Ayunda Anindita, seorang gadis yatim piatu yang hidup menderita di kota Bandung. ia memiliki bibi dan sepupu yang jahat kepadanya. suatu saat ia bertemy dengan pria tampan yang kaya raya. mampu kah Ayunda hidup bahagia dengan seorang pria kaya atau justru ia hanya di jadikan asisten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Ayunda terus saja menangis di dalam kamar setelah bi Yati dan Eka mengambil uang dari hasil menjahitnya tadi. Ia berfikir jika ia tetap berada di rumah ini, mereka tidak akan membiarkan hidup Ayunda bahagia dan tentram. Mereka pasti akan selalu meminta uang dengan Ayunda dengan alesan pamannya meninggal karena saat menjual sawah peninggalan orang tua Ayunda. Padahal jelas saat itu mereka yang berusaha merampas hak Ayunda. Mereka menjual sawah miliknya karena Ayunda harus mengembalikan uang yang dipinjam orang tua Ayunda untuk biaya sekolahnya dulu. Sungguh miris, belum genap 20 tahun tapi kehidupan Ayunda sangat miris. Di saat anak seusianya sedang menikmati masa remaja dan masa masa kuliah. Ia justru harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Bukan hanya untuk dirinya, nyatanya bibi dan saudaranya pun tetap saja tak membiarkan ia merasa hidupnya tenang. Saat sedang meringkuk di kasur kamarnya ia dikagetkan dengan suara ponsel yang berdering diatas nakasnya.
Ayunda mengambil benda pipih tersebut dan melihat siapa yang menelepon. Tertera nama Edo disana.
"Hallo.."sapa ayunda.
"Hai Ayunda, kamu sedang apa? Apa kamu baik baik saja? Apakah bibi mu mendatangimu lagi dan membuatmu terluka?" Rentetan pertanyaan Edo lontarkan.
"Ya aku baik Edo, terima kasih telah mencemaskan ku. Mereka tadi memang kesini. Tapi gak papa aku sudah terbiasa dengan kehadirannya yang tak pernah aku harapkan itu."
"Oh Tuhan, kamu yang sabar ya Ayunda. Aku yakin kamu akan mampu menghadapi semua ini. Aku tahu kamu orang yang kuat. Tetap semangat yaa.."
"Terima kasih Do, dari dulu kamu selalu baik sama aku."
"Tidak masalah Yunda, kamu tahu bagaimana perasaanku dari dulu sama kamu. Meskipun tak terbalas tapi aku seneng masih bisa menjadi sahabat mu."
"Maafkan aku Edo, tapi aku nggak bisa maksain perasaanku ke kamu. Selama ini aku banyak menganggapmu sebagai sahabat baikku."
"Its oke Yunda, masih bisa dekat denganmu saja aku sudah seneng."
"Bagaimana kalau hari ini kita pergi jalan - jalan."
"Hm.. Boleh.."
***
"Lalu bagimana dengan Elisa?"
Pertanyaan itu membuat Nathan diam seketika. Ia sama sekali tidak tertarik dengan perempuan tidak punya etika seperti itu. Nathan mendengkus kesal. "Nathan tidak tertarik dengan dia dad, kenapa daddy ingin sekali aku pertunangan dengan dia. Dia itu bukan wanita baik - baik dad."
"Kamu aja belum kenal sama Elisa, kenapa sudah punya kesimpulkan kaya gitu nathan, paling tidak kalian bisa pendekatan dulu. Daddy dan mommy cuma mau bisa move on dari masa lalu kamu itu. 5 tahun kamu ditinggalkan tanpa kabar tapi kamu tetap saja menunggunya. Sampai kapan kamu akan menunggu seseorang yang belum tentu juga masih mengharapkanmu."
"Sudahlah dad, Nathan juga masih muda. Nathan belum ingin mempunyai hubungan serius dengan wanita. Nathan akui kalau aku belum bisa melupakan Ayu. Daddy tahu sendiri bagaimana hubunganku dengan ayu dulu. Ayu itu cinta pertama Nathan dad. Kami juga sudah menjalin hubungan 4 tahun. Bukan hal mudah untuk ku melupakan Ayu dad. Aku masih berharap suatu saat Ayu kembali dan memberi penjelasan kenapa dia meninggalkan aku tanpa kabar selama 5 tahun lebih."
