Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.
Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.
Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.
Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.
"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.
"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.
*
*
Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.
Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
"Benar, Pak! Usia kehamilan Ibu Jesica, sudah 2 bulan lebih! Tadi juga saya sudah melakukan USG. Mengenai apa yang dialaminya, semua itu lumrah terjadi pada Ibu hamil. Tidak ada yang perlu dicemaskan, karena pasien nanti sudah dapat pulang!" imbuh Dokter.
"Tapi, keadaan pasien baik-baik saja 'kan, Dokter?!" Huda masih belum percaya dengan kenyataan yang ia terima kini. Meski ada perasaan bahagia mendapati Jesica hamil, namun ia juga mendadak merasa sedih.
"Pasien sudah sadar, dan bisa dijenguk! Jangan lupa, jika nanti pulang ... Saya sudah meresepkan obat untuk diambil diapotik! Kalau begitu saya permisi," pamit Dokter tadi.
Huda bergegas masuk kedalam menemui Jesica.
"Jadi, Mas Huda yang sudah membawa saya kesini?" Jesica kini berusaha untuk bangkit.
Huda mengangguk, sambil tersenyum hangat. "Sama-sama, Jesica! Oh ya ... Selamat ya atas kehamilan kamu!" lirihnya merasa tabah.
Jesica mengangguk kecil, sambil mengusap purut ratanya. 'Ya Allah, alhamdulillah, engkau telah mempercayakan hamba sebagai dalah satu hamba yang beruntung itu. Mas Rasyid pasti bahagia. Aku harus memberi dia kejutan!'
Selanjutnya, Huda mengantarkan Jesica untuk pulang. Disaat Jesica akan menghubungi sang sopir, Huda melarangnya. Dan setelah tadi mengurus administrasi dan obat-obatan. Kini mobil Huda kembali melesat membelah jalanan Kota Malang.
"Suami kamu pasti bahagia mendengarnya nanti," Huda membuka suara.
"Insya Allah, Mas! Semoga nanti Mas Rasyid juga bahagia. Karena kehamilan ini sangat dinantikan olehnya!" jawab Jesica sambil kembali mengusap perut ratanya.
"Rasyid?" Huda menoleh sekilas, tersentak begitu mendengar nama Rasyid. "Maksud kamu Rasyid Faturahman?"
Jesica mengangguk. "Mas Huda mengenal suamiku?"
Degh!
'Rasyid Faturahman? Bukanya pria itu sudah memiliki seorang istri? Apa mungkin mereka telah bercerai sebelumnya? Atau ... Jesica malah dijadikan yang kedua?' beberapa pertanyaan mampu membuat Huda tidak tenang memikirkan itu. Ia hanya takut, jika keluarga Faturahman membohongi Jesica demi ambisinya memiliki cucu laki-laki.
"Nggak, saya nggak kenal. Hanya saja, perusahaan saya pernah bekerja sama dengan perusahaan milik Tuan Gio!" jawab Huda.
Dan tak terasa, mobil Huda sudah tiba didepan gerbang rumah Jesica. Huda turun terlebih dulu, dan langsung membukakan pintu, agar memudahkan Jesica untuk keluar.
"Mas Huda terimaksih, ya! Salam buat Umi dan Kiyai," ucap Jesica sambil tersenyum.
"Pasti akan saya sampaikan. Jangan lupa vitaminya diminum, agar bayimu tumbuh dengan sehat! Saya pamit dulu." Huda kembali masuk dalam mobilnya. Dan menjalankan kembali, meninggalkan komplek perumahan itu.
Adnan yang kini duduk di garansi, sontak terhenyak. Ia tak bergeming, dan langsung berlari menghampiri Majikannya itu. "Loh, kok Mbak Jesica sudah pulang? Kenapa nggak ngabarin saya?" Adnan tampak menelisik wajah Nona mudanya itu.
"Saya tadi pingsan, Nan! Dan sudah dibawa periksa sama teman saya. Ya sudah, saya masuk dulu!" Jesica kembali melanjutkan jalannya.
Dan kini, ia sudah berhenti dibagian dapur. "Mbok Minah, sini dulu deh!" panggil Jesica.
Setelah mematikan kompor, wanita tua iti bergegas mendekat. "Ada apa, Non? Lah, kok Non sudah pulang? Apa Non sakit?" tanya Mbok Minah khawatir.
"Iya, Mbok! Tadi saya pingsan disana. Terus dibawa teman saya ke rumah sakit." jawab Jesica sambil tersenyum. Meski wajahnya agak sedikit pucat, namun itu semua tidak mengalihkan rasa bahagianya saat ini.
"Ya Allah, Non! Tapi sekarang Non baik-baik saja 'kan? Ap perlu saya telfonkan Den Rasyid?" ucap Mbok Minah dengan antusias.
"Eh, nggak usah Mbok! Oh ya, ini Mbok lihat saja," Jesica menyodorkan selembar amplop bewarna putih, dengan stempel nama rumah sakit.
Dan begitu terbuka, Mbok Minah sampai tidak dapat berkata-kata karena saking senengnya. "Ya Allah, selamat ya Non! Selamat atas kehamilannya."
"Mbok, tolong rahasiakan dulu dari Mas Rasyid dan keluarganya, ya? Karena saya sendiri yang akan memberi Mas Rasyid surprise!" sahut Jesica sambil mengerjab.
