensasi gilanya...."
Pria itu dengan cepat membawa Sena meninggalkan area toilet wanita. Namun, tiba-tiba tubuh Sena terjerembab di atas lantai, seperti baru saja ditendang. Semuanya terjadi bukan karena Sena diserang, melainkan karena seseorang datang dan melayangkan tendangan keras di punggung pria yang membekap mulut Sena.
"Brengsek!" umpat Rett, ia berbalik dan menatap tajam pada pria yang berani mencari perkara dengannya. "Kau ingin mati, hah?"
"Kau yang akan mati di tanganku!"
Bugh!
Satu pukulan mendarat cepat, membuat wajah Rett terlempar kesamping dengan sudut bibirnya yang mengalirkan darah.
Rett tertawa sinis, ia berdecih dan melirik devil pada pria yang berani mencari perkara dengannya—mengganggu kesenangan Rett saat ia ingin mendapatkan Sena.
Sebelum Rett melayangkan serangan balasan, pria yang punggung tangannya berhiaskan seni tato itu sudah lebih dulu menghajar Rett secara brutal, tak memberikan Rett kesempatan membalas semua pukulannya. Netranya berkilat marah karena sempat melihat bagaimana tangan Rett begitu berani membekap mulut Sena.
"Rex..." suara lemah itu menghentikan gerakannya. Ia mengangkat wajah dan mendapati Sena terduduk, bersandar di dinding. "Aku... tolong aku..." Sena terlihat kesulitan, ia bahkan melepaskan topengnya.
Rexi langsung meloncat, ia menendang tubuh Rett yang terbaring di atas lantai setelah ia hajar, tapi pria itu masih sadar dan berusaha bangkit.
"Hey! Kau kenapa?" nada suaranya penuh dengan kekhawatiran saat melihat keanehan pada Sena.
"Panas...tolong aku..." Suara Sena putus-putus, napasnya pendek dengan wajah yang sudah memerah.
"Haha... ternyata kau cantik sekali, Honey." Rett sudah bangkit, ia bisa melihat wajah cantik Sena yang benar-benar memikatnya, secepat kilat Rett menendang Rex, hingga tubuh Rexi terpental dari hadapan Sena.
Mereka kembali saling hajar. Rett tidak akan melepaskan Sena, begitu pula dengan Rexi.
Dor!
"Akhhh! Bangsat!" umpat Rett saat Rexi lebih dulu mengeluarkan senjata apinya dan menembak lengan kanan Rett.
Rexi tidak memperdulikan kemarahan Rett, ia bergegas meraih Sena dan secepat mungkin membawa Sena pergi. Rexi tahu, kekacauan besar sebentar lagi akan terjadi, atau bahkan sudah terjadi karena suara senjata apinya. Tidak menutup kemungkinan, para mafia lain akan saling bersinggungan, apalagi jika mereka berada di pihak Rett.
Rexi menghubungi anak buahnya, ia akan segera meninggalkan pulau ini dengan membawa Sena bersamanya.
Namun, sayang itu hanya rencana Rexi. Karena kini, setengah langkah pria itu terhenti saat seseorang telah berdiri di depannya dengan aura yang sangat mencekam.
"Mr. K?"
"Rex... panas..." Sena mencengkram erat kerah jas Rexi, membuat pria itu menunduk dan mempertemukan wajah keduanya. Mereka nyaris saja berciuman.
Pemandangan yang semakin membuat tatapan seseorang menggelap dengan tangan yang terkepal erat, wajahnya bahkan semakin mengeras saat mendengar suara pria kurang ajar di hadapannya ini.
"Tenanglah, aku akan membawamu pergi dari sini." Rexi tak melepaskan Sena, ia merangkul wanita yang setengah kesadarannya sudah mulai hilang itu.
Click!
"Singkirkan tanganmu darinya."
"Mr.K, ini..."
Dor!
Dor!
Dua tembakan melayang ke arah Rexi, menghentikan ucapan pria itu, sekaligus membuat rangkulannya terlepas dari Sena.
"Mr, K, tunggu...! Akhhh! Shit! Sialan!" Rexi menutup tangannya yang terkena tembakan Elvano kini mulai mengalirkan darah hingga menetes ke punggung tangannya yang berhiaskan tato itu. Rexi membuka jasnya, saat anak buahnya datang. Pria itu berulang kali mengumpat karena Sena sudah dibawa pergi oleh Elvano.
*
*
*
"El, apa yang sudah terjadi dengan Sena?" Zion berlari mendekati Elvano yang keluar dari belakang kastil dengan menggendong Sena.
Kondisi di dalam kastil sudah sangat kacau, tiga suara tembakan yang terdengar berhasil memancing keributan dan ketegangan.
Elvano tidak menjawab pertanyaan Zion. Ia terus berjalan dengan wajahnya yang masih diselimuti amarah besar.
"Heli sudah siap, Tuan. Mereka di sana." Tracker datang dengan cepat dari arah depan Elvano.
"Bereskan semuanya!" perintah Elvano tanpa menghentikan langkahnya. Suaranya begitu dingin dan teramat dalam. "Dan cari tahu, siapa yang sudah berani melakukan ini pada Sena?!"
"Baik, Tuan," jawab Tracker cepat. Ia menunduk dan Elvano masuk ke dalam helikopter yang langsung pergi meninggalkan pulau.
"Apa yang terjadi pada Sena, Tracker?" tanya Zion pada Tracker. Elvano terlihat begitu marah dengannya, dan Zion tahu, itu pasti karena ia yang tidak bisa menjaga Sena.
"Seseorang tampaknya ingin membuat Nona Sena lebih mudah diatur untuk menuruti keinginannya."
Zion melotot mendengar ucapan Tracker. Ia sangat mengerti maksud ucapan Tracker; seseorang memiliki motif tidak baik pada Sena dan telah melakukan sesuatu yang buruk pada gadis itu.
"Siapa yang melakukan hal murahan seperti ini?" Tracker mencoba menelaah.
"Saya akan mencari tahu secepatnya sebelum Tuan Elvano lebih marah." Tracker masuk kembali ke dalam kastil. Ia menghubungi beberapa orangnya untuk bergerak. Meninggalkan Zion yang berpikir dan tak lama kemudian mengepalkan tangannya.
"Jayden," desis Zion geram. "Kau pasti membantu Rett!"
Zion sempat melepaskan pengawasannya dari Sena karena Jayden mencari masalah dengannya. Pria itu mendatangi Zion dan menyinggungnya. Tapi, kini Zion mengerti, jika semuanya memiliki alasan. Zion yakin, Jayden bergerak untuk mengalihkan perhatiannya karena Rett ingin beraksi.
"Shit! Sialan kalian semua!" Zion berbalik, ia berlari mengejar Tracker. Ia akan membalas perbuatan dua kepala mafia yang sudah berani mencari masalah dengan Elvano, juga sudah membuat Elvano marah padanya.
***
Kalian udah pandai kali mulai nebak-nebak ya; ini siapa, itu siapa, anak siapa, adik siapa, kakak ipar siapa 🤣
Aku milik siapa, guys?😶🌫️🤣