"Lalu sampai kapan kamu akan menunggu hal yang tidak pasti seperti ini. Daddy akan kasih kamu waktu selama 3 bulan untuk menemukan Ayu atau mencari pengganti Ayu sesuai pilihanmu. Tapi kalau sampai 3 bulan kamu tidak menemukan Ayu dan tidak punya kekasih lain, daddy ingin kamu tetap menikah dengan Elisa."
"Itu akan sulit dad, Nathan sudah mencari - cari Ayu selama ini tapi dia pergi bak ditelan bumi. Sangat sulit untuk mencari keberadaan nya."
"Itu terserah kamu Nathan, pilihan ada ditangan kamu. Kalau begitu daddy akan kembali ke kantor daddy."
***
Ayunda dan Edo pergi ke suatu mall banyak untuk sekedar jalan jalan atau nonton film. Edo begitu senang bisa jalan berdua dengan Ayunda meskipun dengan jelas ayunda menolak cintanya berulang kali. Tapi masih bisa berteman dengan Ayunda saja itu sudah lebih dari cukup. Edo tidak ingin berjauhan dari seseorang yang ia cintai selama ini. Edo mulai menyukai ayunda saat mereka masuk sekolah SMA. Ayunda adalah seseorang yang penuh dengan senyum ceria, tidak pernah sombong atau pilih pilih teman.
Saat semua teman membully karena dulu Edo orang yang gemuk, tetapi Ayunda tetap bersikap baik dengannya dan tidak pernah ikut membully. Hal itu membuat Edo semangat untuk berusaha mengurangi berat badannya dan ingin mengenal lebih dekat dengan Ayunda.
Namun, siapa sangka ternyata Ayunda sama sekali tidak ingin mempunyai hubungan dengan seseorang saat masih sekolah.
***
Eka dan Yati tengah berbelanja dengan uang dari Ayunda. Nyatanya uang tersebut tidak untuk membayar sekolah Eka namun untuk mereka berbelanja baju, tas dan lainnya. "Ayunda itu sangat bodoh, mau saja dia kita tipu begitu."tawa bi Yati menggema di restoran tempat mereka makan siang saat ini.
"Iya ma, dia dari dulu memang bodoh dan tidak bisa apa - apa."senyum ceria menghias air wajah Eka. "Kalau begini terus kita bisa shoping tiap hari ya ma. Bisa makan enak dan belanja sepuas kita."
Saat mereka sedang tertawa bahagia dari arah belakang ada suara yang mengagetkan mereka berdua.
"Oh.. Jadi uang itu buat kalian belanja buat kebutuhan sendiri, tidak untuk membayar sekolah Eka?"Tanya seseorang di belakang mereka.
Sontak bi Yati dan Eka menoleh ke arah suara tersebut. Edo dan Ayunda menatap mereka dengan ekspresi penuh amarah. Sedangkan bi Yati dan Eka terkejut saat melihat Edo dan Ayunda berada di restoran yang sama dengan mereka.
"Memangnya kenapa kalau uangnya saya pakai buat belanja hah?"Bentak Yati dengan berani. "Ini kan juga kebutuhan kita sehari hari buat beli baju tas dan lainnya."
"Tapi bi, Yunda juga butuh uang itu. Tapi karena bibi bilangnya buat sekolah Eka makanya aku kasih uang itu. Tapi kenapa malah buat foya - foya begini bi?" Ayunda menatap kecewa kearah bi Yati dan Eka bergantian. "Kamu itu tidak usah banyak tanya Yunda. Kamu hanya perlu kasih uang ke kita. Gak perlu kamu tahu buat apa uang itu karena itu sudah jadi urusan kita."
"Mulai sekarang aku gak akan kasih uang lagi buat bibi dan Eka lagi. Aku udah gak mau lagi nurutin kemauan kalian."
"Lo lo lo.. Gak bisa gitu dong kamu.. Kamu lupa kalau.."
Belum sempat bi Yati menyelesaikan ucapannya sudah dipotong oleh Ayunda.. Paman meninggal bukan karena aku, paman meninggal karena keserakahan kalian yang ingin menjual sawah peninggalan orang tua aku. Aku gak tau kenapa kalian bisa setega itu sama aku tapi aku berharap ini adalah pertemuan terakhir kita. Aku gak mau bibi datang kerumah aku lagi.."
Setelah mengatakan itu, Ayunda pergi dari restoran tersebut dan diikuti oleh Edo.