"Oke Non, beres! Oh ya, Non duduk saja, biar saya buatkan teh anget dulu!"
Sambil duduk kini, Jesica, tak henti-hentinya tersenyum sambil mengusap perutnya kembali.
Drttt..
Gawai dalam tasnya kini bergetar kuat. Jesica mengembangkan senyum hangat, ketika mendapati nomor Rasyid yang tertera.
"Hallo assalamualaikum, Mas! Ada apa?"
📞 "Walaikumsalam, hallo Jesica. Oh ya, saya cuma mau bilang, kalau nanti malam kayaknya saya tidak dapat pulang. Soalnya, Ayah mengajak saya dalam pertemuan bisnis bersama rekan-rekanya!" jabar Rasyid.
"Oh, begitu ya, Mas!" lirih Jesica yang agak kecewa sambil melirik surat hasil USG tadi. "Ya sudah Mas, Mas Rasyid hati-hati saja!" putus Jesica.
Begitu panggilan terputus, Jesica mendesah lirih. Namun, semangatnya tidak patah begitu saja. Esok jika Rasyid pulang, ia akan memberitahunya.
Sementara diluar, sebuah mobil Xpander bewarna putih, kini baru saja tiba didepan gerbang rumah Rasyid dengan Jesica. Wanita didalamnya menatap tidak percaya, jika madunya dibelikan rumah cukup mewah.
'Ternyata disini Mas Rasyid menyimpan Jesica?! Awas saja kamu Mas, setelah ini rumah tanggamu pasti akan hancur!' geram batinnya. Dan rupanya, wanita tadi adalah Andini.
Ia segera turun, dan langsung masuk kedalam rumah itu.
Andan dan juga Andini saling melempar tatap tak percaya. "Kamu? Kamu bukanya pria yang menyebalkan itu?" Andini menunjuk kearah Adnan, begitu sebaliknya.
"Nona menyebalkan? Anda ngapain datang kesini? Masih belum terima? Kalau iya, lawan saya saja!" ucap Andan menggeram.
'Jadi, apa wanita yang waktu lalu aku temui ... Dia yang bernama Jesica? Jadi dia istri muda Mas Rasyid?' batin Andini menerka. Tak berpikir dua kali, Andini langsung masuk kedalam rumah begitu saja.
Adnan panik, ia juga mengikuti langkah kaki Andini, takut berbuat yang tidak-tidak dengan Nona Mudanya.
"JESICA ... JESICA ... KELUAR KAMU!" teriak Andini begitu ia sampai diruang tamu. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok istri muda suaminya.
Mbok Minah segera keluar. Ia berjalan tergopoh-gopoh sambil mengernyitkan dahi, "Hei Mbak ini siapa? Kok teriak-teriak di rumah orang," geram Mbok Minah.
Andini menajamkan mata, sambil menunjuk wajah Mbok Minah. "Heh, panggilkan Majikanmu, suruh dia menemui saya!" sentaknya menggeram.
Mbok Minah menatap Adnan, namun pria muda itu menggelengkan kepala cepat. "Nggak, Nona Jesica sedang nggak ada dirumah! Lebih baik kamu pergi saja!" balas Mbok Minah menunjukan pintu keluar.
"Kalian itu BABU! Jadi nggak usah sol berkuasa." Andini mendorong bahu Mbok Minah, dan langsung melewati pelayan tua itu begitu saja.
"Simbok, Mbok Minah nggak papa?" Adnan bermaksud ingin membantu rekanya itu.
"Sudah, Nan! Lebih baik kamu bawa perempuan itu pergi. Cepat, kamu keluarkan dia," Pekik Mbok Minah.
Adnan dengan cepat berlari masuk kedalam. Begitu Andini akan menginjakan kakinya ke anak tangga, seketika lenganya ditarik kuat oleh Adnan. "Ayo keluar! Saya nggak akan membiarkan Anda bertemu Majikan saya!"
"Lepaskan! Dasar Babu sialan!" bentak Andini meronta-ronta.
Namun tenaganya kalah dengan cengkraman tangan Adnan. Pria muda itu menarik lengan Andini, hingga wanita cantik itu dihempaskan begitu saja diluar pagar.
"Pegi! Jangan pernah mengganggu ketenangan Mbak Jesica!" Bentak Adnan sambil mengunci gerbang rumah. "Lagian ya, cuma karena tersenggol saja sampai dilabrak. Dia yang salah, Mbak Jesica yang disalahin!" gerutu Adnan begitu berjalan kembali kedalam.
Brak!!
Andini menendang pagar besi itu, "Dasar brengsek! Awas saja kalian semuanya ya! Gagal lagi, deh! Lagian dimana wanita sok alim itu. Apa benar dia sedang pergi?!" Dengan wajah kesalnya, Andini berdecak beberapa kali, dan langsung berjalan keluar dan langsung menjalankan kembali mobilnya.
Sementara didalam, Jesica yang tadi baru membersihkan diri dikamar mandi, jadi ia tidak mendengar keributan yang Andini lakukan.
Mengingat badanya yang kurang begitu sehat, jadi setelah itu ia langsung berbaring.
*
*
jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you